Melihat semua orang tertawa mengejek, Henritz menghentikan hisapannya dan menatap wajah Valenesh.
"Apa yang kau ragukan Hen? Hisap darahku sampai kau kenyang!" tegas Valenesh.
"Kau yakin Vale?" Henritz menatap mata Valenesh dengan tatapan sayu. Dia benar-benar tidak tega.
"Kenapa kau bertanya lagi Hen? Cepat selesaikan hisapan darahnya," kesal Valenesh sebab Henritz terlalu banyak pertimbangan.
"Baiklah dan maafkan aku." Henritz melanjutkan aksinya.
Gluk gluk gluk.
"Sudah, terima kasih," ucap Henritz sambil mengusap punggung Valenesh lalu mengecupnya.
Darah di dalam tubuh Henritz berdesir, seolah membangkitkan kekuatan yang begitu besar.
Semua orang masih belum berhenti tertawa, seakan-akan kehadiran Henritz dan Valenesh di istana berbentuk kastil itu adalah sebuah lelucon bagi mereka.
Henritz memandang Rodex, Terex, dan Zorro secara bergantian dengan wajah memerah menahan amarah.
"Apa lihat-lihat! Jangan sampai bola matamu melompat sembarangan hingga tidak lagi bisa melihat kecantikan gadis bodohmu itu," ujar Rodex.
"Dia gadis bodoh?" tanya Terex sambil tersenyum devil.
"Iyalah, dimana-mana laki-laki itu melindungi wanitanya hingga tetes darah penghabisan, nah dia mau dimanfaatkan saja oleh Henritz untuk mendapatkan bank darah pribadi, hahaha...." Untuk kesekian kalinya Rodex menertawakan hidup Henritz dan Valenesh.
"Dasar wanita bodoh, paling setelah tidak dibutuhkan lagi akan ditinggalkan begitu saja oleh Henritz." Rodex masih terus bersuara padahal Henritz sudah terlihat menggertakkan giginya pertanda dia sudah sangat murka.
"Kamu!" geram Henritz lalu bangkit dari duduknya kemudian melempar buffet yang ada di dekat ranjang kepada Rodex dan semua vampir yang menghinanya. Buffet itu tepat mengenai kepala Rodex.
"Arrrrrgh!" Rodex mengerang kesakitan. Darah hitam mengucur dari kepalanya.
"Serang dia tanpa ampun dan seret gadis itu ke tempat lainnya! Kalau sampai terjadi sesuatu pada Rodex bunuh mereka tanpa ampun!" perintah Sharon karena kepala putranya terlihat retak. Wanita itu bersimpuh dan menaruh kepala putranya di atas pangkuan.
"Zorro panggilkan tabib!" serunya pada anak tirinya itu.
"Baik Ibu." Zorro segera berlari keluar. Dia tidak memiliki kekuatan telepati seperti Henritz sehingga hanya bisa mengandalkan kecepatannya saja.
Semua vampir yang ada di tempat itu dibawah pimpinan Terex terus saja melakukan penyerangan.
Henritz selalu bisa menangkis setiap serangan yang dilayangkan. Bahkan pria itu hanya dengan mengibaskan tangan lawannya beterbangan seperti debu.
"Darimana dia mendapatkan kekuatan sehebat itu?" Terex keheranan.
"Kalian bawa pergi gadis itu!" perintah Terex pada anak buahnya.
Sebelum para vampir menyentuh Valenesh Henritz langsung membuka ikatan tangan Valenesh.
"Sorry tadi aku melupakan ini," bisik Henritz.
"Tidak masalah Hen, kau waspadalah! Itu dibelakangmu!" teriak Valenesh.
Henritz berbalik dan melihat Terex yang memegang tongkat dari besi hendak memukul punggungnya. Henritz dengan sigap langsung memutar badan dan menjegal kaki Terex sebelum sampai di sisinya.
Buk.
Kekuatan Henritz yang begitu besar membuat Terex terlempar ke dinding.
"Auw." Terex merasakan benturan yang dahsyat antara lutut dan dinding. Setelah itu dia terlempar lagi ke lantai.
"Aduh." Terex meringis kesakitan sambil memijit betisnya sedangkan betis yang satunya terasa mati rasa.
Pria itu mencoba bangkit. Namun, kakinya tidak bisa digerakkan.
"Ada apa dengan kakiku? Ibu tolong aku!" rengeknya pada Sharon.
"Jangan manja kamu Terex! Lihatlah kakakmu ini sedang sekarat."
Terjadi kepanikan di dalam kastil itu melihat kedua putra dari Fanhousan yang cidera. Hal itu dimanfaatkan oleh Henritz untuk membawa kabur Valenesh.
Henritz memeluk Valenesh dari belakang.
"Vale, pejamkan matamu!"
Valenesh pun mengikuti perintah Henritz.
Cling.
Tidak butuh waktu lama mereka berdua sudah sampai di dunia manusia.
"Buka matamu!"
"Hen?" Valenesh kaget sekarang dirinya sudah berdiri di dalam kamarnya sendiri.
