BAB 20. Menjadi Manager Club

Beberapa saat kemudian para perawat tiba dan langsung membawa alat-alat kesehatan masuk ke dalam kamar Valenesh.

Setelahnya dokter bekerja membantu para perawat termasuk memasang infus langsung dengan tangan sendiri untuk Valenesh.

Baru saja selesai dipasangkan infus Valenesh membuka mata, tapi kemudian matanya mendelik dengan nafas terengah-engah seperti orang kehilangan nafas.

"Vale! Vale kamu kenapa?" tanya Henritz panik.

"Tenanglah Tuan Henritz! Anda keluar sebentar agar kami konsentrasi menangani Nona Valenesh!"

"Tapi Dok–"

"Mohon kerjasamanya, ini demi kebaikan Nona Valenesh."

"Baiklah." Akhirnya Henritz terpaksa keluar. Namun, laki-laki itu mengawasi Valenesh lewat kaca jendela yang dibuka gordennya dimana kaca itu tembus ke arah ruang ruang keluarga di lantai tiga.

"Bagaimana ini Dok? Pasien kritis. Apa tidak sebaiknya dipindahkan ke rumah sakit?" Para perawat mulai ikut panik.

"Kita tidak punya waktu banyak untuk membawa Nona Valenesh ke rumah sakit. Terlambat lima menit saja Nona Valenesh bisa kehilangan nyawa di perjalanan.

"Terus apa kita akan pasrah seperti ini?" Semua orang berpikir keras.

"Vale!" Henritz begitu putus asa mendengar ucapan dokter.

"Dokter! Bukankah di rumah Nona Valenesh ini ada satu ruangan yang lengkap seperti di ruangan rumah sakit?" Seorang perawat yang sudah bertugas lama di rumah sakit Harbour Hospital mengingat dulu saat bekerja menjadi asisten ibu dari Valenesh.

"Kau benar, tolong periksa dan langsung pindahkan Nona Valenesh jika alat-alatnya berfungsi baik!"

"Baik Dok."

Para perawat dan dokter terlihat sibuk sedangkan Henritz terduduk lemas di lantai. Dia tidak bisa membayangkan jika Valenesh akan meninggalkan dirinya untuk selamanya.

"Vale, kumohon jangan tinggalkan aku!" Henritz meratapi nasib sang kekasih.

"Dok! Sepertinya ruangan itu masih berfungsi, rupanya Nona Valenesh merawatnya dengan baik."

"Baik kita pindahkan Nona Valenesh ke lantai bawah!"

Beberapa perawat menaikkan Valenesh ke atas brankar lalu menyeretnya menuju ruangan lift gantung dan membawa tubuh Valenesh yang tampak membeku.

"Henritz memandang semua orang dengan pandangan yang hampa. Valenesh seperti mayat hidup di atas brankar.

"Ayolah cepat! Pasang segera tabung oksigen!"

"Baik."

Kesibukan dan kepanikan jelas terlihat di salah satu kamar di lantai satu.

Dokter tampak mengambil sampel darah Valenesh untuk dilakukan pengecekan untuk memastikan apa sebenarnya penyakit Valenesh, padahal dirinya tadi begitu yakin dengan hasil pemeriksaan bahwa Valenesh hanya sakit biasa.

"Apakah di rumah ini juga ada laboratorium?" tanya dokter kepada perawat yang memberitahukan adanya ruangan seperti ruang ICU itu.

"Dulu ada Dok, tapi saya tidak yakin alat-alat pengujinya masih berfungsi."

"Coba cek!"

"Baik." Perawat itu segera bergegas, melakukan apapun yang diperintahkan oleh dokter.

"Sepertinya masih bisa digunakan. Oh iya bukankah beberapa bulan yang lalu Nona Valenesh juga tinggal bersama seorang dokter du rumah ini dan dokter ini buka praktek di sini. Mungkin dokter itu yang mengelolanya sehingga semuanya masih bagus.

"Sudahlah, aku tidak mau tahu bagaimana bisa semua ruangan kesehatan di sini masih berfungsi dengan baik karena yang terpenting adalah kita harus segera menolong Nona Valenesh. Mari antar aku ke ruang laboratorium!"

"Baik Dok, mari!"

Beberapa saat kemudian setelah pengecekan sampel darah akhirnya diketahui bahwa Valenesh terkena racun.

"Racun?" tanya Henritz tak percaya.

