Andita menggeleng, “Aku tidak bisa mengerti semuanya. Apa ini milikmu?”
Husna tersenyum mendengar pertanyaan yang di ajukan oleh Andita itu, “Menurutmu bagaimana?” tanya Husna balik.
Andita menggeleng, “Aku ingin mengakui ini milikmu dan sepertinya memang begitu. Panggilan nona dan berbagai barang mewah ini membuatku sadar bahwa kau bukan orang sembarangan. Tapi bagaimana mungkin kau bisa seperti ini. Maaf Husna aku bukan meragukanmu hanya saja aku belum percaya ini. Husna yang ku kenal adalah Husna yang sederhana sehingga ini semua membuatku kaget walaupun aku sudah menduga dan merasakan bahwa kau bukan orang sembarangan. Tapi tetap saja aku sangat terkejut dengan apa yang terjadi saat ini. Dengan apa yang ada di hadapanku. Aku mohon Husna buat aku percaya bahwa kau adalah Husna yang selama ini ku kenal.” Ucap Andita.
Husna terkekeh mendengar ucapan panjang lebar temannya itu, “Ini aku. Aku Azarine Salsabila Husna yang sama dengan Husna yang kau ajak berkenalan saat kita pertama kali masuk kuliah. Aku Husna yang sama dengan Husna yang mendapat julukan si misterius dan berbagai julukan lainnya. Aku Husna yang sama. Aku memang menyembunyikan identitasku dengan alasan yang tidak bisa ku ceritakan. Hari ini aku untuk pertama kalinya memperlihatkan diriku yang sebenarnya. Semua yang kau lihat ini adalah nyata. Kau hanya harus percaya bahwa aku masih Husna yang sama. Aku tidak berubah. Aku masih Husna si misterius.” Ucap Husna tersenyum.
“Jadi kau benar anak orang kaya?” ujar Andita.
“Bukan orang kaya Dita hanya sedikit memiliki kelebihan.” Ujar Husna.
“Gak kau sangat kaya. Mobil yang kau miliki hanya Gilang dan Gentala yang memilikinya.” Ucap Andita.
Husna pun tertawa, “Ini bukan mobilku. Aku tidak sekaya itu. Ini adalah hadiah dari umi dan abiku. Jadi bukan milikku. Aku bukan orang kaya. Aku sama sepertimu. Yang kaya itu adalah orang tuaku.” Ucap Husna.
Andita meneteskan air matanya, “Hey, kenapa menangis. Apa aku menyakitimu?” tanya Husna berubah khawatir.
Andita menggeleng lalu memeluk Husna, “Maafkan aku Husna. Aku kadang juga ikut memanggilmu si misterius. Aku juga kadang menjadi bagian dari orang-orang yang menghinamu. Maafkan aku.” Ucap Andita.
Husna tersenyum lalu melepas pelukan mereka, “Aku tidak marah padamu dan kau tidak memiliki kesalahan apapun kepadaku. Jangan meminta maaf. Aku yang memang memilih menjadi misterius dank kalian memang berhak untuk bicara dan mengomentariku. Aku tidak masalah. Aku tidak menyalahkanmu untuk ini.” ucap Husna lembut lalu menghapus air mata di pipi Andita itu.
“Tetap saja aku merasa bersalah karena aku selalu diam saja saat ada yang membicarakanmu.” Ujar Andita menunduk.
“Hey, gak apa-apa. Jangan menangis lagi. Bukankah aku temanmu. Jadi sebagai teman aku memintamu berhenti menangis.” Ucap Husna.
Andita pun mengangguk, “Baiklah teman.” Ucap Andita senang. Untuk pertama kalinya Husna memanggilnya teman. Teman yang selalu dia inginkan dari dulu tapi Husna sangat misterius dan sangat tertutup tidak tersentuh sama sekali.
“Nona, kita sudah tiba.” Ucap paman Amat.
Husna pun melihat sekeliling, “Apa kau tinggal di sini?” tanya Husna.
Andita mengangguk, “Terima kasih sudah mengantarku sampai kesini.” Ucap Andita hendak keluar tapi Husna menahan lengannya.
“Apa kau tidak ingin mengajakku masuk? Aku ingin menumpang sholat sebentar.” Ucap Husna.
Andita pun tersenyum lalu mengangguk, “Ayo!” ucap Andita. Dia bukan tidak ingin mengajak Husna masuk hanya saja dia sungkan dengan Husna. Dia tinggal di kediaman yang lumayan di bilang kumuh.
Husna pun tersenyum lalu turun, “Paman tunggu sebentar di sini yaa. Aku mau menumpang sebentar sholat magrib. Paman juga carilah masjid untuk sholat.” Ucap Husna begitu turun yang di angguki oleh paman Amat.
Andita dan Husna pun segera masuk ke rumah yang sudah bisa di katakan lumayan. Rumah itu kecil tapi semuanya teratur rapi sehingga terlihat indah di pandang mata, “Ayo duduk. Maaf yaa kami hanya punya kursi begini.” Ucap Andita meminta Husna duduk.
“Nak, siapa?” tanya ibu Andita keluar.
“Teman Dita bu.” Jawab Andita.
Husna segera berdiri dan menyalami ibu Andita itu, “Husna bu.” Ucap Husna memperkenalkan dirinya.
Ibu Andita itu pun mengangguk dan tersenyum, “Baiklah nak. Duduk! Maaf nak hanya begini kursi yang ada.” Ucap ibu Andita itu lagi.
“Gak masalah bu. Ini sudah bagus kok.” balas Husna tersenyum.
“Ibu, teman Dita ini Dita ajak ke kamar dulu yaa. Dia mau menumpang sholat.” Ujar Andita yang di angguki oleh ibu Andita itu sebut saja dia ibu Diyah.
Andita dan Husna pun masuk ke kamar Husna yang kecil, “Masuk Husna. Maaf hanya kecil begini. Jika kau mau wudhu di kamar mandi dan ini mukenahnya.” Ucap Andita mengambil mukenah terbaik yang dia punya.
Husna tersenyum lalu menerima mukenah yang di berikan oleh Andita itu dan dia pun menerimanya lalu tidak lama mereka segera melakukan sholat berjamaah.
***
Kini Andita dan Husna telah selesai menunaikan sholat dan mereka berdua pun segera keluar, “Nak, ayo ikut makan malam dulu.” Ujar ibu Diyah memanggil keduanya.
Andita pun menatap Husna, “Husna, ayo ikut makan.” Ajaknya.
Husna pun mengangguk lalu dia segera menuju meja makan kecil itu dan melihat makan malam seadanya sangat berbeda dengan di kediamannya.
“Maaf nak hanya ini yang bisa ibu hidangkan untukmu.” Ujar ibu Diyah melihat Husna menatap makanan itu.
Husna menggeleng, “Ini sudah lebih baik kok bu. Makanan itu sama saja yang penting kan nutrisinya cukup.” Ucap Husna tersenyum.
Ibu Diyah pun tersenyum lalu mereka segera memulai makan malam itu. Husna pun makan. Tidak ada rasa sedikit pun di hatinya jika merasa jijik atau tidak menyukai makanan di sini. Justru makanan sederhana begitu lebih terasa nikmat di lidahnya.
Setelah makan malam Husna pun segera pamit pulang, “Ibu, Dita terima kasih sudah di izinkan menumpang sholat dan sudah di beri makan malam. Husna sudah kenyang sekali ini.” ucap Husna mengelus perutnya.
“Ahh nak kami senang kau datang. Sering-seringlah datang. Ibu akan memasakkan makanan untukmu jika kau datang.” ucap ibu Diyah.
Husna pun mengangguk, “Baiklah. Husna akan sering datang nanti. Jangan mengeluh nanti jika persediaan ibu akan habis nanti.” Ucap Husna bercanda. Ibu Diyah dan Andita pun tersenyum lalu Husna segera pergi menuju mobilnya.
“Dia sangat baik Dita. Dia tidak sombong. Ibu senang kau berteman dengannya.” ucap ibu Diyah sedih.
Andita pun tersenyum, “Tenanglah bu. Aku akan melakukan yang terbaik untukmu. Jangan khawatir. Aku akan membebaskanmu dari pekerjaan yang mengekangmu ini.” ucap Andita memeluk ibunya itu. Satu-satunya keluarga yang dia punya di dunia ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Happyy
😽😽😽😽
2023-08-25
0