KEKASIHKU VAMPIR TAMPAN
Harbour Hospital, sebuah rumah sakit terbesar di negara T, gempar akibat kehilangan banyak stok kantong darah.
Ini bukan pertama kali rumah sakit tersebut kehilangan banyak stok darah, tetapi sudah kali ke tiga dan anehnya kehilangan darah seperti sekarang ini selalu terjadi saat Valenesh Falencia yang bertugas jaga malam di Bank Darah milik rumah sakit tersebut.
"Panggil Valenesh Falencia ke ruangan saya!" Perintah dokter sekaligus pemilik rumah sakit Harbour Hospital kepada salah satu stafnya.
"Pasti tidak ada yang beres. Stok darah yang berada di Bank Darah selalu hilang saat dia bertugas," lanjutnya.
"Baik Dok."
Staf rumah sakit yang diperintahkan tadi langsung bergegas memanggil Valenesh di ruangannya.
Tok tok tok.
"Masuk!" perintah Valenesh sambil mengecek sebuah sampel darah yang diberikan oleh salah satu petugas di unit pelayanan pasien sebelum memeriksa apakah sampel yang sesuai masih tersedia.
Staf tadi membuka pintu dan berjalan ke arah meja Valenesh.
"Ada apa?"
"Bu Valenesh dipanggil ke ruangan Pak Direktur."
"Baik sebentar ya! Bapak silahkan duduk dulu!"
Staf yang diperintah untuk memanggil Valenesh itupun mengangguk. Melihat Valenesh masih sibuk dia pun duduk.
"Formulir dari dokternya mana biar cepat?" tanya Valenesh pada petugas yang diminta untuk mengambil darah dari BDRS.
"Ini Bu."
Valenesh meraih kertas tersebut dan membacanya dengan seksama.
"Sebentar saya cek dulu."
Valenesh mengambil satu kantong darah dari blood bank refrigerator atau yang biasa disebut lemari es darah.
Valenesh pun melakukan croscek kesesuaian antara kantong yang akan diberikan kepada pasien dengan permintaan dokter yaitu golongan darah yang sesuai, komponen darah yang sesuai, volume darah yang sesuai dan hasil uji tapis non reaktif terhadap HbsAg, anti HIV, anti HCV dan sphilis.
Setelahnya, Valenesh memberikan kantong darah tersebut pada petugas tadi.
"Terima kasih Bu, saya pamit pergi!"
"Sama-sama, silahkan!"
Setelah petugas itu pergi dengan membawa satu kantong darah, Valenesh pun keluar dari ruangan dan memanggil Anne, rekannya untuk menggantikan dirinya.
"An kamu gantiin aku dulu ya, sebab aku dipanggil pak direktur."
Anne mengangguk dan masuk ke dalam ruangan.
"Ayo Pak!" ajak Valenesh pada staf yang memanggilnya tadi.
"Mari Bu!"
Valenesh mengangguk dan melangkah meninggalkan ruangan menuju ruangan Direktur utama rumah sakit dengan hati yang jedag-jedug. Namun, ekspresinya dibuat sesantai mungkin. Valenesh tahu kali ini akan mendapatkan teguran yang keras dari kepala rumah sakit karena satu jam yang lalu ada beberapa stok kantong darah yang menghilang begitu saja tanpa jejak.
"Good evening Mr.," sapa Valenesh saat dirinya berdiri di depan pintu ruangan direktur rumah sakit yang kebetulan terbuka lebar. Staf yang mengantarnya tadi pun pergi setelah direktur rumah sakit mendongak dan menatap kedatangan Valenesh.
"Good evening! Come in!"
Valenesh mengangguk dan melangkah ke arah atasannya itu.
"Silahkan duduk!"
"Kamu sudah bisa menebak bukan kenapa aku memanggilmu ke sini?" tanya direktur itu langsung. Pria itu tidak suka berbasa-basi.
"Iya Tuan saya paham, karena stok kantong darah yang menghilang itu, bukan?
"Tepat sekali, bisa kau jelaskan kejadiaannya?! Atau kantong darah yang hilang itu memang sudah tidak ada saat sebelum kamu bertugas?"
Valenesh menghela nafas panjang. "Baiklah."
"Hmm." Pria di hadapannya bersandar pada kursi dan menyilangkan tangan di depan dada, menunggu penjelasan dari Valenesh.
"Begini, saat saya datang sore tadi dan melalukan pergantian shift malam dengan Smith, saya sudah memeriksa stok darah di kulkas dan semuanya masih utuh."
"Jadi kesimpulannya benar stok darah hilang saat kamu bertugas, bukan?"
"Iya itu benar." Valenesh tidak mau menjadi pecundang dengan melemparkan kesalahan akibat kelalaiannya sendiri pada orang lain.
"Stok darah itu hilang saat saya kembali dari toilet untuk buang air besar padahal sebelumnya pintu ruangan sudah saya kunci," jelas Valenesh.
"Bagaimana mungkin stok darah itu bisa menghilang kalau tidak ada yang mengambilnya? Valenesh! Jujurlah padaku apakah kau menyeludupkan darah itu dan menjualnya dengan harga mahal kepada orang lain?!"
"Tuan menuduh saya?" tanya Valenesh tidak percaya.
"Kalau bukan dirimu siapa lagi yang mengambilnya?!"
Valenesh menggeleng.
"Tuan tahu bukan, saya bekerja di rumah sakit ini bukan karena uang? Saya hanya ingin mengabdikan diri saya saja mengingat ibu saya adalah seorang dokter pertama di rumah sakit ini walaupun saya tidak menjadi dokter. Kalau Tuan membicarakan perkara uang saya akan menggantinya sepuluh kali lipat dari harga darah itu kalau memang ada ketentuan harga berapa satu kantongnya. Jangankan beberapa kantong darah, rumah sakit ini pun akan saya beli jika Tuan berkenan menjualnya."
"Sombong sekali dirimu Valenesh, mentang-mentang dirimu adalah putri orang terkaya kedua di negara ini. Ayah dan ibumu di alam baka sana pasti kecewa memiliki putri yang sombong sepertimu." Direktur rumah sakit itu naik pitam sebab Valenesh menanyakan masalah harga dan berniat ingin membeli rumah sakit tersebut.
"Tuan yang mengajari saya sombong, bukankah Tuan tadi yang menuduh saya mencuri darah itu karena uang? Kalau saya sombong saya tidak mungkin mengotori tangan saya dengan bekerja di tempat ini. Harta ayah dan ibu saya tidak termakan karena saya lebih suka hidup sederhana daripada hidup mewah."
Apa yang dikatakan Valenesh memang benar. Wanita itu lebih suka hidup sendiri di rumahnya yang mewah tanpa mempekerjakan seorang pembantu. Dia hanya mempekerjakan seorang satpam dan hanya akan membayar orang untuk membersihkan rumahnya apabila tidak cukup waktu membersihkan sendiri.
Valenesh lebih suka tinggal sendirian di rumahnya.
"Pokoknya saya tidak mau tahu. Sekali lagi kantong darah di Bank Darah rumah sakit hilang kau akan saya pecat!"
"Baiklah. Kalau tidak ada yang ingin dibicarakan lagi saya pamit. Good night!" Valenesh bangkit dari kursi dan berjalan keluar meninggalkan ruangan direktur rumah sakit dengan ekspresi yang angkuh.
"Good night," ucap pria itu dengan suara yang angkuh pula.
"Dia lupa siapa yang berperan dalam pendirian rumah sakit ini, kalau tidak ada ibu dulu, rumah sakit ini tidak akan berkembang pesat dan menjadi besar seperti sekarang. Tante Lalune dan paman Luke pasti kecewa pada putranya itu," gumam Valenesh sambil melangkah ke ruangannya kembali.
"Anne, kau boleh pergi dan bersiap-siap untuk pergantian shift besok pagi!"
"Oke Val, eh tapi besok malam sehabis aku bertugas kita jalan-jalan yuk! Habisnya aku sumpek bekerja terus tanpa ada refreshing."
"Besok malam aku ada acara nonton bareng pertandingan club sepakbola. Kalau kamu mau ikut boleh-boleh saja," ujar Valenesh.
"Ya ... sepakbola. Aku nggak suka olahraga itu," sesal Anne.
"Ya sudah aku pergi sendiri saja. Kalau kamu mau keluar, kau ajak Smith saja!"
"Ogah mending aku di rumah saja. Aku tidur dulu ya. Bye!"
"Bye! Good night! Have nice dream!"
"Aku nggak mau mimpi, tanggung juga sudah hampir pagi," ujar Anne lalu terkekeh kemudian berjalan ke suatu ruangan yang dikhususkan untuk karyawan Bank Darah yang mau menginap.
Di alam yang berbeda, alam Vampir. Seorang pangeran vampir di sidang karena dianggap telah melakukan pelanggaran di dunia Vampir. Pria yang seharusnya diangkat menjadi raja vampir itu menggantikan sang ayah yang tewas di medan tempur saat melawan raja warewolf akhirnya batal dinobatkan sebagai raja.
"Dia yang membocorkan rahasia kita sehingga ayah kalah di medan pertempuran," tuding Rodex ke arah Henritz Fanhouzan.
"Tidak, itu tidak benar," bantah Henritz atas tuduhan yang dilayangkan oleh Rodex, saudara seayah, beda ibu.
"Kau tidak perlu mengelak Henritz, hanya kau satu-satunya pria vampir yang berani mendekati wanita warewolf itu dan bukannya sudah menjadi peraturan kita bahwa tidak ada seorangpun dari anggota kerajaan ini yang boleh berkomunikasi bahkan berpacaran dengan wanita manusia serigala itu. Manusia Serigala adalah musuh terbesar kita, maka dalam bentuk apapun kita tidak boleh berdekatan dengannya. Kalau tidak silahkan pergi dari kerajaan ini," kecam Zorro, adik dari Henritz dari ibu yang lain lagi.
Ayah Henritz memiliki 3 istri. Dari istri pertamanya memiliki dua putra bernama Henritz Fanhouzan dan Terrex Fanhouzan. Dari istri kedua tetapi memiliki anak terlebih dahulu ada Rodex Fanhouzan dan dari istri ketiga ada Zorro Fanhouzan.
Semua saudara-saudara Hendrik itu semuanya iri kepadanya sebab selama hidup ayahnya selalu menomor satukan Henritz, bahkan adik kandung seayah dan seibunya yang bernama Terrex pun membenci Henritz.
"Sesuai aturan di dunia vampir kita, siapa yang melanggar perintah dengan mendekati wanita musuh sekaligus membocorkan rahasia kelemahan kita sebagai vampir maka dia akan dilempar ke dunia manusia, dimana dia tidak akan pernah kembali ke dunia vampir kecuali dia menemukan darah murni." Terrex membacakan perjanjian yang dulu pernah dibuat oleh kakeknya.
"Kalau begitu Henritz harus kita lempar ke dunia manusia!" seru Rodex.
"Bagaimana ibu?" tanya Zorro.
"Lakukan apa yang seharusnya kita lakukan! Terrex bawa kakakmu ke dalam penjara sebelum dilempar nanti malam!"
"Baik Ibu!" Terrex menyeret tubuh Henritz.
"Ibu percayalah! Saya tidak melakukannya. Mana mungkin saya membuat ayah celaka." Henritz mencoba menjelaskan.
"Terrex! Lebih cepat lagi menyeretnya! Zorro, Rodex bantu adikmu membawa pria pengkhianat itu ke dalam penjara!"
"Ibu!"
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Pink Blossom
jgn² km sndri yg bocorin ya
2023-03-05
0
Pink Blossom
gk mngkn atuh,, mna ad ank yg s'tega itu
2023-03-05
0
Pink Blossom
sdh tw putri trkya no. 2 mlh nuduh menyelundup kn,, aq rsa direktur'y yg ambi nih
2023-03-05
0