"Ya, sepertinya Nona Valenesh menelan serbuk bunga Merah yang sangat mematikan, sampai saat ini dunia kedokteran belum bisa menemukan obatnya."

"Jadi?" Henritz bertambah tegang. Rasa takut akan kehilangan bertambah semakin besar.

"Sebelum obatnya ditemukan Nona Valenesh akan tetap berada dalam kondisi seperti saat ini. Hidupnya berada diambang antara sadar dan kematian, maaf saya harus mengatakan yang sebenarnya." Dokter menunduk, tidak tega melihat wajah Henritz yang terlihat semakin lelah dan putus asa.

"Apa yang harus aku lakukan Dok?"

"Kami sebagai tenaga kesehatan hanya bisa mempertahankan keadaannya dengan alat-alat ini, tapi untuk kesembuhannya–."

"Jangan bilang dokter menyerah! Seorang dokter tidak pantas mengatakan seperti itu!" Henritz mencengkram kerah baju dokter dengan kuat. Mata pria itu tampak memerah akibat sedih dan juga marah secara bersamaan.

Namun, dokter itu terlihat pasrah dan tidak melawan sekalipun.

"Kami tidak bisa membantu lebih karena sudah pernah gagal menangani pasien yang sakit parah seperti Nona Valenesh. Namun, sebisa mungkin kami akan berusaha agar Nona Valenesh bisa bertahan hidup sementara kita cari obatnya bersama."

Mendengar ucapan dokter Henritz melepaskan pegangan tangannya.

"Maksud dokter?"

"Seperti gigitan ular yang akan sembuh dengan gigitan lagi sebelum kita menemukan penetral racun maka keadaan yang sama juga seharusnya terjadi pada Nona Valenesh. Kita cari bersama bunga merah beracun itu sebagai obat Nona Valenesh," jelas dokter lagi.

"Dimana saya bisa mendapatkan bunga itu?"

"Itulah yang saya juga tidak tahu, seandainya kami sudah menemukan bunga itu dari dulu, sudah kami olah menjadi obat penawar."

"Huuft." Henritz menghembuskan nafas kasar.

"Sebaiknya sebelum mencari bunga itu, Tuan Henritz cari tahu dulu bagaimana Nona Valenesh bisa menelan racun itu?"

Hendritz tampak berpikir keras. Namun, dia sama sekali tidak tahu darimana Valenesh mendapatkan racun itu.

"Apa jangan-jangan dari makanan yang diantarkan kurir itu?" Tiba-tiba pak satpam nyeletuk dan mengungkapkan kecurigaannya.

"Itu tidak mungkin Pak, itu sudah lama. Seharusnya tubuh Valenesh tidak tahan hingga hari ini kalau memang makanan yang waktu itu yang ada racunnya."

"Bisa saja racun itu bereaksi lambat terhadap seseorang yang memiliki daya tahan tinggi," jelas dokter.

Saat mereka sedang berbicara serius ponsel yang berada di saku jas Henritz bergetar.

"Ponsel Valenesh?" Henritz sama sekali tidak sadar bahwa ternyata saat pingsan tadi Valenesh sempat menjatuhkan ponselnya dan masuk ke saku jas Henritz.

"Andrew? Ada apa? Mungkin Andrew tahu Valenesh makan apa saja sebelum pulang tadi.

"Valenesh! Karena club kita menang lagi dan lawan selanjutnya lebih kuat, lebih baik kita tingkatkan latihan club kita dan tentunya kita harus menambah dana untuk membeli vitamin dan suplemen lebih juga untuk keperluan lainnya." Terdengar suara Andrew dari balik telepon.

"Valenesh kritis, kau urusi saja Club itu. Masalah dana nanti saya transfer," ucap Henritz lalu menutup panggilan teleponnya.

"Ah kenapa aku menutup panggilan telepon dari Andrew? Bukankah aku belum menanyakan Valenesh makan apa saja?"

Ponsel berbunyi lagi dan Henritz segera mengangkat.

"Kamu tidak bercanda kan Hen? Valenesh tadi baik-baik saja."

"Dia keracunan, kalian memberikan makanan apa saja untuknya?"

"Hah keracunan? Selama bersama kami dia tidak makan apa-apa."

Saat mengobrol di telepon bersama Andrew, Henritz merasa ada yang mengawasi rumah Valenesh.

"Sebentar!" Henritz langsung menutup telepon dan berlari ke luar.

"Tuan ada apa?" teriak pak satpam lalu menyusul Henritz. Sayangnya mereka berdua kehilangan jejak.

