"Ya sayang janji antara aku dan ibu mu sebelum pada akhirnya ibu mu pergi dari rumah ini."
Ibu Saraswati mengatakan hal tersebut sambil duduk dengan tenang di bangku taman
"Duduklah, ibu akan menceritakan janji kita berdua pada waktu itu."
Larasati langsung duduk di samping ibu Saraswati dan bersiap untuk mendengarkan semua perkataan sang ibu.
"Dulu saat aku melahirkan Prince, ibu mu sedang hamil tua, dan bulan kemudian kau lahir, di saat kau lahir mendiang suami ku mengatakan agar persaudaraan kita tidak terputus beliau berniat untuk menjodohkan kalian di kemudian hari nanti, namun..."
"Namun apa Bu?"
"Belum sempat janji tersebut terlaksana, ibu mu dan juga suami ku sudah meninggal."
Ibu Saraswati mengatakan hal tersebut sambil menatap ke langit - langit.
"Ibu tau saat ini semua sudah modern, tidak ada lagi perjodohan yang di lakukan, namun apakah ibu salah jika ibu ingin melaksanakan janji yang pernah terucap namun belum terlaksana?"
Tatapan ibu Saraswati kini begitu tajam ke arah Larasati.
"Bu, maafkan aku yang sebenarnya masih belum mengerti dengan cerita masa lalu kalian, namun satu hal yang pasti Laras tidak suka di jodohkan Bu."
Larasati pada akhirnya mengatakan hal tersebut kepada ibu Saraswati.
"Ibu tau nak, di masa yang sekarang tidak banyak orang yang menginginkan perjodohan, namun apakah kau tidak mau memenuhi permintaan mendiang ibu mu sendiri?"
Sejenak Larasati terdiam dengan semua hal yang telah dikatakan oleh ibu Saraswati.
"Bu, maafkan Laras, namun jika saja Laras menyetujui perjodohan ini, pasti Prince akan menolaknya bu."
"Kenapa kau berpikir demikian Laras?"
Sejenak Larasati terdiam lalu dengan berani Laras mencoba untuk mengatakan kebenaran tersebut
"Bu, ibu tau sendiri bukan jika Laras itu bukan wanita yang cantik, tubuh Laras gendut, berat badan Laras hampir seratus kilo, warna kulit Laras cokelat, dan wajah Laras berjerawat parah, semua itu berbanding terbalik dengan Prince."
Larasati tiba - tiba menghentikan ucapannya, rasanya seperti ada sebuah batu besar yang saat ini menindih perasaannya.
"Prince adalah laki - laki idaman para wanita, kulitnya yang putih, tatapan mata Elang, rambutnya yang hitam, tubuhnya yang atletis, dan juga Prince seorang CEO perusahaan terkenal, semuanya berbanding terbalik dengan Laras bu."
"Prince akan malu dengan semua rekan bisnisnya jika mengandeng Laras, Prince akan malu dengan lingkungan sekitar ketika memperkenalkan Laras."
"Laras tidak sedang rendah diri bu, tapi Laras berbicara sesuai kenyataan, perjodohan ini akan membuat luka di hati kami."
Hening sejenak setelah Larasati berani mengungkapkan semua hal yang mengganjal di dalam hatinya.
"Laras, ibu mengerti apa yang saat ini sedang kau rasakan, namun Prince sudah menyetujui semuanya sayang."
Deg
Ke dua mata Larasati kini langsung memandang tajam ke arah ibu Saraswati ketika kata - kata tersebut keluar dari mulutnya.
"Jadi ibu sudah mengatakan hal ini terlebih dahulu kepada Prince?"
Dengan cepat ibu Saraswati langsung menganggukkan kepalanya.
"Kau benar Laras, ibu telah berdiskusi dengan Prince untuk semua hal ini dan Prince telah bersedia untuk menikah dengan mu, ibu berani menceritakan hal ini karena sebelumnya Prince telah menyetujuinya terlebih dahulu."
Larasati kini hanya bisa terdiam tanpa kata setelah mendengarkan semuanya, sungguh saat ini hatinya menjadi tidak tenang dengan perjanjian masa lalu sang ibunda dengan ibu Saraswati yang tanpa bukti.
