Singkat cerita setelah kasus itu. Sadahiko-san dan Ryozo-san ditahan oleh kepolisian.
1 hari setelahnya, Mahasiswa yang tergabung dalam aksi rencana penyerangan terhadap Menteri Pendidikan Jepang, telah tertangkap dan rencana itu sepenuhnya telah dihentikan.
Berita tentang pembunuhan itu dan pelaku yang telah tertangkap pun menyebar ke seluruh penjuru Jepang terutama Osaka.
Kantorku yang biasanya sepi, telah dipenuhi oleh berbagai wartawan dan media yang meminta penjelasan mengenai kasus pembunuhan itu.
"Permisi Kazuki-san, mohon beri kami penjelasan mengenai bagaimana kamu bisa memecahkan kasus itu dalam waktu kurang dari 3 jam!"
"Kazuki-san, apakah sebelumnya kamu memang pernah bertemu dengan korban dan kenal dengannya?"
"Kazuki-san, ada rumor yang mengatakan bahwa salah satu inspektur dari kepolisian adalah kakakmu, apakah itu benar?"
Itu adalah 1 contoh dari ribuan pertanyaan yang mereka lontarkan padaku dari luar kantor.
"Kenapa aku tidak bisa beristirahat bahkan sebentar saja?" Keluh ku kesal.
Aku melihat ke arah jendela yang diluarnya masih dipenuhi oleh wartawan yang menunggu aku untuk keluar.
Tentu saja, aku tidak akan keluar. Aku akan menjadikan itu sebagai pilihan paling terakhir yang bisa aku simpan agar aku tidak bertemu dengan mereka.
4 jam sudah berlalu sejak mereka masih di sana. Entah apa yang membuat begitu antusias untuk bertemu denganku.
"Beta, apakah ada suatu cara yang bisa kulakukan untuk membuat mereka pergi dari sini?" Ucapku pada BETA dengan harapan tipis.
"Tidak mungkin aku harus keluar dan mendengarkan ocehan mereka satu per satu kan? apakah benar-benar tidak ada cara lain?" Tanyaku berharap.
"Tidak mungkin aku akan merepotkan mereka apalagi kakakku untuk mengurusi hal sepele seperti ini, lagipula kakakku itu seorang Inspektur tau? seseorang yang benar-benar sibuk."
"Aaaaaa!!! aku tidak dengar apa yang kamu bicarakan~~" Ucapku sambil menutup telinga.
Aku sudah muak dengan jawabannya yang menyuruhku untuk menjawab pertanyaan mereka 1 per 1.
Karena itu, sepertinya cara yang paling efektif adalah dengan tidur sambil menunggu mereka semua pergi dari sana.
"Sepertinya aku memang harus tidur..." Ucapku dengan pasrah."
Ketika aku hendak menaruh kepalaku di meja kerjaku dengan niatan untuk segera tidur dan melupakan mereka, seseorang mengetuk pintuku dari luar.
*Tok-Tok-Tok!* {Suara pintu diketuk}
"Hm?"
"Apakah para wartawan itu akhirnya akan menerobos masuk ke dalam kantorku?" Pikirku menduga.
Ketika aku hendak mengabaikannya, Beta tiba-tiba memanggilku.
"Hmm? ada apa Beta?" Tanyaku penasaran.
"Hah?!"
Aku langsung berdiri dari kursiku dan bergegas menuju ke pintu kantorku.
*Cklek*
Aku melihat wajah kakakku yang mengenakan seragam kerjanya, dengan bawahannya yang berusaha untuk menghadang wartawan yang ingin menerobos ke arahku.
"K-kakak? kenapa kamu ke sini? bukannya kamu masih bekerja?" Tanyaku kepada kakakku bingung.
Kakakku melihatku dengan matanya yang terlihat seperti biasanya.
"Kamu harusnya sudah tau kenapa aku di sini kan?" Ucap kakakku yakin.
Aku tentu mengetahuinya, itu pasti tentang kasus kemarin.
"Apakah ini tentang kemarin?" Ucapku memastikan.
Kakakku menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Karena di luar sangat ramai dan berisik, aku mengajak kakakku untuk masuk ke dalam.
"Mari kita masuk dulu." Ucapku menawarkan.
Kakakku yang setuju, langsung masuk ke dalam dan melepaskan sepatunya.
