"Ini sudah lebih dari dua puluh menit, dan dia belum keluar juga. Memilih apa wanita itu? Sebodoh apa sih dia, sampai-sampai hal seperti ini saja harus lama sekali? Aarrggh, kali ini tak mungkin aku tinggalkan dia, karena akan ada Mama yang memusingkanku dengan banyak pertanyaan!" gerutu Revan seorang diri.
Revan telah menunggu Livia sejak tadi, karena ia enggan masuk ke dalam mall. Ingin rasanya Revan meneriaki Livia dari dalam mobil, dan meminta Livia agar segera datang padanya.
Waktu terus berlalu, hingga Revan semakin marah dan kesal pada Livia. Revan jadi ingin menyusul Livia dan memarahinya karena telah membuatnya menunggu saat lama.
"Dia benar-benar mempermainkanku. Dia benar-benar keterlaluan! Awas saja jika nanti aku menemukannya, habis dia kucaci-maki!"
Revan akhirnya keluar dari mobilnya, dan berniat runtuk menyusul Livia agar segera kembali. Revan penuh emosi, karena waktunya habis terbuang hanya untuk Livia.
.
.
Livia celingukan tak nyaman, karena pertemuannya dengan Ardan benar-benar membuatnya kaget bukan main. Livia tak pernah menyangka, jika di tempat ini, ia akan dipertemukan kembali dengan Ardan.
"Ke mana suamimu? Kenapa kau hanya sendiri? Apakah dia tak mau mdngantarmu?" tebak Ardan.
"Dia banyak pekerjaan, jadi dia menunggu di mobil. Dia sangat sibuk akhir-akhir ini," jawab Livia tak mau menjelekkan Revan sama sekali.
"Sampai tak bisa menemani istrinya memilih hadiah untuk adiknya sendiri?" sindir Ardan.
Livia hanya diam saja, ucapan Ardan sudah semakin keterlaluan. Livia tak mau membahal hal sensitif apapun lagi. Heran sekali, bisa-bisa Livia dan Ardan dipertemukan di tempat ini.
Padahal Livia sama sekali tak pernah berpikir, akan bertemu dengan sosok pria yang pernah menolongnya di Bali pada saat ia terluka.
"Ini cocok untuk adik iparmu, kalau adik iparmu laki-laki, kau harus melihat dari sudut pandang pria. Jika aku menyukainya, maka adik iparmu pasti menyukainya. Karena kami sama-sama seorang pria. Percayalah padaku, ini adalah kado yang luar biasa," Ardan begitu menyukai jam tangan pilihannya.
Livia tak peduli sama sekali dengan pilihan Ardan, yang Livia takutkan jelas keberadaan Revan yang akan membuatnya benar-benar kaget.
"Livia, apakah kau mendengarku?"
"Ah, iya, iya, Ardan. Aku mendengarmu, terima kasih banyak atas pilihanmu. Oh iya, kenapa kau di sini? Jika ada perlu atau kegiatan lain, bisa tinggalkan aku saja, karena aku juga akan pulang sekarang. Kau boleh pergi, Ardan, terima kasih banyak atas pilihannya," Livia sangat amat berharap, jika Ardan akan pergi.
Hal yang sangat Livia takutkan saat ini adalah keberadaan Revan di toko ini. Livia takut, jika Revan akan datang, karena ia terlalu lama di toko mewah ini.
"Livia, apa kau mengusirku? Aku sedang tak sibuk, aku hanya sedang berjalan-jalan dan melihat-lihat jam tangan untuk koleksi baruku. Tenang saja, aku bisa membantumu memilihkan hadiah yang cocok," jawab Ardan.
Jawaban Ardan rupanya semakin membuat Livia takut, karena Ardan tak sedikitpun berniat untuk meninggalkannya. Ardan justru sepertinya memang ingin menemani Livia untuk memilihkan barang.
"Ardan, terimakasih. Akan tetapi aku lebih suka sendiri dalam memilih hal apapun. Yang bahkan, aku sendiri tak meminta suamiku untuk turut ikut campur dengan apa yang menjadi pilihanku,"
"Tak apa, maaf jika aku terlalu ikut campur. Aku hanya senang saja, jika kita dipertemukan lagi. Livia, bolehkah aku meminta nomor ponselmu? Agar aku bisa menghubungimu jika ada kabar atau sesuatu yang penting," ucap Ardan tiba-tiba.
"TIDAK BISA! SIAPA YANG BERANI-BERANINYA MEMINTA NOMOR PONSEL ISTRIKU, HA?" teriakan Revan pun terdengar dari kejauhan.
Deg. Livia kaget bukan main. Bisa-bisanya disaat seperti ini, Revan datang membuat keadaan semakin kacau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Rhina sri
aduh revan revan makanya istri itu di temeni bkn di suruh" ntar di embat org tau rasa 😅
2023-06-01
0
Cahaya
terlalu menyebalka reva itu pengen ku lakban tu mulut..
2023-05-26
0
Kanaya Shezan
seru 😃
2023-02-27
0