Bab 18. Mengintai

Di dalam sebuah ruangan yang gelap dan pekat seorang pria memakai jaket hoodie dengan kepala tertutup duduk di atas kursi goyang sambil menggerakkan kursi yang di didudukinya ke depan dan ke belakang.

"Apa kalian bilang?! Wanita yang bersama pria itu memiliki kalung ajaib?"

"Iya Tuan, bukan hanya cahayanya yang seakan menyakitkan mata, tetapi kalung itu memiliki kekuatan untuk menelan tubuh seseorang yang menganggu pemiliknya."

"Kalau begitu kalian selidiki wanita dan kalung itu! Siapa wanita itu dan darimana mendapatkan kalung tersebut!"

"Baik Tuan."

Kedua manusia serigala itu hendak pergi. Namun, pria misterius itu menahannya.

"Ada lagi Tuan?"

"Bagaimana? Kalian sudah mengetahui indentitas pria yang saya suruh selidiki?"

"Ti ... dak Tuan," jawab keduanya dengan gugup.

"Pasti kalian tergoda hal lain sehingga lupa dengan yang aku perintahkan!" bentak pria misterius itu.

"Ti ... dak Tuan, sumpah Tuan."

"Jangan berbohong!" sentak pria itu lagi.

"Kau pikir aku tidak bisa melihat kebohongan di mata kalian itu hah? Sekali lagi berbohong padaku maka biji mata kalian akan kucongkel!"

"Ti ... dak Tuan kami tidak akan berbohong lagi. Kami memang tergoda pada manusia lain yang darahnya begitu menggairahkan bagi kami. Kami pikir manusia itu memiliki darah murni sehingga tergoda untuk meminum darahnya. Namun, pria yang Tuan suruh selidiki itu malah menyerang tiba-tiba membuat kami yang tidak siap bisa langsung dia taklukkan," lapor salah satu manusia serigala.

"Lalu apa yang kalian lakukan?"

"Kabur Tuan."

"Dasar kalian manusia serigala pengecut!"

"Tapi Tuan pria itu terlihat memang hebat, tubuh kami terasa remuk melawannya. Apalagi tempat itu ramai, bisa-bisa tubuh kami babak belur karena dikeroyok massa."

"Arrgh alasan! Disuruh begitu saja tidak becus!"

Prang.

Pria misterius itu melempar benda yang ada di sisinya sehingga membuat kedua anak buahnya terlonjak kaget.

"Maafkan kami Tuan, kami akan berlatih bela diri lebih giat lagi."

"Aku tidak menyuruh kalian menyerangnya, tapi meminta kalian menyelidiki identitas mereka, paham?!" Suara pria misterius itu menggelegar memenuhi ruangan yang seluruhnya nampak hitam itu.

"Iya Tuan."

"Kalian tidak perlu berkelahi, cukup awasi dari jauh sampai mendapatkan identitas keduanya. Mengerti?!"

"Mengerti Tuan."

"Pergilah dan jangan kembali sebelum membawa kabar baik!"

"Baik Tuan."

***

Di Rumah Valenesh.

"Aku capek Hen, aku mau mandi dan langsung tidur ya!" pamit Valenesh.

"Ya istirahatlah sana, semoga mimpi yang indah-indah," ujar Henritz.

"Aamiin," ucap Valenesh lalu menaiki tangga yang mengarah ke kamarnya.

"Esok hari sebelum matahari muncul dari ufuk timur, Valenesh dan Henritz sudah terbangun dan mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa.

"Kita ke dalam saja ya, sepertinya matahari akan segera bersinar," ajak Valenesh yang sekarang sudah tahu akan kelemahan Henritz.

Henritz mengangguk lalu melepaskan sapu dalam pegangannya kemudian meniup-niup dedaunan kering hingga berkumpul pada saat titik.

"Keren! Kalau tahu bisa begitu, ngapain harus repot-repot pakai sapu tadi?" protes Valenesh.

"Terus bagaimana denganmu yang memiliki banyak uang, tapi malah suka mengerjakan pekerjaan rumah sendiri?" balas Henritz.

"Asyik, apalagi ngerjainnya sama kamu," ucap Valenesh manja.

"Nah itu dia tahu, kalau semua harus dikerjakan dengan sat-set- sat-set, cepat sih, tapi kurang menantang," ujar Henritz dan Valenesh mengangguk setuju.

"Sudahlah Hen kamu ke dalam duluan dan aku akan bereskan sampah ini dulu."

"Oke."

Henritz pun masuk ke dalam dan berjalan ke arah dapur terlebih dahulu.

"Ya ampun Vale, pasti kamu kemarin terburu-buru hingga tidak sempat mencuci peralatan makan."

"Mana ya cairan yang biasa digunakan Valenesh untuk mencuci piring dan perabotan lainnya?" Henritz berniat untuk membantu Valenesh, membuat peralatan dapur bersih sehingga saat Valenesh masuk nanti, wanita itu bisa langsung memasak tanpa harus membereskan peralatan yang berantakan terlebih dahulu.

"Oh sepertinya itu dia." Henritz meraih botol dengan cairan hitam di dalamnya.

"Benar nggak sih warnanya hitam? Kayaknya waktu itu hijau deh, tapi kok nggak ada yang hijau-hijau di sini?" Henritz mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dapur.

"Memang tidak ada, mungkin ini hanya variasi warnanya saja."

Henritz langsung menuangkan cairan hitam itu pada spons lalu mengoleskan ke piring-piring setelah sebelumnya sedikit dibubuhi dengan air.

Selesai semua Henritz lalu menyalakan kran dan hendak membilas satu persatu.

"Kenapa lengket sih?" Henritz terlihat kerepotan, bukannya bersih piring-piring terasa lengket di tangannya.

"Aduh, apa aku salah lagi ya?" Henritz terlihat gusar.

"Dasar vampir, pekerjaannya tidak ada yang benar di dunia manusia!" Henritz mengutuk dirinya sendiri.

Valenesh yang baru masuk dapur mengernyit mendengar Henritz mengeluh. Wanita itu terdiam di depan pintu.

"Ada apa sih dengan dia, kelihatannya kesal sekali?" Valenesh melangkah masuk dan mendekat ke arah Henritz.

"Kenapa marah-marah?" Bertanya dengan suara lembut.

"Lihat nih, aku mau bantuin cuci piring tapi tidak bersih-bersih." Henritz merengek seperti anak kecil yang takut dimarahi ibunya karena telah mengacaukan pekerjaan dapur.

Valenesh melihat wajah Henritz lalu beralih ke piring.

"Astaga Hen, apa yang hitam-hitam ini?" Valenesh terlihat kaget.

"Cairan pencuci piring, nih!" Henritz menunjukkan botol tempat cairan hitam-hitam itu berasal.

"Astaga Hen! Itu bukan cairan pembersih piring, tapi kecap. Hahaha...." Valenesh tertawa terbahak-bahak.

"Kok malah tertawa sih?" protes Henritz. Pria itu terlihat salah tingkah karena ditertawakan lagi seperti dulu oleh Valenesh.

"Habisnya kamu lucu sih, ini namanya kecap bukan cairan pencuci piring," jelas Valenesh sambil menuangkan kecap ke jari tangannya lalu mengoleskan ke bibir Henritz.

"Apaan nih, beneran bisa dimakan?" Henritz terlihat jijik.

"Jilat aja!"

Henritz menggeleng.

"Itu bukan racun Hen," jelas Valenesh yang melihat Henritz seperti ketakutan untuk mengecap kecap itu.

"Bukan darah kotor ya?"

"Ya ampun Henritz, kau pikir aku pengoleksi darah apa?"

"Terus itu di rumah sakit, bukan mengoleksi namanya?"

"Bukan, hanya menyediakan untuk pasien. Ah sudahlah saya malas membahas tentang rumah sakit. Lagipula saya sudah tidak ada hubungannya dengan rumah sakit Harbour hospital lagi."

"Loh bukankah itu tempat kerja kamu?"

"Iya dulu, sekarang nggak lagi Hen." Wajah Valenesh terlihat sendu. Ada gurat kekecewaan yang tersirat di wajahnya.

"Kamu berhenti karena kamu malu sebab masih menganggap aku yang mencuri darah di sana?"

"Tidak Hen, aku tidak mengundurkan diri melainkan dipecat."

"Apa! Dipecat?" tanya Henritz kaget.

"Iya, karena sudah beberapa kali stok darah menghilang saat aku bertugas. Jadi, direktur di rumah sakit itu langsung memutuskan memecatku."

"Maafkan aku ya Vale."

"Maaf? Jangan mengatakan memang benar kau yang mencurinya!"