"Ini kamarku?" tanyanya masih tidak bisa percaya.
"Kau pikir dimana lagi? Apa ini masih dunia vampir?"
Valenesh mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan.
"Ini benar-benar kamarku, cerah tidak seredup dunia vampir," ujar Valenesh tersenyum senang dan Henritz hanya mengangguk.
"Terima kasih sudah menyelamatkanku," ujar Valenesh.
"Terimakasih telah memberikan sumber kekuatan untukku," ujar Henritz dan keduanya tertawa bersama.
"Kekuatan yang berasal dari darahmu sangat hebat Vale. Saya tidak menyangka apakah kamu memiliki darah murni?"
"Kalau iya kenapa, kalau tidak kenapa?" Bukannya menjawab, Valenesh malah melayangkan pertanyaan pada Hendritz.
"Aku harus melindungimu. Pasti akan banyak yang mengincar dirimu jika tahu mengenai darahmu yang spesial itu."
"Terima kasih atas perhatianmu Hen." Valenesh duduk ditepian ranjang.
"Tapi kau jangan khawatir aku sudah punya penangkalnya agar mereka tidak bisa mendeteksi darah yang dimiliki diriku yang sebenarnya."
"Tapi aku takut Vale, dengan kekuatanku yang muncul tiba-tiba tadi setelah mengkonsumsi darahmu bisa membuat mereka curiga bahwa darah yang mengalir di tubuhmu adalah darah murni. Vale jangan tinggalkan aku ya! Jangan jauh-jauh dariku!" mohon Henritz.
"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, tapi apakah suatu saat kamu yang akan meninggalkanku seperti perkataan Rodex tadi?"
"Itu tidak akan kulakukan Vale."
"Oh ya aku lupa kau bergantung padaku tentang pemenuhan kebutuhan darah karena aku yang memintamu untuk tidak mengkonsumsi darah manusia sembarangan. Iya kan, Hen?"
"Yah kamu benar sekali Vale, tapi ada yang lebih penting hanya dari sekedar pemenuhan kebutuhan itu."
"Apa itu Hen?"
"Perasaanku padamu."
"Perasaan?" tanya Valenesh tidak paham.
Apakah Henritz memiliki rasa yang sama denganku?
Jantung Valenesh terasa berdebar-debar.
"Ya Vale. Maaf sebelumnya kalau aku lancang. Seharusnya aku tidak mengatakan ini padamu mengingat dunia kita berbeda, tapi aku tersiksa menahan perasaan ini sendirian, jadi kau harus tahu Vale bahwa aku sangat mencintaimu."
"Hen?" Valenesh tersentak kaget. Bagaimana mungkin Henritz begitu cepat mengutarakan perasaannya sedangkan perkenalan mereka saja masih terhitung singkat.
Mereka masih belum mengenal satu sama lain dengan begitu dalam. Namun, tidak dapat dipungkiri dalam hati Valenesh bersorak-sorai dan begitu bahagia mendapatkan penyataan cinta dari orang yang sangat dikagumi itu.
"Kau tidak harus membalas cintaku. Aku sadar diri tidak pantas dicintai oleh manusia yang begitu baik dan lembut sepertimu."
"Hen, kau berkata apa? Kau pria baik dan pantas mendapatkan cinta dari siapapun."
"Aku hanya vampir bodoh Vale. Sebenarnya mereka benar, aku adalah pria yang bodoh."
"Apakah aku juga wanita bodoh jika aku mengatakan bahwa aku juga mencintaimu, Hen?"
"Vale kau serius?" tanya Henritz. Pria itu menatap wajah Valenesh dengan sumringah.
Valenesh tersenyum lalu mengangguk.
"Jadi artinya cintaku terbalaskan?" Henritz masih belum bisa percaya. Rasanya seperti mimpi saja.
"Iya Hen aku juga mencintaimu." Valenesh tersenyum malu-malu.
"Berarti mulai sekarang hubungan kita sebagai sepasang kekasih?"
"Ya itu kalau kamu mau sih Hen." Valenesh terkekeh.
"Ya pasti mau lah Vale." Henritz hendak memeluk Valenesh, tetapi dengan gesit Valenesh menghindar dan berlari.
"Ayo tangkap aku!" teriak Valenesh membuat Henritz langsung mengejar.
Keduanya kejar-kejaran sambil tertawa-tawa.
"Kena kamu!" Akhirnya Henritz berhasil menangkap dan memeluk Valenesh dari belakang.
"I love you my lady," ucap Henritz lalu mengecup kening Valenesh.
"I Love you too, my handsome lover," ucap Valenesh sambil mencubit kedua pipi Henritz yang masih berada di depan wajahnya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
🛡️Change⚔️ Name🛡️
Ternyata Mampir bisa jatuh cinta 😁
2023-03-04
1
Ir Syanda
Eh, gak boleh suudzon, gak baik 🤭
2023-03-04
1
Ir Syanda
The power of darah suci ....
2023-03-04
1