Tentu saja aku langsung menutup pintunya agar tidak ada yang bisa masuk.
...----------------...
Setelah aku menawarkan teh seperti biasanya kepada tamu ataupun orang yang datang ke kantorku, aku langsung duduk dan mulai berbicara mengenai topik utama.
"Kalau begitu, apakah kamu sudah bisa memberitahuku tentang tujuanmu datang kemari?" Tanyaku pada kakakku.
Aku sudah tau tentang kakakku yang datang kemari untuk membahas mengenai kasus kemarin. Tetapi aku masih belum bisa menebak mengenai apa yang ingin dia bicarakan denganku tentang itu.
Setelah mendengarku, kakakku menyilangkan lengannya dan kakinya sambil melihat ke arahku dengan tenang.
"Apakah kau ingat tentang pelaku yang kamu sebutkan kemarin?" Tanya kakakku.
"Ya, aku tau. Sadahiko dan Ryozo-san bukan?" balasku memastikan.
"Ya kau betul, dan salah satu dari mereka yaitu Ryozo-san membunuh dirinya sendirinkemarin."
"?!"
Aku shock mendengar itu.
Aku tidak menyangka Ryozo-san yang baru kulihat kemarin itu sudah menghilang untuk selamanya.
"A-apakah itu benar?" Ucapku dengan wajah suram.
"Ya, tepat ketika dia hendak dibawa ke kantor. dia mengambil pisau yang kau berikan kepada kami. Yaitu pisau yang digunakan untuk menusuk korban untuk membunuh dirinya sendiri." Ucap kakakku menjelaskan.
"......"
Aku hanya terdiam mendengar penjelasan kakakku.
Pisau yang Ryozo-san gunakan untuk menusuk Kagami. Ia gunakan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
"Apakah ada sesuatu yang terjadi padanya?" Pikirku dalam hati.
"Tepat sebelum ia mati, ia berkata bahwa ia menyesal telah membunuh Kagami, dan dia mengatakan bahwa hal ini dia lakukan untuk menebus dosa yang telah ia lakukan." Kata kakakku menjelaskan.
"Penebusan dosa.... ya...." Gumamku pelan.
Apanya yang penebusan dosa? apabila dia ingin membayar perbuatan yang ia lakukan itu, maka hadapilah hukumannya sampai akhir bodoh.
Setelah suasana menjadi hening hingga beberapa saat, aku memulai percakapan dengan sebuah pertanyaan kepada kakakku.
"Kakak, apakah kamu datang ke sini untuk menawariku pekerjaan lagi?" Tanyaku memastikan.
Kakakku yang mendengarku bertanya, langsung segera membalasnya.
"Tidak, aku tau kamu sudah lelah setelah menyelidiki dalam kasus kemarin. Karena itu, aku datang ke sini hanya untuk memberitahumu tentang beberapa hal. Dan juga,"
Kakakku mengambil sebuah amplopnya dari saku jaketnya.
"Terima ini." Ucap kakakku sambil menodongkan sebuah amplop coklat ke arahku.
Aku yang sudah menebak apa itu, langsung mengambilnya amplop itu dari tangan kakakku.
"Bayaran yang kemarin ya..." Ucapku menebak.
Kakakku tersenyum mendengar perkataanku.
"Ya, aku harap. Kamu bisa sedikit membuat dirimu terhibur dengan uang itu." Ucap kakakku kepadaku.
Walau aku penasaran dengan jumlah yang ada di dalam amplop itu, aku memutuskan untuk tidak menanyakannya.
"Kalau begitu, apakah ada hal lain yang kakak ingin sampaikan?" Tanyaku pada kakakku.
Setelah mendengarku, Kakakku berdiri dari kursinya dan berbalik menghadap ke arah pintu masuk dengan niatan untuk segera keluar dari sini.
"Jika kamu merasa tidak ingin ikut campur dalam kasus yang sebelumnya aku bicarakan kepadamu, maka aku tidak akan memaksamu." Ucap kakakku dengan punggung menghadapku.
Aku langsung mengerti apa yang kakakku bicarakan.
"Tentang Yuuta kan?" Ucapku memastikan.
"Ya." Balas kakakku.
Setelah mengatakan itu, kakakku langsung segera keluar dari kantorku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 14 Episodes
Comments