Ketiga teman Revan, akhirnya menyusul Revan dan Livia untuk berjalan-jalan di pantai. Revan meminta Sendi untuk menunggu di villa, dan tak usah ikut mereka berjalan-jalan di pantai.
Sebenarnya, Livia juga enggan ikut Revan ke pantai, namun anehnya, kali ini Revan malah memaksa Livia untuk ikut dengan mereka.
"Revan, kakiku sakit. Aku tak ikut, ya. Aku ikut bersama Sendi saja ke villa, aku ingin beristirahat," pinta Livia.
"Enak saja! Bukankah sudah kubilang padamu? Jika kau harus menuruti semua perintahku! Kau tak boleh membantah keinginanku! Kalau kubilang ikut, ya ikut! Kau harus ikut dengan kami! Ayo, naik ke mobil! Kita akan ke pantai yang lebih indah dari pantai ini!"
Livia menghela napas panjangnya, ia kesakitan, namun apa mau di kata, permintaan Revan tak bisa terbantahkan. Akhirnya, walaupun kakinya kesakitan, Livia mau tak mau harus tetap pergi bersama Revan.
Revan membawa Livia ke sebuah pantai yang ternyata memang sangat indah pemandangannya. Jaraknya memang agak sedikit jauh, karena itulah Revan menggunakan mobil untuk sampai ke tempat ini.
Sesampainya di pantai yang dituju, Revan dan kawan-kawannya langsung asyik bermain di pantai. Mulai dari naik jetsky, berselancar, dan juga snorkling pun mereka lakukan di pantai indah ini.
Livia hanya disuruh-suruh untuk melayani mereka. Livia diminta membawakan mereka pakaian dari mobil, juga menyimpan beberapa baju kotor, dan juga memesankan makanan ke cafe terdekat di pantai ini.
Livia jalannya pincang, karena ia memang kesakitan. Livia sadar, jika Revan sengaja tak mengajak Sendi, karena memang Revan hanya ingin mengerjai Livia.
"Aku juga tahu, jika dia sengaja tak mengajak Sendi ke sini, karena dia pasti memang ingin mempekerjakanku dan sengaja akan menyusahkanku. Kurang ajar sekali, memang. Sudah tahu kakiku sakit, dia malah sengaja semakin menyakitiku juga! Dasar pria tak punya perasaan! Ah, ya memang jelas. Jika dia memang pria tak punya perasaan pada wanita, karena perasaannya jelas untuk laki-laki! Ngomong-Ngomong, aku penasaran, sebenarnya kekasihnya dia itu yang mana ya diantara ketiga lelaki itu? Apa mungkin ketiganya juga saling berpacaran? Atau, mereka adalah dua pasangan kekasih begitu? Astagfirullah, ya Allah, amit-amit sekali! Sungguh mengerikan!" Livia bergidik ngeri, sembari berjalan menuju mobil Revan, untuk mengambilkan beberapa perlengkapan yang diminta Revan dan kawan-kawannya.
Revan memang tak punya hati, ia tak peduli sama sekali dengan keadaan Livia saat ini. Livia terus saja disuruh-suruh, dan diminta untuk melakukan apapun yang Revan inginkan.
Setelah selesai bersenang-senang, akhirnya Revan dan ketiga temannya makan bersama. Alih-Alih diajak makan bersama, Livia malah disuruh membersihkan isi mobil dan merapikannya.
Revan sengaja membiarkan Livia membersihkan mobil, agar Livia tak ikut makan bersama dengan mereka. Revan benar-benar kejam, ia sama sekali tak pernah berbaik hati pada Livia.
"Kasihan banget istri lo! Masa sih lo harus kayak gitu sama dia, Van? Suruh makan, napa!" tukas Ronal.
"Kalau laper kan bisa makan sendiri. Dia bukan anak kecil lagi! Biarin aja! Resiko merusak kebahagiaanku, maka akan habis dia tak betah hidup bersamaku!"
"Kejam banget lu! Udah kayak di novel-novel, Tuan muda kejam judulnya!" tambah Doni.
