Bab 12. Membeli club

"Lapar," ucap Valenesh sambil melepaskan pelukan Henritz lalu beranjak ke dapur.

"Andai aku bisa memasak pasti aku akan membuatkan menu favoritmu," ujar Henritz sambil menyusul Valenesh dari belakang.

"Di dunia ini semua bisa dipelajari Henritz, asal mau berusaha pasti bisa."

"Kalau begitu bisakah kamu mengajarkan saya?"

Valenesh berbalik dan menatap mata Henritz. "Kau serius?" tanyanya sambil tersenyum.

"Kau meragukanku?"

"Tidak Hen tapi buat apa kamu belajar memasak toh kamu hanya butuh darah?"

"Kan sudah kubilang pengen masakin kamu, lagipula biar kamu bisa beristirahat dengan tenang saat aku telah menghisap darahmu seperti sekarang ini. Saat dalam keadaan lemah seperti ini kau masih harus memasak," sesal Henritz.

"Siapa bilang aku lemah? Buktinya aku masih kuat berlari kayak tadi," ucap Valenesh sambil mengambil selembar roti dan selai strawberry dari dalam kulkas lalu mengoleskan selai itu di atas roti.

"Ini namanya roti selai, ingat ya ini selai stroberi bukan darah." Valenesh lalu terkekeh, menertawakan kebodohan Henritz beberapa minggu lalu yang menganggap obat merah adalah darah.

"Tuh kan kau meledekku." Henritz cemberut membuat Valenesh terbahak-bahak.

"Iya deh aku memang bodoh," ucap Henritz kemudian.

"Bukan bodoh sayang tapi lucu." Valenesh tertawa lagi.

"Sudah jangan tertawa terus! Katanya lapar," protes Henritz membuat Valenesh diam seketika lalu menggigit dan mengunyah rotinya.

"Mau?" Valenesh langsung menyodorkan roti yang ada bekas gigitannya itu ke depan mulut Henritz.

Henritz memundurkan wajahnya lalu menggeleng.

"Kenapa? Oh ... jijik ya? Biarkan aku buatkan yang lain." Valenesh hendak mengambil roti lagi, tetapi Henritz menahan dan menarik tangannya lalu menggigit roti yang ada di tangan Valenesh.

Valenesh langsung tersenyum.

"Aku bukan jijik tapi tidak ingin kau berbagi makanan denganku saat ini karena kau sudah sangat lapar, bukan?"

"Nggak apa-apa Hen saya bisa buat lagi nanti, lagipula aku senang berbagi denganmu."

Henritz hanya tersenyum lalu mengangguk.

Valenesh menggigit roti di bagian lainnya.

"Kelihatan kalau kau malah yang jijik dengan bekas gigitanku," ujar Henritz lalu tersenyum.

"Sebenarnya bukan jijik sih dengan bekas gigitanmu hanya saja dirimu kan baru saja menggigit bahu dan menghisap darahku, takut aja masih ada bekas darah di sana. Masa iya saya makan darahku sendiri?"

Henritz hanya terekeh mendengar pernyataan dari Valenesh.

"Ya udah deh aku yang habiskan roti selainya, kau buat yang baru saja biar lebih higienis." Henritz mengambil sisa roti di tangan Valenesh.

Valenesh lalu membuat roti selai lainnya dan langsung memakannya sendiri.

"Hen, bolehkah aku meminta sesuatu?" tanya Valenesh dengan ekspresi yang begitu serius disela-sela makannya.

"Boleh saja Vale asalkan jangan memintaku untuk menjauhimu. Katakan apa yang kamu inginkan dariku?"

"Tidak banyak, hanya ingin kau menyikat gigimu setelah menghisap darah."

Tawa Henritz langsung meledak. "Kau wanita yang mengutamakan kehigienisan ternyata."

"Ya begitulah."

"Oke-oke saya setuju."

Setelah kenyang Valenesh duduk di sofa ruang tamu sambil menyandarkan bahunya.

Henritz datang dengan kotak obat di tangannya.

"Kau terluka Hen?" tanya Valenesh khawatir.

"Tidak Vale."

"Terus?" Valenesh menatap Henritz dengan perasaan aneh.

"Hanya ingin membersihkan luka-lukamu dan memberikan obat merah seperti yang kau lakukan padaku, agar kulitmu tidak infeksi."

