Pesta ulang tahun semalam berakhir dengan keributan yang terjadi antara Gina dan Livia. Awalnya pertengkaran itu tak akan menjadi heboh, jika Revan tak datang.
Hanya saja, ketika Revan datang, Gina semakin emosi dan menjadi-jadi. Ia marah dan semakin membuat Livia kesakitan. Hal ini sangat memalukan, karena mulai banyak pasang mata yang memerhatikan pertengkaran mereka.
Livia merasa bersalah, ia lantas meminta maaf pada kedua adik Revan, namun sepertinya adik Revan sudah terlanjur malas dan kesal. Terutama Gita, adik perempuan Revan.
"Kenapa juga kau harus muncul semalam itu? Kenapa harus menampakkan diri di acara ulang tahunku, ha? Aku tak mengundangmu! Seharusnya kau jangan datang, karena buktinya, jika kau datang, acaraku hancur kan!" keluh Gita saat mereka sarapan pagi.
"Gita, bukan Livia yang membuat ulah. Tapi rekan kerja kakakmu, dia sepertinya ada masalah denganmu, bukan begitu, Nad? Revan, seharusnya kau bertindak tegas! Jangan membiarkan siapapun merusak acara adikmu. Kenapa kau bisa-bisanya tak tahu, jika istrimu dan temanmu bertengkar?" ujar Helma menengahi.
"Mana kutahu Gina dan Putri datang. Mereka bukan teman kerjaku, mereka teman lamaku. Aku bahkan tak mengundangnya. Lantas siapa lagi yang mengundangnya jika bukan Anggita? Kau! Kau pasti yang mengundang Gina dan Putri untuk hadir! Kenapa bisa-bisanya kau mengundang mereka tanpa sepengetahuanku, ha? Dan kenapa mereka menyerang Livia?"
"Mas Revan, tidak usah memarahi Anggita, dia tak tahu apapun tentang hal itu, sungguh, wanita itu menyerangku karena memang aku yang membuatnya kesal. Maafkan aku," Livia menunduk merasa bersalah.
"Tuh, kan! Dengar apa kataku! Wanita sial ini yang pasti telah membuat masalah dengan mereka! Kakak harus tahu, kenapa aku mengundang Kak Gina, karena dia adalah saudaranya Aldo! Otomatis aku harus mengundangnya! Aku heran saja, kenapa wanita sial ini malah mengacaukan pestaku, bertengkar dengan tamu undanganku! Kurang ajar!" Gita nampak marah penuh emosi.
Revan terdiam, ia enggan lagi meneruskan pembicaraannya dengan Gita. Revan kini tahu, kenapa bisa-bisanya Gita mengundang Gina dan Putri.
Ada satu hal yang tak diketahui oleh siapapun. Satu hal yang pernah menjadi masalah terberat baginya. Revan tak mungkin bisa menceritakan kisah tersebut pada siapapun, karena itu jelas merupakan masa lalu yang ingin ia kubur dalam-dalam.
"Livia, ikut denganku! Masuk ke kamar!" perintah Revan begitu cepat.
Deg. Livia jadi bingung, apa yang harus ia lakukan? Meminta maaf pada adik Revan saja belum, namun pria keras kepala ini malah mengajaknya untuk masuk ke kamar.
Hal apa lagi yang akan Revan pusingkan padanya? Livia sudah lelah, namun ia enggan untuk bisa melawan Revan sedikitpun.
Sulit bagi Livia untuk keluar dari jeratan ini, karena Revan memang yang berkuasa atas segalanya.
"Tunggu dulu! Aku belum selesai dengannya!" sentak Gita.
"Dia urusanku, kau urus saja dirimu sendiri!" balas Revan kejam.
"Kakak! Kau! Kurang ajar sekali! Urusanku dengannya belum selesai! Dia harus minta maaf padaku! Hey, Kak Revan! Dengarkan aku!" Gita berteriak-teriak, namun Revan mengabaikannya, dan tak memedulikan adiknya sedikitpun.
Livia semakin merasa bersalah, kedatangannya pagi ini jelas untuk membahas masalah semalam, dan meminta maaf atas kekacauan yang dilakukannya.
Namun lagi-lagi, Revan malah menarik Livia untuk lepas dari tanggung jawabnya dan membawanya pergi dari keluarga besarnya. Revan menarik paksa Livia menuju kamarnya. Entah apa yang Revan inginkan, karena aneh saja tiba-tiba ia bisa begini.
