Tidak terduga

2 hari telah berlalu semenjak kasus itu.

Akemi Sawaya, yang merupakan pelaku dari pembunuhan Yusaki Kinoshita, telah ditangkap oleh kepolisan Osaka.

Aku yang saat itu langsung pulang karena kelelahan, kembali ke kehidupan biasaku di hari berikutnya.

Tetapi, tidak lebih dari 1 hari aku menikmati hari biasaku. Aku mendapat panggilan dari kakakku yang merupakan inspektur resmi kepolisian Jepang untuk bertemu dengannya di salah satu kafe kota.

Walau aku malas, tetapi aku harus bertemu dengannya. Bagaimanapun juga dia tetaplah seorang inspektur.

"Selamat atas keberhasilanmu kemarin, jujur saja aku takjub padamu." Kata kakakku memujiku.

Setelah meminum kopi sedikit, aku langsung membalas pujiannya.

"Tidak-tidak, itu bukanlah hal yang patut untuk ditakjubkan. Bagaimanapun juga aku tetaplah seorang detektif yang gagal." Ucapku merendah.

Kakakku yang mendengar itu memasang senyuman di wajahnya.

"Hoooh, mungkin memang benar bahwa saat itu kamu masih dianggap sebagai detektif yang gagal. Tetapi karena kasus kemarin, namamu terangkat di berbagai berita dan acara televisi loh." Kata kakakku memberitahu.

"Walau begitu, itu tetap tidak seperti semua orang akan lupa mengenai kesalahan fatal yang kulakukan 4 tahun lalu." Kataku menjelaskan.

"Yah, mungkin itu benar, tetapi dibandingkan yang lalu, kau bisa bersantai sedikit sekarang." Ucap kakakku menyemangati.

Setelah aku mengambil kopi di meja dan meminumnya lagi, aku menghadap ke wajah kakakku dengan wajah santai.

"Jadi? ada perlu apa sampai memanggilku ke sini?" Tanyaku penasaran.

Kakakku yang mendengar itu mengambil sebuah amplop dari jaketnya.

"Pertama-tama, tolong terima ini." Ucap kakakku sambil menodongkan sepucuk amplop ke arahku.

Aku menerima amplop itu dan membukanya.

"?!"

Di amplop itu, terdapat sejumlah uang yang sepertinya merupakan bayaranku atas kasus kemarin.

"K-kalau boleh tau...b-berapa total semua ini? Tanyaku penasaran

"500.000 yen" Jawab kakakku singkat

"li-li-lima ratus ribu?!" Teriakku pelan.

Aku yang sebelumnya belum pernah menerima uang sebanyak itu, hanya membelalakkan mataku mendengarnya.

"Itu masihlah kasus kecil, apabila kamu menyelesaikan kasus yang mungkin lebih besar lagi. Kau bisa mendapat bayaran hingga 1 juta yen per kasus." Kata kakakku menjelaskan.

"S-satu juta...."

Aku terdiam membayangkan angka itu.

"Gimana? apa kau tertarik bergabung ke kepolisian?" Tanya kakakku memastikan.

Aku yang mendengar itu langsung segera sadar dan membalasnya.

"Maaf, tetapi untuk sekarang aku tidak berniat untuk bergabung." Jawabku menolak.

Kakakku yang mendengar itu hanya tersenyum dan meminum kopinya.

"Begitukah? sayang sekali." Ucap kakakku setelah selesai meminum.

Karena suasana menjadi canggung, aku langsung menanyakan alasan lain mengapa aku dipanggil.

"Lalu? apa alasan selanjutnya?" Tanyaku penasaran.

Kakakku yang mendengar itu langsung memasang ekspresi serius sebelum melanjutkan.

"Alasan kedua aku memanggilmu ke sini adalah... karena aku ingin meminta bantuanmu lagi. Dan ini berhubungan dengan kasus kemarin ketika kamu berhasil membebaskan 14 anak-anak dan remaja yang terkurung." Ucap kakakku menjelaskan.

"?"

Aku tidak mengerti maksudnya.

"Hah? bukannya kasus itu sudah selesai?" Tanyaku memastikan.

Kakakku yang mendengarku hanya menggeleng-gelengkan kepalanya

"Ya, mungkin yang diliat di mata publik seperti itu. Tetapi kenyataanya berbeda, orang yang mencuri anak-anak itu... dia masih berkeliaran sampai sekarang."

"?!"

Aku yang mengira kasus itu telah selesai. terkejut mendengar pria itu masih berkeliaran.

"A-apa maksudnya? apakah itu artinya pihak kepolisian tidak menangkapnya kemarin?" Ucapku bertanya.

"Ya, pria itu melarikan diri sesaat sebelum kepolisian datang." Jawab kakakku.

"!!"