"Tidak perlu Hen, tubuhku masih kotor juga, lebih baik aku mandi sekarang." Valenesh bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar.

Sampai di dalam, wanita itu langsung menyambar handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi Valenesh lalu menghidupkan shower air panas dan air dingin secara bersamaan agar menghasilkan air yang hangat sebab dia tidak ingin kedinginan karena harus mandi saat malam hari.

Selama Valenesh mandi, Henritz juga masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamarnya sendiri dan menyikat gigi. Setelahnya dia kembali lagi ke ruang tamu untuk menunggu Valanesh.

"Kau juga sudah mandi?" tanya Valenesh sambil menuruni tangga lalu berjalan ke arah Henritz.

"Aku tidak perlu mandi Vale, begini saja sudah bersih." Henritz mengibaskan tangan di tubuhnya. Benar saja keadaan tubuh Henritz langsung berubah segar seperti habis mandi bahkan tubuhnya mengeluarkan bau harum.

"Keren, tapi apakah sudah menyikat gigimu?"

"Kalau itu sudah, apapun yang kamu inginkan selama aku bisa menjalankannya pasti aku lakukan," ujar Henritz begitu percaya diri.

"Kalau begitu lain kali aku menginginkanmu mandi," ujar Valenesh dengan ekspresi yang terlihat serius.

"Hmm, susah ya ternyata kalau punya kekasih tenaga medis?"

Valenesh menatap tajam mata Henritz.

"Iya deh iya, aku nurut."

Valenesh malah terkekeh. "Pokoknya aku tidak suka apapun yang jorok."

"Hmm."

Sepertinya aku harus mengubahnya kebiasaanku nih.

"Kalau begitu sekarang aku obati bekas gigitanku ya?"

Valenesh mengangguk.

Henritz menyingkap kerah baju Valenesh lalu membersihkan lukanya kemudian membubuhkan obat merah.

"Sorry ya Vale, karena aku bahu mulusmu jadi ternodai seperti ini."

"Nggak apa-apa Hen."

Valenesh menghela nafas panjang.

"Hen besok bisa ikut aku ke lapangan?"

"Besok? Ke lapangan? Ngapain?"

"Untuk bertemu teman-temanku. Sepertinya mereka sudah mendapatkan club yang bisa aku beli."

"Club? Tempat orang-orang berjoget dan mabuk-mabukan itu? Kau ingin membeli tempat seperti itu?"

"Ya ampun Hen kau pikir club malah, hahaha." Valenesh tertawa renyah.

"Terus apa dong?"

"Club sepakbola."

"Kau yakin Vale?"

Valenesh mengangguk.

"Kapan menemui teman-temanmu?"

"Besok jam 7 malam. Kalau hari Senin seperti besok biasanya mereka sibuk kerja seharian, jadi latihannya mengambil waktu malam hari."

"Memang aneh ya kalau seseorang sudah menyukai sesuatu, meskipun sudah lelah sehabis bekerja masih saja ingat sama latihan."

"Ya begitulah Hen kalau sudah suka bola, mereka masih mending suka biasa. Nah aku sendiri malah gila bola. Seremuk-remuknya nih badan kalau sudah ada pertandingan sepakbola pasti saya akan hadir, baik di lapangan langsung maupun menonton melalui layar lebar bersama banyak orang. Aku bahkan sering tukar shift kerja hanya demi bisa menonton pertandingan sepakbola. Kalau kelewatan pertandingan itu kepalaku rasanya mau meledak."

"Benar-benar gila," heran Henritz.

"Bagaimana, kau bisa ikut?"

"Oke siap."

Mengingat waktunya yang malam hari Henritz berpikir tidak ada salahnya untuk ikut. Dia juga ingin melindungi Valenesh dari bahaya apapun yang bisa saja tiba-tiba menyerang.

Esok malam.

Valenesh membawa Henritz menemui teman-temannya yang sedang mengadakan latihan.

"Bagaimana Drew sudah dapat?"

"Givanno tuh katanya mendengar ada club yang akan dijual."

"Iya Val, Starfool fc. katanya akan dijual karena pemiliknya sedang bangkrut sehingga tidak bisa membayar pemainnya," ujar Givanno.

"Menurutmu bagaimana Drew?" tanya Valenesh.

