Husna menghabiskan waktu siang nya itu di kamar nya. Dia tidak keluar sama sekali. Abi Syarif dan Umi Balqis pun tidak mempermasalahkan nya karena memang putri mereka itu selalu begitu. Jika justru mereka datang menganggu dia pasti akan marah dan kesal. Kamar nya adalah ruangan ternyaman untuk nya.
“Mi, apa dia tidak setuju untuk menikah lagi?” tanya Abi Syarif yang saat ini mereka sedang duduk di ruang keluarga sambil melihat tangga ke lantai dua.
Umi Balqis menggeleng, “Bukan begitu Bi. Dia belum mengungkapkan jawaban nya. Kita akan memberi nya waktu. Umi yakin dia pasti akan memikirkan yang terbaik.” Ujar Umi Balqis.
Abi Syarif yang mendengar jawaban sang istri atas pertanyaan nya menutup mata nya lalu menghela nafas, “Sudahlah dia pasti menolak nya. Abi sudah hafal sifat nya. Mi, jika saja dia punya saudara lain kita mungkin tidak akan sekhawatir ini saat akan meninggalkan nya sendiri. Dia juga gak akan mungkin jauh dari kita. Dia semakin tertutup dengan kita. Dia menjauh dari kita. Aku semakin tidak mengerti putriku.” Abi Syarif mengatakan itu dengan air mata yang sudah membasahi pelupuk mata nya.
Jika di serahkan kepada Abi Syarif dan Umi Balqis, mereka juga belum ingin putri mereka itu menikah. Tapi mereka seolah berperang dengan waktu yang bisa kapan saja mengambil mereka dari dunia ini. Mereka tidak ingin meninggalkan putri mereka itu sendiri sehingga mereka ingin menikahkan nya.
Namun sayang sudah lamaran yang ke 10 ini datang Abi Syarif sudah bisa menebak bahwa putri mereka itu akan menolak kembali. Dia sudah menyiapkan alasan yang pas agar bisa menolak lamaran kali ini karena lamaran kali ini datang dari seorang Kyai besar pemilik pondok pesantren. Entah kenapa Kyai terkenal itu ingin menjodohkan putra nya dengan Husna. Abi Syarif tidak mengerti alasan apa yang menyebabkan lamaran itu datang kepada putri nya yang notebene bukan putri yang tinggal di pondok.
Dia memang memakai gamis dan hijab panjang dalam keseharian nya dan juga memiliki bekal ilmu agama yang cukup. Tapi untuk menjadi istri penerus pondok sepertinya Husna masih jauh itu.
“Bi, jangan terlalu di pikirkan.” ujar Umi Balqis melihat kening suami nya itu berkerut tanda bahwa saat ini suami nya itu sangat berpikir keras. Abi Syarif pun menyetujui ucapan istri nya itu dan dia segera mengambil obat yang di sediakan istri nya. Abi Syarif dan Umi Balqis memang sering check up ke dokter untuk penyakit memang rentan terjadi di usia senja mereka itu.
***
Di kamar nya, Husna baru saja menyelesaikan beberapa part novel nya yang sudah mulai masuk ke pusat konflik itu. Sudah hampir ******* cerita. Dia menghentikannya sebentar lalu segera mandi karena itu sudah sore.
Selepas mandi saat dia sedang mengganti pakaian ponsel nya berdering tanda ada panggilan yang masuk.
Husna pun terburu-buru memasang gamis nya dan masih membungkus rambut nya dengan sebuah handuk karena rambut nya masih basah habis keramas.
Husna melihat siapa yang menelpon nya itu dan dia kaget karena nama Gilang yang terlihat di sana. Gilang ketua tingkat nya. Husna pun segera menekan ikon berwarna hijau.
“Halo, Assalamu’alaikum Husna. Ini aku Gilang. Maaf sudah mengganggumu.” Ucap suara lembut Gilang terdengar dari ponsel Husna.
“Wa’alaikumsalam, tidak masalah Gilang. Ada apa menghubungiku?” tanya Husna.
“Aku sudah dengar dari Andita bahwa kau menolak untuk datang merayakan ulang tahunku di mall. Apakah itu benar?” tanya Gilang.