***

Sudah berbulan-bulan Valenesh sakit dan belum sadar juga dari komanya. Henritz senantiasa menjaga Valenesh. Jika dia pergi untuk mencari obat maka dia meminta dan mempercayakan teman-teman Valenesh untuk menjaga wanita itu.

"Kapan kau sadar Val? Kami semuanya merindukanmu keceriaanmu, kebaikanmu, sikap manismu pada teman-teman kita. Perlu kamu tahu Val tanpamu keadaan Starfool berantakan. Performa pemain menurun karena kita kehilangan motivator sepertimu," keluh Andrew di samping tubuh Valenesh.

"Andrew benar Val, kapan kau akan sadar? Bukankah impianmu untuk memiliki club sepakbola yang sukses hampir saja tercapai," sambung Kekey.

Kekey dan Andrew saling tatap dengan wajah yang sendu.

Semalaman Henritz pergi, akhirnya kembali menjelang pagi.

"Bagaimana Hen? Kau sudah menemukan obatnya?" tanya Andrew pada Henritz.

Henritz terlihat sumringah. Aku bertemu seorang tabib tadi dan dia memberikanku serbuk ini. Semoga saja ada gunanya," jawab Henritz. Wajahnya terlihat penuh harap.

"Semoga saja serbuk itu ada efeknya."

Henritz mengangguk lalu mencampur sedikit serbuk itu dengan air lalu meneteskan di bibir Valenesh.

Benar saja wanita itu tiba-tiba menggerakkan tangannya.

"Vale!" Henritz terlihat antusias.

"Hen," lirih Valenesh.

Henritz mengangguk dengan senyuman.

"Bagaimana dengan club sepakbola?"

Dasar pecinta sepakbola, bukannya bertanya yang lain langsung bertanya tentang sepakbola.

Henritz tidak menjawab, tetapi menatap Andrew.

"Drew?" Valenesh beralih bertanya pada Andrew dan pria itu hanya terdiam. Dia bingung harus jujur atau tidak.

"Katakan sebenarnya Drew?"

"Maaf Vale, karena kehilangan sosok dirimu performa pemain kita menurun."

"Bagaimana ini? Saya masih belum bisa turun ke lapangan. Hen bagaimana jika aku memintamu yang mengurus Starfool Club?"

"Maksudnya Vale?"

"Aku ingin kau yang menjadi manager."

"Kau yakin? Aku hanyalah makhluk bodoh Vale."

"Aku yakin Hen, dan aku mohon selamatkan Clubku."

"Baiklah kalau itu keinginanmu, aku terima permintaanmu," ucap Henritz mantap.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Radiah Ayarin

Radiah Ayarin

srigala dan vampir sama seramnya

2023-03-11

1

🥑⃟Serina

🥑⃟Serina

waduh, klo di gigit vampir bisa sembuh nggak ya?

2023-03-11

1

Shopia Asmodeus

Shopia Asmodeus

sehabis elepis pake tanda koma apa bisa ya Thor

2023-02-18

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kehilangan Kantong Darah
2 Bab 2. Pria Tampan Yang Lemah Dan Bodoh
3 Bab 3. Takut Cahaya Matahari
4 Bab 4. Pencuri Kantong Darah
5 Bab 5. Diusir
6 Bab 6. Kembali Bersama.
7 Bab 7. Kecewa
8 Bab 8. Diculik
9 Bab 9. Depresi
10 Bab 10. Pertolongan Henritz
11 Bab 11. Pernyataan Cinta
12 Bab 12. Membeli club
13 Bab 13. Persiapan Liga Domestik
14 Bab 14. Dipecat
15 Bab 15. Penyelidikan
16 Bab 16. Henritz Vs Manusia Serigala
17 Bab 17. Kemarahan Manusia Serigala.
18 Bab 18. Mengintai
19 BAB 19. Valenesh Sakit.
20 BAB 20. Menjadi Manager Club
21 Bab 21. Pria Misterius
22 Bab 22. Cincin Untuk Henritz
23 Bab 23. Tamu Tak Diundang
24 Bab 24. Musuh Dalam Selimut
25 Bab 25. Melenyapkan Kekey
26 Bab 26. Terjebak di Dunia Vampir
27 Bab 27. Tak Sengaja Menjadi Mata-mata
28 Bab 28. Pura-pura
29 Bab 29. Menemukan Jejak
30 Bab 30. Praduga
31 Bab 31. Laporan Kekey
32 Bab 32. Valenesh Meninggal
33 Bab 33. Rodex Yang Sebenarnya
34 Bab 34. Henritz Murka
35 Bab 35. Kejahatan Lain Yang Terungkap
36 Bab 36. Tiada Maaf
37 Bab 37. Kewarasan
38 Bab 38. Bangun Dari Tidur Panjang
39 Bab 39. Banyak Yang Berubah
40 Bab 40. Juara 1 Liga Champions
41 Bab 41. Will You Marry Me?
42 Bab 42. Pengumuman Pernikahan
43 Bab 43. Rencana Jahat Ansel
44 Bab 44. Hari Pernikahan
45 Bab 45. Bisakah Hamil?
46 Bab 46. Ketakutan Henritz (1)
47 Bab 47. Ketakutan Henritz (2)
48 Bab 48. Siapa Itu?
49 Bab 49. Siaga
50 Bab 50. Ansel Tertangkap
51 Bab 51. Mimpi Valenesh
52 Bab 52. Ada Ansel di Istana
53 Bab 53. Informasi Tak Terduga
54 Bab 54. Ansel Ganda
55 Bab 55. Rahasia Henritz
56 Bab 56. Maafkan Aku
57 Bab 57. Malam Penobatan
58 Bab 58. Tabir Yang Terkuak
59 Bab 59. Serangan Mendadak
60 Bab 60. Pertempuran
61 Bab 61. Pengorbanan Valenesh
62 Bab 62. Jelang Melahirkan
63 Bab 63. Akhir Kisah
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1. Kehilangan Kantong Darah
2
Bab 2. Pria Tampan Yang Lemah Dan Bodoh
3
Bab 3. Takut Cahaya Matahari
4
Bab 4. Pencuri Kantong Darah
5
Bab 5. Diusir
6
Bab 6. Kembali Bersama.
7
Bab 7. Kecewa
8
Bab 8. Diculik
9
Bab 9. Depresi
10
Bab 10. Pertolongan Henritz
11
Bab 11. Pernyataan Cinta
12
Bab 12. Membeli club
13
Bab 13. Persiapan Liga Domestik
14
Bab 14. Dipecat
15
Bab 15. Penyelidikan
16
Bab 16. Henritz Vs Manusia Serigala
17
Bab 17. Kemarahan Manusia Serigala.
18
Bab 18. Mengintai
19
BAB 19. Valenesh Sakit.
20
BAB 20. Menjadi Manager Club
21
Bab 21. Pria Misterius
22
Bab 22. Cincin Untuk Henritz
23
Bab 23. Tamu Tak Diundang
24
Bab 24. Musuh Dalam Selimut
25
Bab 25. Melenyapkan Kekey
26
Bab 26. Terjebak di Dunia Vampir
27
Bab 27. Tak Sengaja Menjadi Mata-mata
28
Bab 28. Pura-pura
29
Bab 29. Menemukan Jejak
30
Bab 30. Praduga
31
Bab 31. Laporan Kekey
32
Bab 32. Valenesh Meninggal
33
Bab 33. Rodex Yang Sebenarnya
34
Bab 34. Henritz Murka
35
Bab 35. Kejahatan Lain Yang Terungkap
36
Bab 36. Tiada Maaf
37
Bab 37. Kewarasan
38
Bab 38. Bangun Dari Tidur Panjang
39
Bab 39. Banyak Yang Berubah
40
Bab 40. Juara 1 Liga Champions
41
Bab 41. Will You Marry Me?
42
Bab 42. Pengumuman Pernikahan
43
Bab 43. Rencana Jahat Ansel
44
Bab 44. Hari Pernikahan
45
Bab 45. Bisakah Hamil?
46
Bab 46. Ketakutan Henritz (1)
47
Bab 47. Ketakutan Henritz (2)
48
Bab 48. Siapa Itu?
49
Bab 49. Siaga
50
Bab 50. Ansel Tertangkap
51
Bab 51. Mimpi Valenesh
52
Bab 52. Ada Ansel di Istana
53
Bab 53. Informasi Tak Terduga
54
Bab 54. Ansel Ganda
55
Bab 55. Rahasia Henritz
56
Bab 56. Maafkan Aku
57
Bab 57. Malam Penobatan
58
Bab 58. Tabir Yang Terkuak
59
Bab 59. Serangan Mendadak
60
Bab 60. Pertempuran
61
Bab 61. Pengorbanan Valenesh
62
Bab 62. Jelang Melahirkan
63
Bab 63. Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!