"Vale-Vale, sudah berapa kali kujelaskan padamu bahwa aku tidak pernah mencuri kantong darah di rumah sakit itu kecuali saat di pergoki dirimu waktu itu."

"Tapi kenapa kamu harus minta maaf? Apa salahmu jika tidak mengambil kantong darah itu?"

"Salahku adalah tidak bisa membantumu. Kemarin aku sempat menyelidiki kedua saudaraku yang pernah menculikmu waktu itu. Aku pikir mereka pelakunya, tapi ternyata keduanya masih tidak bisa kemana-mana karena belum sembuh dari sakitnya."

"Kau sampai menyelidikinya?"

"Iya Vale karena aku juga penasaran siapa pelaku pencurian kantong darah itu yang sebenarnya. Aku tidak ingin kamu menuduhku terus-terusan seperti ini."

"Jangan salah paham Hen, aku tidak menuduhmu lagi. tadi aku menanyakan seperti itu karena kalimatmu terdengar rancu."

"Tidak apa-apa Vale, sekali kita memergoki aksi kejahatan, kita akan cenderung menuduh pelaku yang sama dengan yang pernah kita temui walaupun si pelaku itu sudah insaf sekalipun."

"Maafkan aku Hen dan terima kasih sudah berusaha membantuku menyelidiki pencuri itu."

"Sama-sama Vale. Oh ya aku jadi penasaran dengan direktur di rumah sakit tempatmu bekerja."

"Memang kenapa? Dia orangnya tampan dan berotot kekar. Hanya saja aku tidak suka dengan sikap yang seenaknya dari pria itu."

"Dia manusia?" tanya Henritz.

"Kenapa bertanya seperti itu?" Valenesh malah bingung dengan pertanyaan Henritz.

"Ya jelaslah manusia memangnya apa lagi, tidak mungkin dia vampir sepertimu, kan?"

"Bukan vampir tapi aku melihat bayangannya penuh bulu seperti manusia serigala."

"Mana mungkin Hen? Ibuku sendiri yang menyaksikan kelahiran Tuan Ansel saat di lahirkan, atau jangan-jangan–"

"Dia diincar manusia serigala dan waktu itu ada manusia serigala yang mengawasi tuan Ansel di ruangannya," tebak Henritz.

"Bisa jadi, tapi apapun itu semoga saja manusia serigala itu selalu gagal dalam misinya."

"Semoga saja, tapi mengapa sekarang aku malah curiga bahwa yang mencuri kantong darah di Bank Darah tempatmu bekerja adalah manusia serigala?"

"Sepertinya kita berdua perlu menyelidiki," ucap Valenesh antusias.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Radiah Ayarin

Radiah Ayarin

Keren bgt cerita kamu thor

2023-03-11

2

Radiah Ayarin

Radiah Ayarin

disuruh mereka semua rupanya

2023-03-11

2

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

nice vampir

2023-03-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kehilangan Kantong Darah
2 Bab 2. Pria Tampan Yang Lemah Dan Bodoh
3 Bab 3. Takut Cahaya Matahari
4 Bab 4. Pencuri Kantong Darah
5 Bab 5. Diusir
6 Bab 6. Kembali Bersama.
7 Bab 7. Kecewa
8 Bab 8. Diculik
9 Bab 9. Depresi
10 Bab 10. Pertolongan Henritz
11 Bab 11. Pernyataan Cinta
12 Bab 12. Membeli club
13 Bab 13. Persiapan Liga Domestik
14 Bab 14. Dipecat
15 Bab 15. Penyelidikan
16 Bab 16. Henritz Vs Manusia Serigala
17 Bab 17. Kemarahan Manusia Serigala.
18 Bab 18. Mengintai
19 BAB 19. Valenesh Sakit.
20 BAB 20. Menjadi Manager Club
21 Bab 21. Pria Misterius
22 Bab 22. Cincin Untuk Henritz
23 Bab 23. Tamu Tak Diundang
24 Bab 24. Musuh Dalam Selimut
25 Bab 25. Melenyapkan Kekey
26 Bab 26. Terjebak di Dunia Vampir
27 Bab 27. Tak Sengaja Menjadi Mata-mata
28 Bab 28. Pura-pura
29 Bab 29. Menemukan Jejak
30 Bab 30. Praduga
31 Bab 31. Laporan Kekey
32 Bab 32. Valenesh Meninggal
33 Bab 33. Rodex Yang Sebenarnya
34 Bab 34. Henritz Murka
35 Bab 35. Kejahatan Lain Yang Terungkap
36 Bab 36. Tiada Maaf
37 Bab 37. Kewarasan
38 Bab 38. Bangun Dari Tidur Panjang
39 Bab 39. Banyak Yang Berubah
40 Bab 40. Juara 1 Liga Champions
41 Bab 41. Will You Marry Me?
42 Bab 42. Pengumuman Pernikahan
43 Bab 43. Rencana Jahat Ansel
44 Bab 44. Hari Pernikahan
45 Bab 45. Bisakah Hamil?
46 Bab 46. Ketakutan Henritz (1)
47 Bab 47. Ketakutan Henritz (2)
48 Bab 48. Siapa Itu?
49 Bab 49. Siaga
50 Bab 50. Ansel Tertangkap
51 Bab 51. Mimpi Valenesh
52 Bab 52. Ada Ansel di Istana
53 Bab 53. Informasi Tak Terduga
54 Bab 54. Ansel Ganda
55 Bab 55. Rahasia Henritz
56 Bab 56. Maafkan Aku
57 Bab 57. Malam Penobatan
58 Bab 58. Tabir Yang Terkuak
59 Bab 59. Serangan Mendadak
60 Bab 60. Pertempuran
61 Bab 61. Pengorbanan Valenesh
62 Bab 62. Jelang Melahirkan
63 Bab 63. Akhir Kisah
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1. Kehilangan Kantong Darah
2
Bab 2. Pria Tampan Yang Lemah Dan Bodoh
3
Bab 3. Takut Cahaya Matahari
4
Bab 4. Pencuri Kantong Darah
5
Bab 5. Diusir
6
Bab 6. Kembali Bersama.
7
Bab 7. Kecewa
8
Bab 8. Diculik
9
Bab 9. Depresi
10
Bab 10. Pertolongan Henritz
11
Bab 11. Pernyataan Cinta
12
Bab 12. Membeli club
13
Bab 13. Persiapan Liga Domestik
14
Bab 14. Dipecat
15
Bab 15. Penyelidikan
16
Bab 16. Henritz Vs Manusia Serigala
17
Bab 17. Kemarahan Manusia Serigala.
18
Bab 18. Mengintai
19
BAB 19. Valenesh Sakit.
20
BAB 20. Menjadi Manager Club
21
Bab 21. Pria Misterius
22
Bab 22. Cincin Untuk Henritz
23
Bab 23. Tamu Tak Diundang
24
Bab 24. Musuh Dalam Selimut
25
Bab 25. Melenyapkan Kekey
26
Bab 26. Terjebak di Dunia Vampir
27
Bab 27. Tak Sengaja Menjadi Mata-mata
28
Bab 28. Pura-pura
29
Bab 29. Menemukan Jejak
30
Bab 30. Praduga
31
Bab 31. Laporan Kekey
32
Bab 32. Valenesh Meninggal
33
Bab 33. Rodex Yang Sebenarnya
34
Bab 34. Henritz Murka
35
Bab 35. Kejahatan Lain Yang Terungkap
36
Bab 36. Tiada Maaf
37
Bab 37. Kewarasan
38
Bab 38. Bangun Dari Tidur Panjang
39
Bab 39. Banyak Yang Berubah
40
Bab 40. Juara 1 Liga Champions
41
Bab 41. Will You Marry Me?
42
Bab 42. Pengumuman Pernikahan
43
Bab 43. Rencana Jahat Ansel
44
Bab 44. Hari Pernikahan
45
Bab 45. Bisakah Hamil?
46
Bab 46. Ketakutan Henritz (1)
47
Bab 47. Ketakutan Henritz (2)
48
Bab 48. Siapa Itu?
49
Bab 49. Siaga
50
Bab 50. Ansel Tertangkap
51
Bab 51. Mimpi Valenesh
52
Bab 52. Ada Ansel di Istana
53
Bab 53. Informasi Tak Terduga
54
Bab 54. Ansel Ganda
55
Bab 55. Rahasia Henritz
56
Bab 56. Maafkan Aku
57
Bab 57. Malam Penobatan
58
Bab 58. Tabir Yang Terkuak
59
Bab 59. Serangan Mendadak
60
Bab 60. Pertempuran
61
Bab 61. Pengorbanan Valenesh
62
Bab 62. Jelang Melahirkan
63
Bab 63. Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!