"Jika dibiarkan, mungkin kejadian yang sama akan terulang lagi." Kata kakakku dengan wajah serius.

"....."

Aku berpikir sejenak untuk membayangkan kejadian beberapa hari lalu.

Aoi yang disekap dengan beberapa anak dan remaja lainnya, entah kenapa aku masih belum tau apa tujuan mereka menculiknya.

"Kalau boleh tau, apakah kepolisian sudah tau mengenai tujuan mereka menculik anak-anak?" Tanyaku pada kakakku.

"...."

Kakakku yang mendengarku menanyakan tujuan mereka, hanya terdiam sejenak dengan wajah yang suram.

"Jujur saja, dari penyelidikan kita.... mereka sepertinya..."

Kakakku meminum kopinya sedikit sebelum kembali melanjutkan.

"M-menjual organ tubuh mereka." Ucap kakakku memberitahu

"?!"

Aku terkejut ketika mendengar alasannya.

Asam lambungku naik ke tenggorokanku, membuatku merasa mual ketika membayangkannya.

"J-jadi itu ya alasannya..." Kataku sambil menahan mual.

Kakakku yang melihatku merasa tidak enak, hanya terdiam sambil mengepalkan tangannya.

"Apabila kamu memang tidak bisa, maka jangan dipaksakan. Itu hanyalah keinginan egoisku seorang." Ucap kakakku menegaskan.

Jujur saja, aku merasa ingin segera melarikan diri dari sini sekarang dan tidak memikirkan tentang kasus itu.

Tetapi, setelah membayangkan jika seandainya saat itu Sakura tidak memintaku untuk menyelamatkan Aoi, dan membayangkan Aoi masih berada di kurungan itu..

Mungkin saja Aoi akan-

"Kido." Panggil kakakku.

"!"

Aku tersadar ketika kakakku memanggilku.

"Apakah kamu mendengarku? aku sudah bilang untuk tidak dipaksakan jika kamu memang tidak ingin." Kata kakakku mengingatkan.

"...."

Aku terdiam sejenak sebelum membalasnya.

"Maaf jika aku melamun.. hanya saja, aku tidak ingin membayangkan apabila ada orang yang berada dalam posisi Aoi dan tertangkap oleh orang itu." Kataku menjelaskan.

Kakakku yang mendengar itu langsung memberikan pertanyaan.

"Jadi? apakah kamu ingin menerimanya? atau tidak? Kata kakakku menanyakan kepastian.

Aku menghela nafas sedikit sebelum menjawabnya.

"Aku ikut." Jawabku dengan tegas.

"......"

Kakakku tersenyum mendengar jawabanku.

"Kalau begitu, terimalah ini." Ucap kakakku sambil mengeluarkan Sepucuk kertas dari sakunya.

"I-ini?" Gumamku menduga.

"Itu adalah rician tentang orang yang bernama Yamamoto Yuuta, beserta jaringan dan koneksi yang ia buat. Kau bisa memeriksanya untuk mengetahui lebih lanjut mengenai orang yang menculik anak-anak kemarin." Ucap Kakakku menjelaskan.

Setelah mendengarnya, aku membuka kertas itu untuk melihatnya.

"....."

Setelah melihat sekilas, aku langsung menutup kertas itu dan mengarahkan pandanganku kembali pada kakakku.

"Inspektur." Panggilku pada kakakku.

"Hmm? ada apa tiba-tiba?" Ucap kakakku kebingungan karena mendengarku memanggilnya Inspektur.

Aku langsung melanjutkan.

"Jika berkenan, aku ingin memeriksa data ini di kantorku, karena mungkin akan sedikit lama dan aku membutuhkan beberapa waktu untuk memahaminya." Ucapku menjelaskan.

Kakakku yang mendengar itu langsung membalasnya.

"Baiklah, aku izinkan. Pergilah dan selidikilah sebanyak-banyaknya yang kau bisa tentang orang itu." Ucap kakakku memberi persetujuannya.

Setelah mendengar jawabannya, aku langsung memohon untuk undur diri.

"Kalau begitu, aku permisi dulu." Ucapku sambil berdiri dari kursi dan berjalan menuju pintu luar.

Kakakku yang melihatku pergi, mengambil gelas miliknya yang berisi kopi dan meminumnya.

"Seperti biasa dia tidak menghabiskan kopinya." Ucap kakakku sambil melihat ke arah gelas kopiku yang masih berisi setengah gelas.

Setelah keluar dari kafe itu, aku mengeluarkan kertas data yang kuterima dari kakakku dan melihatnya sekilas.

"Yamamoto... Yuuta." Ucapku sambil melihat foto orang yang kusebutkan.

Dengan tekad untuk menemukan orang itu, aku berjalan perlahan menuju kantorku yang masih jauh jaraknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!