Sementara di sisi lain ada seorang gadis yang sedang bicara dengan abangnya di telepon, “Kok, abang gak bilang mau ke kampusku tadi? Jika saja teman-teman tidak membicarakannya maka aku gak tahu abang ke kampusku.” tanya gadis itu kesal.
“Astaga Zahra adik abang yang manis tiada duanya. Abang itu kesana hanya ke fakultas mengantarkan semua berkas. Abang juga di sana hanya cepat. Jadi tidak sempat memberitahumu.” Ucap Azzam dari seberang.
“Huft, tetap saja kakak itu ke kelasku dan menyapaku begitu agar teman-temanku itu menjerit melihatmu bang. Mereka saja yang mendengar tentangmu sudah sangat histeris apalagi melihatmu berjalan denganku. Bisa jadi mereka pasti iri padaku dan membullyku. Tapi tidak masalah aku menyukainya.” ujar Zahra tersenyum membayangkan apa yang dia katakan itu jika benar-benar terjadi.
“Kau ini yaa kenapa sangat suka mencari masalah. Abang gak mau ya jika kau menggunakan cara itu. Kau itu adalah adik abang yang tidak akan pernah abang biarkan terluka apalagi ada yang membullymu. Abang tidak mau menjadi abang yang tidak bertanggung jawab pada adiknya sendiri. Abang juga tidak mau di tuntut oleh mami dan papi karena tidak menjagamu dengan baik. Jangan aneh-aneh deh.” Ucap Azzam menasehati adiknya itu.
“Ih abang gak seru deh. Padahal aku kan ingin tahu ekspresi mereka. aku ingin melihat bagaimana tatapan iri dan cemburu itu. Tapi karena abang gak setuju dan melarang. Baiklah aku akan jadi adik yang baik dan penurut. Aku tidak akan mencari masalah.” Tutur Zahra.
“Gitu dong. Itu baru adik abang.” Puji Azzam dari seberang.
“Hum, tetap saja ada bayarannya bang. Gak ada yang gratis di dunia ini.” ucap Zahra memanfaatkan situasi dan keadaan untuk memeras kakaknya itu.
Sementara Azzam di seberang sana tertawa karena seperti biasa adiknya itu selalu saja memanfaatkan kesempatan yang ada untuk bisa memerasnya, “Ya sudah sekarang apa lagi yang ingin kau minta dari abang?” tanya Azzam lembut.
“Tenang saja bang. Ini sangat mudah. Aku dengar penulis favoritku Langit Senja di peluncuran buku barunya bulan depan ini akan ada edisi khusus yang ada tanda tangannya. Aku ingin mendapatkannya. Aku dengar hanya 100 pcs saja. Jadi abang harus mendapatkannya salah satunya untukku.” Pinta Zahra.
Azzam yang mendengarnya menarik nafas panjang, “Baiklah, akan abang usahakan tapi abang tidak janji. Kau kan tahu sendiri bukunya yang tanpa tanda tangan saja cepat sold out apalagi yang punya tanda tangannya.” Ucap Azzam.
“Iya aku tahu bang. Tapi aku berharap bisa mendapatkannya. Aku yakin abangku pasti bisa. Semangat abangku.” Ucap Zahra menyemangati.
“Ya sudah semoga saja. Kamu sudah tidak lagi kan yang harus di bicarakan? Abang tutup.” Ucap Azzam.
“Tunggu sebentar bang. Mulai kapan abang mengajar dan abang mengajar di kelas apa?” tanya Zahra.
“Abang akan mengajar mulai lusa dan abang akan mengajar mahasiswa semester 7 dan abang juga sedang mempertimbangkan tawaran untuk jadi dosen pembimbing.” Jawab Azzam.
“Abang terima saja bang jadi dosen pembimbingnya. Abang kan sudah pernah jadi dosen pembimbing sebelumnya. Aku yakin abang bisa. Siapa tahu juga kan abang bisa ketemu jodoh mahasiswa abang sendiri. Kan seru tuh jadi seperti kisah novel yang ku baca.” Ucap Zahra tertawa.
“Karya Langit senja lagi? Kamu sudah jadi korban novel dek.” ucap Azzam.
“Biarkan saja bang. Lagian novel yang ku baca itu banyak pelajaran hidup. Penulis favoritku kan orang hebat.” Ucap Zahra.
“Ya terserah padamu. Tapi emang kamu sudah siap punya kakak ipar?” goda Azzam.
“Siap sih. Tapi aku sendiri yang harus memilihnya. Aku tidak suka kakak ipar yang jahat. Aku suka kakak ipar yang dingin tapi perhatian. Pintar. Terus tidak sombong dan pastinya harus cantik. Itu poin nomor satu ahh satu lagi harus berhijab.” Ucap Zahra.
“Sangat sempurna sekali yaa calon kakak iparmu itu. Jangan bilang kamu ingin punya kakak ipar seperti yang ada di novel lagi.” Ucap Azzam.
Zahra tertawa, “Abang benar. Aku ingin tipe ideal kakak ipar seperti di novel. Jika saja aku tahu seperti siapa itu Langit Senja. Aku akan menjodohkannya denganmu kak. Aku yakin dia cantik dan seperti kakak ipar idamanku. Tapi sayang aku tidak tahu siapa dia. Ahh tuhan aku ingin ketemu dengan penulis favoritku itu.” ujar Zahra.
Azzam terdiam, “Kebanyakan baca novel kau dek. Jadi halu deh. Sudah ahh abang tutup. Abang masih punya urusan. Kamu juga belajar dengan baik.” ucap Azzam lalu tidak lama sambungan di antara mereka pun terputus.
Setelah sambungan telepon itu terputus, Zahra pun menuju kamar mandi karena tiba-tiba saja dia suka buang air. Begitu tiba di kamar mandi dia tidak sengaja menabrak seseorang, “Maaf dek! Apa kamu terluka?” ucap orang yang di tabraknya itu segera membantu Zahra berdiri. Dia yang menabrak tapi dia juga yang terjatuh.
Zahra pun menerima uluran tangan dari seseorang yang dia kenal dengan julukan si misterius itu, “Terima kasih kak dan maaf sudah menabrakmu.” Ucap Zahra lembut.
Orang itu yang tidak lain adalah Husna. Dia tersenyum, “Tidak masalah dek. Saya tidak apa-apa kok. Justru kamu yang terjatuh. Jadi apa kamu baik-baik saja?” tanya Husna kembali memastikan.
“Aku baik-baik saja kak misterius.” Ujar Zahra gugup.
Husna pun tersenyum mendengar panggilan yang di ucapkan oleh gadis di hadapannya itu, “Syukurlah jika kamu memang tidak terluka.” Ujar Husna.
“Kalau begitu kakak pamit keluar dulu ya.” Izin Husna selanjutnya.
Zahra pun mengangguk lalu melihat punggung Husna itu menghilang di balik pintu kamar mandi, “Kak Misterius? Kenapa dia sama dengan penulis favoritku yaa sangat misterius.” Gumam Zahra lalu dia segera menuntaskan hajatnya itu.
***
Sementara di sisi Azzam yang kini berada di ruang kerjanya. Dia menatap novel yang dia beli kemarin, “Bola mata gadis itu sangat cantik. Coklat ahh bukan amber. Yah bola matanya amber. Dia membeli buku robotic kemarin.” Gumam Azzam lalu memagang buku di tangannya itu.
“Kenapa dia terlihat terkejut saat aku menyebut langit senja? Apa dia salah satu penggemar langit senja atau ada alasan lain di balik itu.” ujar Azzam mengamati buku itu seksama. Novel yang baru dua bab dia baca itu tapi dia sudah mendapatkan sebuah inspirasi dari sana. Sungguh novel yang sangat bagus.
“Kenapa aku jadi memikir gadis bermata amber itu? Dia sangat cantik dan terlihat tidak asing. Aku merasa seperti bertemu dengannya. Tapi di mana? Di toko buku itu adalah pertemuan pertama kami.” gumamnya sambil mengingat.
“Gadis bermata amber. Aku ingin kita bertemu lagi. Ahh keinginan gila apa ini. Kenapa aku ingin bertemu dengannya lagi.” Ucap Azzam pusing lalu meletakkan novel itu di mejanya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Eti Yanto
sprtinya di masa kecil mereka saling mngnal
2023-09-26
0
Happyy
😘😘
2023-08-26
0
aminah nizam
ayo semangat azzam
2023-02-22
1