"Kalau menurutku kamu beli sajalah Val, nanti kita urus tuh club bareng-bareng. Kita semua siap membantu, iya nggak teman-teman?"

"Siap," jawab semua yang hadir serentak.

"Cuma kau tahu sendiri kan Val, kelemahan club itu ada beberapa pemain yang tidak bisa diandalkan. Jadi kayaknya perlu dirombak dan diganti."

"Kalau itu mah gampang nanti saya akan meminta pelatih agar mencarikan pemain untuk mengisi posisi yang kosong itu biar pemain yang tidak bisa diandalkan menjadi pemain cadangan saja dulu."

"Kalau begitu bagaimana kalau saya antar malam ini juga pada pemilik club itu, sebab bisa saja kedahuluan orang lain?"

"Oke siap Givan."

"Baiklah kalau begitu saya antar."

Valenesh mengangguk. Andrew dan Giovanno beserta Henritz berjalan ke mobil Valenesh sedangkan yang lainnya melanjutkan latihan.

"Saya cabut dulu ya teman-teman!" seru Valenesh pada semua teman-temannya yang bertahan di lapangan.

Valenesh pun memberikan kunci mobil pada Giovanno agar pria itu saja yang menyetir karena pria itu yang tahu dimana pemilik club itu bisa ditemui saat ini.

Setelah mencapai kesepakatan dengan pemilik club, Valenesh akhirnya resmi membeli club bernama Starpool fc itu.

"Sekarang tinggal pelatihnya," ujar Valenesh.

"Aku ada rekomendasi pelatih, bagaimana kalau sekalian kita temui sekarang?" usul Andrew.

"Boleh."

Akhirnya Valenesh dibantu Andrew menunjuk seorang pelatih.

"Mr, saya minta tolong agar bisa mendapatkan pemain berbakat dari luar club." Valenesh pun menceritakan tentang club yang dibelinya itu.

"Kalau masalah itu serahkan saja padaku."

"Baiklah."

Pelatih pun memerintahkan seorang pencari bakat untuk mencari pemain sepakbola yang berbakat dari berbagai daerah dan luar negeri untuk mengisi kekosongan tim.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

🛡️Change⚔️ Name🛡️

🛡️Change⚔️ Name🛡️

Aku kira Club' malam 😁😁😁

2023-03-04

0

🛡️Change⚔️ Name🛡️

🛡️Change⚔️ Name🛡️

Lah ko mau masakin Vanesh sih? 🤔

2023-03-04

0

Ir Syanda

Ir Syanda

Gak apa2 asakan itu bekas kamu, bukan bekas pria lain 🤭

2023-03-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kehilangan Kantong Darah
2 Bab 2. Pria Tampan Yang Lemah Dan Bodoh
3 Bab 3. Takut Cahaya Matahari
4 Bab 4. Pencuri Kantong Darah
5 Bab 5. Diusir
6 Bab 6. Kembali Bersama.
7 Bab 7. Kecewa
8 Bab 8. Diculik
9 Bab 9. Depresi
10 Bab 10. Pertolongan Henritz
11 Bab 11. Pernyataan Cinta
12 Bab 12. Membeli club
13 Bab 13. Persiapan Liga Domestik
14 Bab 14. Dipecat
15 Bab 15. Penyelidikan
16 Bab 16. Henritz Vs Manusia Serigala
17 Bab 17. Kemarahan Manusia Serigala.
18 Bab 18. Mengintai
19 BAB 19. Valenesh Sakit.
20 BAB 20. Menjadi Manager Club
21 Bab 21. Pria Misterius
22 Bab 22. Cincin Untuk Henritz
23 Bab 23. Tamu Tak Diundang
24 Bab 24. Musuh Dalam Selimut
25 Bab 25. Melenyapkan Kekey
26 Bab 26. Terjebak di Dunia Vampir
27 Bab 27. Tak Sengaja Menjadi Mata-mata
28 Bab 28. Pura-pura
29 Bab 29. Menemukan Jejak
30 Bab 30. Praduga
31 Bab 31. Laporan Kekey
32 Bab 32. Valenesh Meninggal
33 Bab 33. Rodex Yang Sebenarnya
34 Bab 34. Henritz Murka
35 Bab 35. Kejahatan Lain Yang Terungkap
36 Bab 36. Tiada Maaf
37 Bab 37. Kewarasan
38 Bab 38. Bangun Dari Tidur Panjang
39 Bab 39. Banyak Yang Berubah
40 Bab 40. Juara 1 Liga Champions
41 Bab 41. Will You Marry Me?
42 Bab 42. Pengumuman Pernikahan
43 Bab 43. Rencana Jahat Ansel
44 Bab 44. Hari Pernikahan
45 Bab 45. Bisakah Hamil?
46 Bab 46. Ketakutan Henritz (1)
47 Bab 47. Ketakutan Henritz (2)
48 Bab 48. Siapa Itu?
49 Bab 49. Siaga
50 Bab 50. Ansel Tertangkap
51 Bab 51. Mimpi Valenesh
52 Bab 52. Ada Ansel di Istana
53 Bab 53. Informasi Tak Terduga
54 Bab 54. Ansel Ganda
55 Bab 55. Rahasia Henritz
56 Bab 56. Maafkan Aku
57 Bab 57. Malam Penobatan
58 Bab 58. Tabir Yang Terkuak
59 Bab 59. Serangan Mendadak
60 Bab 60. Pertempuran
61 Bab 61. Pengorbanan Valenesh
62 Bab 62. Jelang Melahirkan
63 Bab 63. Akhir Kisah
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1. Kehilangan Kantong Darah
2
Bab 2. Pria Tampan Yang Lemah Dan Bodoh
3
Bab 3. Takut Cahaya Matahari
4
Bab 4. Pencuri Kantong Darah
5
Bab 5. Diusir
6
Bab 6. Kembali Bersama.
7
Bab 7. Kecewa
8
Bab 8. Diculik
9
Bab 9. Depresi
10
Bab 10. Pertolongan Henritz
11
Bab 11. Pernyataan Cinta
12
Bab 12. Membeli club
13
Bab 13. Persiapan Liga Domestik
14
Bab 14. Dipecat
15
Bab 15. Penyelidikan
16
Bab 16. Henritz Vs Manusia Serigala
17
Bab 17. Kemarahan Manusia Serigala.
18
Bab 18. Mengintai
19
BAB 19. Valenesh Sakit.
20
BAB 20. Menjadi Manager Club
21
Bab 21. Pria Misterius
22
Bab 22. Cincin Untuk Henritz
23
Bab 23. Tamu Tak Diundang
24
Bab 24. Musuh Dalam Selimut
25
Bab 25. Melenyapkan Kekey
26
Bab 26. Terjebak di Dunia Vampir
27
Bab 27. Tak Sengaja Menjadi Mata-mata
28
Bab 28. Pura-pura
29
Bab 29. Menemukan Jejak
30
Bab 30. Praduga
31
Bab 31. Laporan Kekey
32
Bab 32. Valenesh Meninggal
33
Bab 33. Rodex Yang Sebenarnya
34
Bab 34. Henritz Murka
35
Bab 35. Kejahatan Lain Yang Terungkap
36
Bab 36. Tiada Maaf
37
Bab 37. Kewarasan
38
Bab 38. Bangun Dari Tidur Panjang
39
Bab 39. Banyak Yang Berubah
40
Bab 40. Juara 1 Liga Champions
41
Bab 41. Will You Marry Me?
42
Bab 42. Pengumuman Pernikahan
43
Bab 43. Rencana Jahat Ansel
44
Bab 44. Hari Pernikahan
45
Bab 45. Bisakah Hamil?
46
Bab 46. Ketakutan Henritz (1)
47
Bab 47. Ketakutan Henritz (2)
48
Bab 48. Siapa Itu?
49
Bab 49. Siaga
50
Bab 50. Ansel Tertangkap
51
Bab 51. Mimpi Valenesh
52
Bab 52. Ada Ansel di Istana
53
Bab 53. Informasi Tak Terduga
54
Bab 54. Ansel Ganda
55
Bab 55. Rahasia Henritz
56
Bab 56. Maafkan Aku
57
Bab 57. Malam Penobatan
58
Bab 58. Tabir Yang Terkuak
59
Bab 59. Serangan Mendadak
60
Bab 60. Pertempuran
61
Bab 61. Pengorbanan Valenesh
62
Bab 62. Jelang Melahirkan
63
Bab 63. Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!