Tiba-tiba dari pintu restoran ada seorang gadis yang datang, “Maaf aku terlambat!”
Husna menunduk hormat merasa bersalah membuat teman sekelasnya itu menunggunya, “Aku minta maaf sudah membuat kalian lama menunggu.” Ulang Husna lalu mengangkat kepalanya dan menatap teman-temannya yang tersenyum menatapnya. Begitu juga Gilang yang tersenyum bahagia melihat kedatangannya. Semua orang berbahagia atas kedatangannya itu kecuali ketiga nenek lampir di sudut yang tidak menyukainya sama sekali justru menatapnya sinis.
Gilang dan Andita berjalan mendekati Husna tapi Andita yang lebih dulu sampai karena memang hanya berjarak dekat dengan Husna, “Gak apa-apa kok. Kami senang kau datang.” ucap Andita tersenyum.
Husna pun tersenyum lalu menatap Gilang yang berjalan mendekatinya, “Aku senang kau datang. Terima kasih. Ini jadi perayaan ulang tahun terbaik untukku.” Ujar Gilang.
“Ayo bergabung!” ajak Gilang.
Husna pun mengangguk lalu dia segera ikut dengan Andita dan duduk di kursi yang sudah di sediakan Gilang untuknya.
Kirana dan Ratna yang melihat itu pun semakin kesal dan benci kepada Husna yang mendapat perhatian lebih dari Gilang. Yups, Ratna juga menyukai Gilang tapi dia tidak segila Kirana yang secara terang-terangan mengungkapkan perasaannya kepada Gilang. Ratna itu sangat licik.
Gilang yang senang karena Husna datang pun segera naik ke panggung yang sudah di sediakan yang ada di restoran itu, “Baiklah. Acara ulang tahunku yang ke 23 tahun akan di mulai karena kita semua sudah hadir. Terima kasih teman-teman aku ucapkan kepada kalian karena sudah meluangkan waktu berharga kalian ini di hari spesialku. Terima kasih sekali lagi aku ucapkan. Baiklah tanpa berlama-lama lagi kita mulai saja acara intinya.” Ucap Gilang lalu memberikan tanda kepada pelayan untuk segera mengantarkan kue ulang tahunnya.
Tidak lama pelayan pun segera mengantarkan kue berbentuk persegi dua susun itu itu di troli lalu di letakkan di tengah-tengah ruangan itu. Gilang pun segera mendekat ke kue ulang tahunnya dan segera meminta teman-temannya merapat.
Semua teman-teman Gilang pun segera menyanyikan lagu selamat ulang tahun begitu juga music di putarkan lagu ulang tahun oleh Gentala. Ratna dan Kirana mereka berebutan berdiri di sisi kiri Gilang. Semua teman-teman Gilang membentuk lingkaran mengeliling Gilang sambil menyanyikan lagu ulang tahun.
Gilang pun segera menyalahkan lilinnya dan langsung meniupnya, “Kok, kau gak meminta apapun Gilang?” tanya teman laki-lakinya.
Gilang tersenyum, “Untuk apa aku meminta jika tuhan saja sudah mengabulkan permintaanku.” Gilang mengucapkan itu sambil menatap Husna dengan senyuman manisnya hingga membuat Kirana dan Ratna yang menyadarinya semakin panas.
Gentala mungkin mengangguk mengerti, “Ah baiklah jika begitu. Sekarang potong kuenya dong. Kami ingin potongan pertama akan kau berikan pada siapa. Tahun lalu kau berikan padaku kan sebagai sepupu dan teman yang baik. Aku harap tahun ini juga begitu.” Ucap Gentala bercanda yang mengundang tawa yang lain.
Gilang pun segera memotong kuenya dan meletakkannya di piring, “Hum, siapa nih yang akan mendapatkan potongan pertamanya?” tanya Gentala memakai microphone seperti pemandu acara.
Gilang mengambil piring itu dan membawanya mendekati Husna, “Untuk ulang tahunku kali ini, aku ingin memberikannya kepada Husna karena dia sudah menghormati undanganku dan datang ke perayaan ulang tahunku. Aku harap Husna tidak menolaknya.” Ucap Gilang lalu memberikannya kepada Husna.
