Bibi doakan agar mbak Larasati bahagia yah, Tuhan itu adil, setetes air mata yang mengalir akan di perhitungkan oleh Tuhan, setiap duka yang berani diceritakan akan berubah menjadi sukacita yang luar biasa."
"Doa bi Ijah yang bukan bukan siapa - siapa ini, doa bi Ijah yang hanya seorang asisten rumah tangga akan selalu berserta dengan mbak Laras."
"Terima kasih bi Ijah."
Malam hari itu setelah terjadi beberapa huru hara di dalam rumah, membuat Larasati pada akhirnya tertidur dengan nyenyak.
Air mata yang terus dia keluarkan tidak akan membuat dirinya untuk menyerah.
Bagi Larasati, pantang dirinya untuk tidak mengakui kesedihan yang dia rasakan saat ini, Larasati selalu jujur dengan diri sendiri untuk setiap hal yang dia alami saat ini.
Setiap air mata yang selalu mengalir, bukan berarti membuat Larasati menyerah dengan keadaan yang saat ini masih terus di depan matanya.
"Selamat pagi mas Prince dan mbak Jesika."
Pagi ini Larasati sengaja bangun pagi - pagi sekali untuk menyiapkan sarapan, perlu perang batin yang cukup lama, sebelum pada akhirnya Larasati berani menyiapkan makanan bukan hanya untuk Prince saja.
"Dimana bi Ijah? kenapa hanya ada kau di dalam dapur?"
Prince mengatakan hal tersebut sambil melihat - lihat sekeliling dan tidak menemukan apa yang dia cari.
"Bi Ijah di panggil ke rumah utama oleh ibu Saraswati mas, dan kemungkinan baru akan kembali esok hari."
"Astaga kenapa mama tidak memberitahu aku terlebih dahulu jika akan memakai bi Ijah, kau tau sayang hanya bi Ijah saya yang mengerti menu makanan ku."
Prince mengatakan hal tersebut kepada Jesika.
"Mas, maafkan aku harus memotong pembicaraan mas Prince dan Jesika, namun untuk masalah makanan, bi Ijah sudah meninggalkan resep hari ini."
"Apa jadi bi Ijah membocorkan semua resep makanan ku kepada mu?"
Wajah Prince merah padam menahan marah atas apa yang Larasati katakan.
"Bukan begitu mas, bi Ijah berani mengatakan karena di minta oleh ibu Saraswati."
"Sitt mama kenapa masih saja mengatur hidup ku?"
Prince mengatakan hal tersebut sambil mengumpat.
"Sayang ayo kita sarapan di luar saja, aku yang bawa mobil."
Prince mengatakan hal tersebut kepada Jesika, namun pandangan mata Jesika tertuju kepada mie goreng seafood yang saat ini sudah berada di meja makan.
"Jesika, apakah kau mendengarkan aku?"
Prince mengatakan hal tersebut dengan nada yang keras.
"Ah maafkan aku Prince namun kau harus lihat makanan ini, mie goreng ini enak sekali."
Jesika mengatakan hal tersebut sambil menggandeng tangan Prince.
"Cih aku tidak sudi memakan semua makanan yang dia buat."
"Kenapa Prince?"
"Kau lihat saja tangan - tangannya hitam, jari - jari kakinya juga hitam, badannya gendut ihh jijik, pasti makanan yang dia masak itu tidak akan bersih."
Prince mengatakan hal tersebut sambil bergidik.
"Ya, ya kau memang benar sih Prince, wanita ini memang dekil, meskipun dia sudah tinggal di rumah mewah seperti ini, tetap saja dia terlihat dekil."
"Nah kau sudah mengerti kan kenapa aku seperti ingin muntah ketika melihat masakannya lalu melihat tubuhnya."
Prince mengatakan hal tersebut dengan pandangan tajam ke arah Larasati.
"Ya sudah ayo kita makan di luar saja."
Setelah mengatakan hal tersebut Jesika dan Prince pada akhirnya keluar dari rumah dengan mengendarai mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments