Revan dan Sendi keluar dari mobilnya, mereka benar-benar kaget, mendapati Livia tengah bersama seorang pria. Revan melihat, jika Livia dan pria itu nampak sekali akrab.
Hal ini semakin membuatnya marah bukan main. Revan langsung keluar dan berjalna begitu cepat, untuk melabrak Livia dengan pria yang tengah bersamanya. Sendi sudah berusaha melarang Revan, namun Revan tak mau mendenagrkan saran Sendi sama sekali.
“Dasar tak tahu diri! Rupanya kau memang wanita yang nakal! Kukira kau polos, ternyata kau memang pemain!”
“Revan! Hentikan ucapanmu! Kau salah paham, aku tak seperti apa yang kau katakan,”
Ardan jelas kaget, mendengar Livia disalahkan begitu saja oleh pria arogan didepannya ini. Ardan jelas berusaha untuk membela Livia, karena tuduhan yang dilontarkan Revan jelas tak masuk akal.
“Maaf, apakah kau suami Livia? Jangan salah paham dulu, aku menemukan istrimu tengah terluka di jalanan, aku membantunya dan membawanya berobat ke klinik. Kondisinya begitu mengkhawatirkan. Maaf jika membuat kalian jadi berselisih. Kuharap, kau tak perlu memarahinya lagi, karena bukankah ini juga merupakan kesalahanmu? Bukankah kau yang sengaja meninggalkannya? Seharusnya, jika kau suaminya, kau mampu melindunginya, bukan malah mengabaikannya seperti itu. Livia, karena kau telah bertemu dengan suamimu, aku pergi dulu, ya. Aku permisi, maaf jika telah membuat kekeliruan. Semoga kau selalu sehat, ya,” Ardan menyunggingkan senyumnya, menatap tajam pada Revan, dan berlalu meninggalkan mereka semua.
“Sialan! Kurang ajar sekali kau menyindirku!” Revan emosi, dan berusaha untuk mengejar Ardan, namun Sendi dengan sigap menahan Revan, agar tak terjadi hal memalukan apapun lagi.
“Tuan, Tuan, tenanglah! Ini adalah resort milik Om Anda, jangan membuat keributan, nanti pasti akan diketahui oleh beliau,” tahan Sendi.
“Kurang ajar sekali dia, berani-beraninya membuatku marah! Dan kau, Livia! Kau kurang ajar sekali, kau! Ini benar-benar tak bisa dibiarkan, masuk ke kamar, kau! Sekarang juga!” bentak Revan.
“Baik, Revan,”
Livia pasrah, ia benar-benar pasrah. Revan pasti akan memberi perhitungan padanya. Livia sadar akan hal ini, karena ini jelas membuatnya bertanya-tanya, kenapa Livia bisa diantar oleh seorang pria.
Livia mengikuti Revan dari belakang. Teman-Teman Revan tengah asyik berenang, dan mereka pun berteriak untuk mengajak Revan. Namun Revan menolak, karena ia jelas harus membicarakan masalah itu dengan Livia.
Sesampainya di dalam kamar, Revan menarik tangan Livia, dan menjatuhkannya di ranjang. Revan benar-benar marah, mengingat jika Livia telah mejatuhkan harga dirinya kepada pria lain.
“Aw, sakit Revan!” Livia memegangi tangannya yang digengga Revan begitu kasar.
"Kau tahu, apa yang telah kau lakukan, ha?"
"Maafkan aku, aku hanya ditolong olehnya, karena kakiku berdarah lagi kemarin,"
"Kau dengar, ya, apa yang kau lakukan itu jelas-jelas telah mempermalukan harga diriku! Kau telah mencoreng nama baikku! Kau tahu, kau sudah keterlaluan! Apa yang kau ceritakan pada pria gila itu, ha?"
"Aku tak menceritakan hal aneh. Aku hanya mengatakan, jika aku berulang tahun, dan kalian meninggalkanku, karena iseng. Hanya itu saja, aku tak mencoreng namamu!"
"Halah, pandai sekali kau bersilat lidah dan berpura-pura! Sekali pemain tetap pemain! Kau memang wanita penggoda! Mudah sekali menggoda semua pria, hingga mereka dengan bodohnya mau-maunya mengantarmu! Oh, rupanya aku tahu, kau sengaja memberi tahu dia, bahwa aku meninggalkanmu, agar dia simpati kepadamu dan memberi uang padamu begitu? Halah, otak mata duitanmu sudah kucium sejak awal! Memang dasar wanita uang, sekali mencintai uang, akan terus berusaha untuk mencari uang!”
“Revan! Mulutmu itu! Jangan asal bicara. Semua ucapanmu tak berbukti sama sekali. Dengar ya, semua ini juga tak lepas karena ulah dan perlakuanmu! Kakiku, kakiku yang sakit dan belum kering lukanya, malah dipaksa ikut pergi bersamamu. Di sana, aku terus melayanimu dan juga teman-temanmu aku hilir mudik tiada henti menuruti semua permintaan kalian! Pantas saja lukaku kembali berdarah dan infeksi. Ketiga, kau sengaja meninggalkanku. Untuk apa, ha? Kenapa kau harus meninggalkanku? Kau ingin aku pergi dari hidupmu? Mintalah hal itu pada Nyonya Helma! Jangan malah membuat aku terus-menerus dijahati oleh perbuatan isengmu!” sentak Livia.
