Setelah resmi menikah, akhirnya Livia pun harus diboyong menuju ke kediaman mewah Sadewa Grup. Kedua orang tua Revan telah merayu revan, untuk bisa menerima Livia dengan baik. Revan malas menanggapi kedua orang tuanya, namun Revan juga sadar, jika ia tak akan pernah bisa menolak keinginan kedua orang tuanya.
Malam ini, adalah hari kedua Revan dan Livia sah menjadi sepasang suami istri. Malam ini juga lah, malam pertama Livia makan bersama dengan keluarga besar dari Sadewa Grup.
Di meja makan besar dan megah ini, terdapat kedua orang tua Revan, ada dua adik kembarnya, dan juga kakek neneknya, beserta adik dari ibunya. Ini adalah keluarga besar, benar-benar besar. Livia sungguh canggung berada satu meja makan bersama mereka.
Ada sebuah perasaan tak pantas, yang menjalar di pikirannya. Livia merasa jika dirinya tak layak berada di tempat mewah ini. Namun nasib membawanya harus hidup mendampingi revan, walau keberadaan Livia di rumah ini, sama sekali tak dianggapnya.
“Revan, Livia, apa kalian tahu proyek resort baru milik Om Fahmi yang berada di Bali?” tanya Helma ketika mereka baru saja selesai makan bersama.
“Ya, tahu. Balinnese convention resort, yang berada di daerah Badung, kan Om? Memangnya kenapa?” kebetulan sekali, adik dari Helma tengah berada di sini dan bisa meluangkan waktunya untuk makan bersama kakak dan keponakan-keponakannya.
“Ya benar. Balinnese, itu sudah diresmikan tiga hari yang lalu, Van. Bukankah kau harus mengunjungi Vila itu? View-nya benar-benar bagus dan indah! Kau bisa melihat keindahan pantai kuta dari dalam kamar! Di vilaku juga terdapat private pool, untuk berenang bersama orang terkasih, tanpa ketahuan oleh orang lain.”
“Aku masih sibuk, aku belum memiliki waktu luang untuk melihat-lihat penginapanmu. Sukses ya Om untuk Villa dan penginapannya. Kapan-kapan aku akan berkunjung ke sana,”
“Kenapa harus kapan-kapan? Bukankah saat ini kau memilik waktu luang, Revan? Pekerjaanmu bisa Papa handle, karena kau kan masih dalam cuti menikah. Kenapa kau tak pergi bulan madu saja bersama Livia? Kalian kan bisa mengunjungi Villa Om Fahmi di sana. Toh, cuti menikahmu masih sisa lima hari, Van. Benar begitu kan?” ujar Helma, seakan memberi kode, jika ia ingin Revan dan Livia pergi bulan madu bersama.
“Tidak, banyak sekali pekerjaan yang tak bisa aku tinggalkan. Aku tak mau mengabaikan pekerjaanku, hanya karena membuang-buang waktu saja,” tolak Revan to the point.
“Revan, kau tidak boleh seperti itu. Kalian harus berbulan madu! Apalagi Om Fahmi sudah memiliki tempat baru untuk kalian menginap, apa salahnya kalian pergi?” ucap Roni.
“Bulan madu itu tak ada gunanya! Itu hanya membuang-buang waktu saja! Sudah, aku tak mau membahas hal yang tak penting seperti itu. Pekerjaanku banyak, sekalipun aku cuti, aku masih harus tetap bekerja,"
"Wah, sayang sekali, Van, padahal Om sudah membawa dua tiket hadiah vacation ini untukmu honeymoon dengan istrimu. Kenapa kalian tidak pergi bulan madu saja? Bukankah ini adalah kesempatan bagus untuk kalian?" ujar Fahmi.
“Revan, kau dan Livia harus pergi Bulan madu! Kau harus menghargai hadiah yang diberikan oleh Om-mu! Livia, jangan dengarkan Revan. Kau siapkan pakaianmu dan Revan, untuk pergi berbulan madu ke Bali. Nanti Bik Minah yang akan membantumu membereskannya. Besok pagi kalian berdua sudah barus berangkat bulan madu ke Bali!”
Mama! Kau! Selalu saja kau melakukan apapun yang kau inginkan, tanpa mau mendengarkan persetujuanku sedikitpun! Kenapa kau ini begitu egois sekali, ha?”
“Kau yang terlalu egois, kau harusnya sadar, orang yang telah menikah itu memang sudah seharusnya pergi berbulan madu! Apa kau tak sadar, jika Om Fahmi juga akan memberikan dua tiket liburan untukmu di penginapannya? Jangan kecewakan Om-mu yang bersedia memberikan hadiah padamu! Pokoknya Mama tak mau tahu, kau besok harus berangkat!” tegas Helma.
“Revan. Sudahlah, jangan keras kepala terus. Kau harus pergi bulan madu, karena Om Fahmi telah memfasilitasi penginapan beserta paket liburan lainnya. Kau bersenang-senang ya dengan Livia di sana. Ya, Livia,” Roni Sadewa menatap Livia yang sedari tadi hanya menunduk saja.
“Argh, terserahlah apa kalian kata! Aku mau pergi bulan madu, asalkan Sendi ikut pergi ke Bali! Jika Sendi tidak ikut, maka aku enggan untuk pergi!” Revan mengancam.
“Baiklah, Sendi bisa diandalkan, karena dia kan memang sekretaris pribadimu, jadi kau patut membawanya. Persiapkan diri kalian, ya. Karena besok pagi kalian harus segera berangkat! Fahmi, jadwal keberangkatan pesawatnya pukul berapa?” tanya Helma.
“Pukul Sembilan pagi, jadi pukul delapan sudah harus bersiap, jika akan memakai paket liburan dariku ini. Selamat bersenang-senang ya untuk kalian,” ujar Fahmi.
Revan enggan membalas lagi perkataan dari kedua orang tuanya maupun omnya. Ia sudah emosi, kesal dan tak tahu lagi harus berbuat apa. Revan adalah pimpinan perusahaan Sadewa Grup, tapi ia tetap saja tak bisa menolak apapun yang diinginkan orang tuanya, termasuk dengan pergi berbulan madu ini.
Untungnya Revan bisa mengajak Sendi untuk turut ikut bersamanya. Mereka pun kembali ke kamarnya masing-masing. Sesuai yang diperintahkan, akhirnya Livia membereskan pakaian untuk dibawa pergi berbulan madu esok hari.
Livia enggan dibantu oleh Bik Minah, karena merasa malu, jika barang pribadinya dibereskan orang lain. Livia memutuskan untuk membereskan semuanya sendiri, karena hanya memasukkan pakaian ke dalam koper, tentu saja itu bukan hal yang sulit bagi Livia.
Saat Livia tengah membereskan pakaiannya dan pakaian milik Revan, tiba-tiba saja Revan masuk ke dalam kamar, dan merebahkan tubuhnya di ranjang empuk miliknya. Revan menatap sinis pada Livia yang tengah berada di dekat lemari.
“Heh, kau senang ya? Kau senang karena besok kau akan pergi ke Bali? Iya? Jangan harap kau akan bisa berbulan madu denganku di sana!”
“Tidak, Revan. Aku tidak senang sama sekali berbulan madu denganmu. Aku hanya mencoba menuruti perintah orang tuamu saja, karena aku tak mungkin bisa membantahnya seperti kau,yang berani melawannya,” jawab Livia.
“Kau kira, nanti di sana kita akan bersenang-senang begitu? Jangan terlalu berharap, dan jangan terlalu percaya diri juga! Kau harus tahu, jika besok, aku akan membawa serta merta teman-temanku , untuk pergi ke Bali! Aku akan pergi bersama mereka, agar aku tak muak, harus selalu bersamamu! Jujur, kau ini sangat menyulitkan kehidupanku, wanita benalu! Aku benar-benar tak habis pikir, kenapa mereka malah menikahkanku dengan wanita parasit seperti dirimu?”
“Silakan, lakukan apapun sesuka hatimu. Aku tak akan berkomentar apapun, karena tugasku hanya satu, menurut dan tak pernah membantah sedikitpun.” Livia menurut begitu saja, walaupun sebenarnya, hati dan perasaannya benar-benar sakit.
“Kau lihat saja nanti di Bali, akan ada kejutan apa untukmu! Bersiaplah, wanita parasit! Aku akan membuatmu menangis dan bersujud padaku!” Revan tertawa terbahak-bahak saking puasnya menertawakan Livia.
Entah rencana apa yang akan Revan lakukan padanya. Livia sakit, sakit sekali hatinya. Namun apalah dayanya, Livia tak bisa melakukan apapun, selain memasrahkan dirinya pada Yang Maha Kuasa, dan memohon perlindungan dariNya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Rhina sri
kasian livia apa yg akan di rencanakan revan
2023-06-01
0
Umine LulubagirAwi
jangan gila Revan!
nanti kalau ada tmnmu yg suka kivia, kmu gk terima.🤦♀🤦♀
2023-01-21
0