Husna terdiam dan menatap kue di hadapannya itu. Kue kesukaannya. Green Tea. Husna tidak begitu menyukai coklat tapi pecinta segala jenis teh. Husna melihat teman-teman di sekelilingnya yang menyorakinya untuk menerima kue ulang tahun itu. Husna pun akhirnya menerimanya, “Terima kasih!” ucap Husna.
Gilang pun tersenyum lalu dia segera kembali ke tempatnya semula dan dia mulai memotong kue itu di bagikan kepada teman-temannya, “Kenapa Green Tea yang kau pilih untuk kue lapisan atas Gilang? Apa kami bisa mengetahui alasannya?” tanya Gentala masih dengan menggunakan microphone.
Gilang pun tersenyum, “Yah, sebenarnya kuenya tidak terencana sih. Aku asal saja. Tapi kemudian saat aku membeli di toko kue aku berubah pikiran. Jadi meminta mereka membuatkan dua susun kue dengan rasa yang berbeda. Bukankah kehidupan kita juga begitu. Kadang sedih kadang senang. Jadi aku hanya mencoba mendefinisikannya dengan kue dua rasa ini.” jelas Gilang.
“Wah, artinya sangat menyentuh. Sangat puitis.” Puji Gentala. Sementara Gilang dia tersenyum melihat Husna yang memakan kuenya. Alasan sebenarnya Gilang memilih kue dua rasa begitu karena dia mendengar dan melihat Husna yang membeli dan makan kue rasa Green Tea. Itu lah alasan sebenarnya karena Husna menyukai kue rasa Green Tea.
Kirana yang melihat Gilang tidak lepas dari memandang Husna pun kesal setengah mati. Ingin rasanya dia mencelakai Husna saat ini tapi dia masih menahannya karena ada Gilang dan banyak teman mereka yang lain.
“Ehh, iya apa kita tidak ada acara pemberian kado?” tanya Kirana.
“Ahh sudahlah. Gak apa-apa kok. Aku tidak butuh hadiah dari kalian. Kalian datang dan meluangkan waktu untukku saja. Itu sudah lebih dari cukup dan aku sangat berterima kasih. Jadi tidak masalah.” Ujar Gilang cepat.
“Tapi kami membawa hadiahnya.” Ucap Kirana dan Kania.
“Ahh begitu ya. Begini saja yang bawa hadiah untukku berikan saja dan bagi yang tidak juga gak apa-apa. Aku tidak mempermasalahkannya. Jadi jangan merasa malu atau apa yaa.” Ujar Gilang.
Teman-teman Gilang pun mengangguk, “Tenang saja bro. Kami tidak akan merasa.” Timpal Gentala.
“Gilang, ini hadiah untukmu. Papiku membelinya dari Negara J. Ini edisi terbatas.” Ucap Kirana memberikan hadiahnya lalu di susul oleh Ratna juga yang tidak kalah mewah. Kania dan Gentala pun memberikannya dan teman-teman lain juga.
“Semua sudah selesai kan?” tanya Gentala.
“Iya sepertinya begitu. Tinggal teman kita Husna saja yang belum.” Ujar Kirana.
“Ahh tidak masalah. Husna juga pertama kali ikut acara seperti ini. Jadi mungkin dia tak tahu ada acara begini.” Ucap Kiana membela namun tersirat menghina.
“Sudahlah, gak apa-apa kok. Husna datang saja aku senang.” Ucap Gilang tersenyum ke arah Husna.
“Kata siapa Husna gak bawa hadiah. Dia bawa kok.” Ujar Andita mengambil hadiah Husna yang dia letakkan di kursinya tadi.
“Dita gak apa-apa kok.” tahan Husna saat Andita hendak memberikannya. Namun Andita tidak mendengarkannya dan segera memberikannya kepada Gilang.
“Pasti murah. Lihat saja dia malu.” Gumam Kirana sinis.
Gilang pun tersenyum lalu melihat apa isi di dapan paperback itu, “Apa aku bisa membukanya?” izin Gilang.
Husna tersenyum lalu mengangguk. Gilang pun segera membuka hadiah dari Husna itu dan dia terkejut apa isinya, “Hah, buku? Apa Gilang anak kecil di hadiahi buku?” gumam Kirana tertawa. Ratna juga ikut tertawa. Mereka merasa menang karena itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Happyy
👍🏻👍🏻
2023-08-25
0