Revan sedikit kaget, karena rupanya Livia berani melawannya. Livia begitu tegas dan tak sedikitpun takut pada Revan. Revan menelan ludahnya, dan ia pun jadi bingung harus melakukan pembelaan apalagi.
Tak pernah Revan duga, jika Livia berani melawannya. Revan kira, Livia hanyalah wanita lemah yang kebanyakan akan tunduk pada orang-orang sepertinya. Nyatanya, Livia benar-benar berbeda. Livia tak seperti wanita lemah yang bisa diinjak-injak begitu saja.
“Kau! Sudah salah pun tetap saja membantah! Kau tahu, kau itu secara hukum dan agama, sudah merupakan istriku! Sekalipun aku sangat membencimu! Tetapi, kau harus sadar, jika ada adab yang tak bisa kau tinggalkan begitu saja telah kau menjadi seorang istri! Secara hukum dan agama, seorang istri itu tak boleh berduaan dengan lelaki manapun tanpa seizin suaminya! Kau sudah kelewatan, wanita uang! Kau memang tak bisa dibiarkan. Mulai detik ini, akan kubuat peraturan khusus untukmu! Peraturan yang harus kau patuhi, dan jangan kau langgar!" tegas Revan.
"Apa? Peraturan? Peraturan apa maksudmu?"
Revan terdiam, ia sepertinya tengah berpikir, peraturan apa yang harus ia berikan pada Livia. Peraturan yang akan semakin menjerat Livia, agar benar-benar merasa kesulitan hidup bersama Revan.
Peraturan Revandio Putra Sadewa ….
1 Kau harus patuh pada semua ucapan Revandio
2 Kau tak boleh menatap pria lain, apalagi bersama pria lain
3 Kau harus melayani Revandio sebagaimana mestinya. Kau harus siaga 24 jam penuh untuk Revandio
4 Kau harus bersikap menjadi sebagaimana seorang istri pada suaminya.
5 Jika kau melanggar perintah nomor 1,2,3,4 maka kau akan mendapat hukuman!
"Kenapa aku bilang begini? Karena semakin kau bebas, kau semakin seenaknya! Kini, aku tak akan melepasmu! Aku harus mengurungmu, dan tugasmu hanyalah melayaniku! Namun, jangan harap kau bisa melayaniku di tempat tidur, karena kau bukan tipeku sama sekali! Aku tidak tertarik pada wanita uang sepertimu! Kau harus melayaniku dan sibuk dengan tugas-tugasmu untukku! Selama 24 jam full. Asal kau ingat, jangan berani membantah, karena kehadiran dirimu di sini, jelas untuk melayani diriku! Bukankah uang tujuh ratus juta itu terlalu besar untuk membayar seorang wanita sepertimu?"
Livia terdiam. Sekasar dan semarah apapun ia pada Revan, akan tetapi pada akhirnya, Livia lah yang akan kalah dan mengalah. Livia tak bisa berontak, Livia tak bisa melawan, karena jika ada kalimat uang tujuh ratus juta, hati dan perasaan Livia jadi lemas begitu saja.
"Baik, Revan, aku akan melayanimu sebagaimana mestinya."
"Kau memanggil namaku?"
"Ya, memangnya kenapa?" tanya Livia polos.
"Tak sopan sekali!" pekik Livia.
"Maaf, Mas Revan," Livia pun akhirnya mengalah.
"Ingat semua peraturan itu! Jangan berani melawan, apalagi membantah, ya!" pekik Revan.
"Baik, Mas,"
Livia menangis seorang diri. Ia benar-benar sakit hati dengan semua yang Revan lontarkan padanya. Livia tak pernah tahu, jika dirinya akan berakhir hidup semenyedihkan ini dengan Revan
Tiba-Tiba, saat tangisan itu membasahi pipinya, Livia teringat pada sosok seseorang yang telah ia lupakan, karena pernikahan ini.
"Ya Ampun, kenapa aku jadi teringat Kak Bayu, apa kabarnya dia? Kak Bayu, tahukah kau, aku tengah berada di penjara, aku ingin keluar, aku ingin bebas, bisakah kau datang dan menolongku? Hatiku terkikis dan tersayat-sayat karena hidup bersamanya. Bukankah kau mencintaiku? Bukankah seharusnya kau perjuangkan diriku? Tolong aku … lepaskan diriku dari jeratan pria gila ini, Kak," air mata Livia semakin jatuh tak tertahankan, ketika ia teringat pada sosok laki-laki, yang selalu menghiasi harinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Rhina sri
keterlaluan banget revan bikin kesel ajah
2023-06-01
0
lovely
dasar org Kya ga punya hati Lo Revan 😡
2023-02-14
0
Umine LulubagirAwi
wah tryta livia punya kksih. smoga bsa mmbntunya.🤭
2023-01-31
1