"Gue gak kejam, gue cuma kasih dia pelajaran, karena berani-berani menghancurkan semua ini! Dah lah, jangan hiraukan dia! Masa bodoh dengan apa yang dia lakukan!"
Revan hanya tertawa puas ketika melihat teman-temannya protes. Revan tak peduli, apapun yang dikatakan oleh mereka. Livia sudah memiliki uang tujuh ratus juta dari ibunya, karena itulah, tak semudah itu bagi Livia untuk hidup senyaman yang ia harapkan.
Setelah mereka semua selesai dan puas bermain, hari pun mulai gelap. Mereka akan pulang ke villa dan kini tengah bersiap-siap. Saat mereka akan berangkat, tiba-tiba saja Revan teringat sesuatu ….
"Livia, sepertinya topiku tertinggal di lesehan tadi. Topi itu mahal sekali, aku membelinya di Amerika. Bisakah kau mengambilkannya untukku? Ayolah, kau ambilkan topiku, aku tak mungkin meninggalkannya, karena itu adalah topi mahal yang limited edition. Ya, Livia? Kau mau kan mengambilkan topiku dulu?"
"Astagfirullah, kenapa dia menyuruhku terus? Apa dia memang tak punya kaki?"
Livia menghela napas panjang, "baiklah, aku akan mengambilkannya untukmu, tunggu sebentar, ya,"
Livia pergi mengambil topi yang Revan maksud ke lesehan tempat mereka makan. Padahal Livia berjalan pincang, dan ia belum makan. Tega sekali Revan membiarkan Livia tersiksa seperti ini.
"Tahan, perut, tahan. Makan di villa saja, kan ada makanan gratis, jadi aku tak perlu mengeluarkan uang!" Ujar Livia.
Livia berjalan perlahan-lahan, namun topi yang dimaksud tidaklah ada. Revan tak meninggalkan barang apapun, setelah Livia bertanya pada pemilik kedai.
Livia merasa dibohongi, padahal kakinya masih sakit, dan ia juga harus berjalan memaksakan diri mengikuti semua keinginan aneh Revan.
"Kenapa dia jahat sekali? Kenapa dia harus mempermainkanku seperti ini? Kenapa? Ada apa sih dengan otaknya?"
Livia kemudian berpikir, rasanya ada yang aneh, karena bukankah mereka akan pulang, kenapa Livia harus diminta pergi ke kedai ini lagi?
"Ya Allah, Revan! Jangan-jangan dia sengaja melakukan hal ini, untuk meninggalkan aku sendirian!" Livia baru sadar, jika hal ini bisa saja adalah perbuatan jahat Revan.
Livia berlari menuju tempat mobil Revan terparkir, dan berusaha secepat mungkin mengejarnya. Livia benar-benar kaget, saat tak mendapati mobil Revan di sana.
"Benar! Ternyata benar! Dia memang sengaja meninggalkanku. Ya Allah, bagaimana ini? Bagaimana aku pulang? Revan benar-benar jahat! Lihat saja nanti, Allah tak akan pernah tidur! Kau pasti akan mendapatkan karma atas semua perbuatanmu ini!" Livia ketakutan, karena hari sudah gelap.
Livia menitikkan air matanya, karena ia sedih, harus bagaimana ia untuk sampai ke villa tempatnya menginap?
"Revan, kau jahat sekali. Kenapa harus seperti ini hanya karena ingin membuatku pergi dari hidupmu? Apakah aku memang pantas diperlakukan seperti ini ya Allah?" Air mata itu tak bisa tertahankan, karena sakit sekali hati Livia, mendapati kekejaman yang Revan lakukan padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Rhina sri
jahat banget revan moga cepat dapat karma dia... apa livia hrs pergi ajah biar si revan nyesel
2023-06-01
0
lovely
mnding pergi aja Lo Livia daripada di siksa terus bikin emosi saja emang org ky realnya sombong tidak berprikemanusiaan PD si miskin'😠😡
2023-02-14
1
Resa Bekers Resa
katanya revan msh remaja nich 16 thn lah..... masa org dewasa ngerjain ke gitu.
2023-01-31
0