"Mas Revan lepas! Ini sakit!" Livia meminta Revan melepaskan genggaman tangannya yang begitu erat.
Akhirnya Revan melepaskan Livia, dan menjatuhkannya di ranjang besar miliknya. Raut wajahnya nampak sekali seperti orang yang kebingungan, dan entah harus berkata apa.
"Kau jangan pernah terlibat dengan Gina dan Putri! Mereka menyeramkan!"
"Maksudmu? Menyeramkan bagaimana, Mas?"
"Tak usah tahu banyak hal. Intinya, mereka itu berbahaya. Setidaknya, kau harus tetap hidup jika sudah lepas dariku!"
"Ha? Maksudmu? Mas Revan, kau ini bicara apa? Aku sungguh tak mengerti," protes Livia.
"Mau mengerti atau tidak, kuberi tahu padamu, kau harus hati-hati padanya! Sebisa mungkin kau jangan terlibat dengannya. Kau harus menghindar darinya! Kau tahu, diam di rumah jelas lebih baik demi keselamatanmu!"
"Memang selama ini aku selalu di rumah saja, kan? Aku tak pernah ke mana-mana, jika bukan denganmu. Aku selalu menuruti perintahmu, untuk selalu berada di rumah!"
"Halah, pintar sekali kau membalas ucapanku. Kutanya sekali lagi padamu, kenapa kau harus terlibat dengan dia? Apa yang menyebabkan Gina marah besar padamu?"
"Dia bertanya, apakah kau seorang lelaki penyuka sesama pria? Tentu saja aku tak mau menjawab. Itu adalah privasi, sebenarnya bukan privasi, hanya saja aku tak tahu apa yang harus aku jawab, jadi aku ngeles saja. Eh, ternyata, dia malah marah besar padaku dan memaki-maki diriku. Aku kan semakin heran dan tak mengerti. Jadi, kutarik kesimpulan, bahwa dia sepertinya menyukaimu, Mas. Apa itu benar? Dia tampak sekali berambisi padamu! Aku bisa merasakan setiap penekanan kalimat yang dia ucapkan padaku tentangmu! Kurasa dia memang mencintaimu Mas, kenapa kau tak membalas cintanya?"
"Dia jahat, dia adalah monster, mana mungkin aku mau mencintainya. Toh, aku memang tidak tertarik pada wanita! Aku menyukai laki-laki, karena bagiku mereka sangat menarik dan manis!" jawab Revan sambil terkekeh.
Tiba-Tiba, tanpa Revan dan Livia sadari, Helma sudah berada di depan pintu dan mendobrak pintu yang tidak dikunci tersebut.
"Revandio Putra Sadewa! Kau! Hentikan ucapan-ucapan kotor itu! Sungguh kah kau menyukai teman sesamamu? Aarrgghh, Livia, ini tidak bisa dibiarkan, kau harus ikut denganku! Aku ingin kau berhasil merayu Revan, dan kita harus segera pergi ke salon! Aku akan merubahmu dan membuat Revan jatuh cinta padamu! Kau Harus menghilangkan stigma yang melekat padanya! Livia, Revan itu bukan seorang g a y! Kau harus bisa merubahnya! Ayo, ikut denganku sekarang. Kita pergi ke salon, dan buat dirimu menakjubkan ketika dilihatnya! Lepaskan dia, aku akan pergi bersamanya!" sentak Helma, yang ternyata sejak awal sudah menguping pembicaraan Revan dan Livia.
"Hah? Mama? Apa-apaan ini! Jangan seenaknya ya, Ma, astaga, kenapa jadi Mama mengupingku dan memerintahkan Livia seenaknya," Revan merasa kaget, karena Helma akan membawa Livia pergi dan ditinggalkan seorang diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Rhina sri
bagus mama helma bawa livia ke salon bikin dia secantik mungkin😅
2023-06-01
0
Umine LulubagirAwi
_moga revan bsa buvin dg Livia
2023-02-16
0
lovely
Revan kayanya bukan gay cm dia ada trauma masa lalu
smoga bisa Nerima Livia dan Bucin duluan
jangan lupa visualny😇 thour gantenggg cantik tapi jangan oppa Korea kurang suka🥴
2023-02-14
0