Husna mengangguk tapi kemudian dia sadar bahwa Gilang tidak bisa melihat anggukan nya, “Iya, benar Gilang. Maaf yaa aku tidak bisa. Tapi aku ucapkan selamat ulang tahun untukmu.” Ujar Husna mulai tidak nyaman bicara.
“Husna, tidak bisakah kau datang. Aku tidak menerima ucapan ulang tahunmu ini. Kau bisa mengucapkan nya secara langsung padaku. Ini adalah perayaan ulang tahunku yang terakhir bersama teman-teman semua. Kau tidak pernah datang. Jadi bisakah kau datang untuk pertama dan terakhir kali nya untukku. Anggap saja kau seperti memberi hadiah untukku. Please, Husna.” Mohon Gilang dari seberang.
Husna terdiam mendengar permintaan ketua tingkat nya itu. Ketua tingkat yang selalu bersikap baik pada nya, “Ma--”
“Please! Aku mohon Husna. Sekali ini saja. Jika kau tidak nyaman di mall, kita bisa memindahkan nya di tempat yang kau suka. Katakan saja!” potong Gilang.
Husna menarik nafas panjang, “Emm, baiklah. Aku akan datang. Gak usah mengubah tempatnya. Di sana saja.” ujar Husna akhirnya.
“Beneran yaa Husna. Aku menunggumu.” Gilang senang mendengar jawaban Husna itu.
“Iya!” jawab Husna pendek. Lalu tidak lama sambungan telepon itu pun terputus.
Begitu sambungan panggilan itu terputus. Husna pun melihat gamis yang dia pakai apa sudah cocok untuk datang ke perayaan ulang tahun atau tidak, “Aku pakai gamis hitam saja.” ujar Husna memutuskan untuk mengganti gamis nya.
Kini Husna sudah mengganti pakaian nya dengan gamis berwarna hitam dan hijab pashmina panjang berwarna coksu. Lalu dia mengambil tas ponsel nya dan menyimpan beberapa uang di sana dan satu atm milik.
“Aku bawa ponsel yang mana ya?” tanya Husna pada diri melihat empat ponsel di hadapan nya. Ponsel dengan merek buah yang di gigit setengah keluaran terbaru juga ada di meja nya. Ponsel yang baru dua minggu itu di beli oleh Abi nya sebagai hadiah untuk nya.
Lalu tiga ponsel lain nya yang juga tidak kalah mewah, “Aku bawa ponsel ini saja.” ujar Husna memilih ponsel yang berasal dari Negara para idol.
Setelah itu dia meraih sepatu berwarna coksu hadiah dari umi nya. Setelah itu di bercermin dan setelah memastikan bahwa penampilan nya sudah sempurna. Dia pun keluar kamar dan tersenyum melihat kedua orang tuanya yang berada di ruang keluarga.
“Mau pergi kemana nak? Sudah cantik begini?” tanya Umi Balqis tersenyum ke arah putrinya itu.
“Mau ke mall Mi. Ada teman Husna yang ulang tahun. Bisa gak Mi, Bi?” izin Husna.
Umi Balqis menatap suaminya lalu menatap kembali putrinya itu dan tersenyum, “Tentu saja bisa nak. Tapi pulangnya jangan malam.” Pesan umi Balqis.
Husna pun mengangguk lalu menatap abinya yang dia saja, “Pakai mobil saja. Lebih terjamin.” Ucap Abi Syarif datar.
“Tapi--”
“Gak usah menolah nak. Abimu ingin yang terbaik untukmu. Pakai mobil saja yaa. Biar supir yang mengantarmu.” Potong Umi Balqis.
Husna pun akhirnya menurut saja. Dia sudah cukup sadar diri selalu menolak keputusan orang tuanya itu.
Umi Balqis pun segera meminta supir yang memang di pekerjakan untuk jadi supir putrinya itu dan meminta segera mengantar Husna ke mall. Husna pun berpamitan kepada abi dan uminya lalu dia pun segera naik mobil dna menuju mall.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Happyy
💖💖
2023-08-24
0
aminah nizam
orang kaya...tetapi tetap merendah
2023-02-21
1