"Laras, ibu tidak akan pernah memaksa mu, namun satu hal yang pasti, cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya, apalagi di dalam pernikahan, pada akhirnya cinta itu pasti akan tumbuh."
"Ibu akan meninggalkan mu sendiri terlebih dahulu agar kau bisa berpikir lebih lagi tentang hal ini."
"Bu, Laras juga bersedia."
Tiba - tiba hal ini yang terucap dari mulut Larasati saat ibu Saraswati akan beranjak dari tempat duduknya.
"Kau serius Laras, kau sedang tidak merasa terpaksa bukan ketika melakukan hal ini?"
Dengan cepat Larasati langsung menganggukkan kepalanya.
"Tidak bu, Laras bersedia, sama seperti Prince Laras juga bersedia, Laras yakin perjanjian yang telah di sepakati oleh orang tua masing - masing tidak akan mendatangkan sesuatu hal yang buruk."
"Terima kasih sayang, sungguh ibu mu pasti sangat bangga memiliki putri yang begitu patuh kepadanya."
Ibu Saraswati mengatakan hal tersebut sambil memeluk Larasati yang sampai saat ini hanya bisa pasrah dengan segala sesuatu yang harus dia lakukan meskipun itu tidak sesuai dengan hati nuraninya.
"Laras tenang saja, ibu akan mempersiapkan pesta yang sangat meriah untuk kalian berdua, Prince adalah putra ibu satu - satunya, ibu ingin memberikan yang terbaik untuk kalian berdua, secepatnya pernikahan akan ibu urus, satu atau dua Minggu lagi semuanya akan segera siap."
Larasati yang mendengarkan hal tersebut langsung melepaskan pelukan ibu Saraswati.
"Tapi bu ini terlalu cepat."
Dengan cepat ibu Saraswati langsung menggelengkan kepalanya.
"Tidak sayang, lebih cepat akan lebih baik, mendiang ibu mu akan sangat bahagia dengan langkah yang berani kau ambil, ibu yakin kau dan Prince akan hidup bahagia."
Ibu Saraswati mengatakan hal tersebut sambil kembali memeluk Larasati.
Kini Larasati hanya bisa terdiam di dalam pelukan ibu Saraswati, ya Larasati terdiam karena dirinya sedang bertanya kepada hatinya sendiri, apakah keputusan yang telah diambilnya adalah keputusan yang benar.
Hari itu, Larasati berani mengambil langkah besar di dalam perjalanan kehidupannya, ya langkah besar yang akan membawanya masuk lebih dalam lagi dalam cerita cinta.
Sementara itu di lain tempat, nampak satu laki - laki tampan sedang duduk di sofa sambil meneguk minuman beralkohol kesayangannya.
"Hal bodoh apa Prince yang membuat kau sampai harus mengikuti semua permainan ini?"
Prince mengatakan hal tersebut sambil membaca pesan singkat di ponselnya, ya pesan singkat dari ibu Saraswati yang mengatakan bahwa pernikahan akan dilakukan dalam waktu dua Minggu ke depan.
"Kau sungguh gila Prince, kau akan menikah dengan wanita bertubuh monster, setiap kau bangun tidur, setiap saat kau akan melihat tubuh gendutnya, kau akan melihat lemak yang bergelambir di dekat mu, arrrh aku sungguh sangat jijik membayangkan semua ini."
"Aku tidak akan pernah menyentuh wanita itu, ya aku berjanji untuk diri ku sendiri, aku tidak akan menyentuh wanita bertumbuh monster tersebut."
Prince mengatakan hal tersebut sambil kembali meneguk minuman beralkohol yang akhir - akhir ini menjadi sahabat setianya.
Perjalanan panjang Larasati pada akhirnya harus berhenti sampai di sini, semua mimpi Larasati pada akhirnya berhenti setelah sampai di rumah ini.
Saat ini Larasati seperti tidak bisa untuk menolak, saat ini Larasati sepertinya tidak akan kuasa untuk memilih.
"Tuhan, aku tau aku tidak boleh rendah diri, kuatkan hati ku atas setiap pilihan yang telah aku ambil."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments