Hari yang di nantikan pun tiba, hari ini di salah satu gedung di pusat kota, Larasati dan Prince akan melangsungkan pernikahan mereka.
Banyak sekali tamu yang akan hadir di dalam acara pemberkatan mereka berdua.
Rekan bisnis Prince dan juga rekan bisnis ibu Saraswati sangat ingin melihat wanita yang menjadi pendamping daripada Prince, laki - laki yang sangat terkenal ketampanannya diantara para gadis - gadis muda.
*Ini adalah hari bahagia bagiku, namun sampai saat ini aku sama sekali belum pernah bercakap - cakap dengan Prince, pernikahan macam apa ini, pernikahan yang ke dua mempelai bahkan tidak saling mengenal.
Aku serahkan semuanya ke dalam tangan mu Tuhan, aku sadar keputusan yang aku ambil sangat terburu - buru, namun aku melakukan semua ini karena wasiat dari ibu ku yang selama hidup belum pernah aku bahagiakan*
Larasati mengatakan hal tersebut di dalam hatinya, saat ini dirinya sedang dirias oleh penata rias ternama yang sejak tadi bergumam dengan warna kulitnya yang hitam dan tubuh gemuknya.
"Larasati sayang."
Ibu Saraswati masuk ke dalam kamar dan memanggil namanya.
"Bagaimana apakah kau sudah siap?"
Larasati memandang dengan tajam ke arah ibu Saraswati, yah wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik, hari ini berdiri dengan gaun merahnya yang menjuntai panjang, sungguh saat ini berbanding terbalik dengan dirinya sebagai seorang pengantin wanita buruk rupa yang akan mendampingi salah satu laki - laki tampan yang menjadi idola para wanita.
"Hei sayang, apa yang sedang kau pikirkan? apakah kau baik - baik saja?"
Ibu Saraswati mengatakan hal tersebut sambil menepuk-nepuk bahu Larasati yang sejak tadi hanya menatap tajam ke arahnya tanpa suara.
"Ah Bu, maafkan Laras, mungkin karena saat ini Laras sangat tegang Bu."
Ibu Saraswati langsung tersenyum dengan perkataan Larasati.
"Ya ini mengerti, semua pengantin di dunia akan sangat tegang di hari spesialnya, nah sayang ibu lihat kau sudah siap, jadi kita turun ke lantai satu untuk menuju ke tempat pemberkatan."
"Bu boleh aku menanyakan sesuatu?"
"Katakan saja Laras."
"Siapa yang akan menjadi pendamping pengantin wanita bu? pengganti ke dua orang tua ku?"
"Kau tidak perlu khawatir, hari ini ada om Johan, beliau adalah salah satu rekan bisnis ibu, dan ketika ibu menceritakan semua tentang mu dengan senang hati om Johan bersedia menjadi pendamping pengantin wanita."
Larasati hanya terdiam dengan perkataan ibu Saraswati, karena bagi dirinya sungguh sangat menyedihkan ketika di hari yang sakral ini tidak ada satupun keluarga yang mendampingi, bahkan untuk orang yang menjadi walinya saja Laras tidak mengetahui.
"Sayang ada lagi? apakah ada yang ingin kau sampaikan lagi?"
Dengan kuat Larasati pada akhirnya hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Sudah cukup Bu."
"Baiklah ibu tunggu di lantai satu yah sayang, karena ibu harus mendampingi Prince."
Selesai mengatakan hal tersebut ibu Saraswati segera keluar dari ruangan dan Larasati hanya bisa memandang tajam punggung wanita paruh baya tersebut.
"Larasati, ayo kita turun."
Salah satu pelayan mengatakan hal tersebut kepada Larasati yang sejak tadi masih betah untuk duduk berlama - lama di tempat ini, jika Larasati boleh memilih dia ingin sekali untuk tetap berada di tempat ini.
"Ya aku tau, ayo."
Larasati yang pada akhirnya tidak memiliki pilihan kembali bangkit dari tempat duduknya dan dengan gaun putih panjangnya Larasati keluar dari dalam ruangan bersama dengan pelayanan.
Langkah Larasati mendadak terhenti saat dirinya tiba di lantai satu di depan pintu ruangan yang merupakan gereja dimana akan dilangsungkan pemberkatan antara dirinya dengan Prince.
"Larasati aku om Johan, senang bertemu dengan mu hari ini, ibu Saraswati pasti sudah menceritakan untuk apa saya berada disini sekarang bukan?"
Larasati yang melihat kehadiran om Johan hanya bisa menganggukkan kepalanya.
"Jadi tunggu apa lagi ayo kita masuk ke dalam."
Larasati pada akhirnya hanya bisa mengikuti langkah kaki om Johan untuk mulai melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan.
Saat ini langkah kaki Larasati rasanya begitu berat, ya langkah kaki yang semakin berat saat alunan musik mulai dia dengarkan, alunan musik khas yang selalu terdengar saat menyambut mempelai wanita masuk ke dalam ruangan.
Dan di saat yang bersamaan Larasati pada akhirnya dapat melihat wajah calon suaminya tersebut.
Satu laki - laki tampan dengan jas hitam sudah menunggunya di depan altar.
Kini Larasati hanya bisa menatap wajahnya tanpa bisa berkata - kata.
Dengan perlahan janji suci pernikahan pun terucap, di dalam suka dan duka ke dua insan akan tetap selalu bersama.
Ciuman ini, ciuman ini seharusnya aku berikan untuk satu laki - laki yang sangat aku cintai, namun saat ini dengan terpaksa aku harus memberikan ciuman ini kepada satu laki - laki yang tidak pernah aku kenal.
Hal tersebut yang Larasati perkataan di dalam hati saat Prince mulai mendaratkan ciuman kasih sayangnya di depan semua orang, ya ciuman yang seharusnya di berikan kepada satu laki - laki yang sangat berarti, kini ciuman tersebut harus di relakan Larasati untuk satu laki - laki yang tidak pernah dia kenal.
Sepanjang acara Prince hanya tersenyum kepada semua tamu undangan, namun tidak pernah mau untuk menatap Larasati.
Apakah wajah dingin seperti ini yang akan kau berikan kepada ku Prince? kepada istri sah mu yang akan kau temui setiap hari, istri yang akan selalu mendampingi di dalam setiap suka dan duka mu? apakah tidak ada satu patah kata pun yang akan kau ucapkan kepada ku Prince?
Larasati kembali mengatakan hal tersebut di dalam hati sambil terus memandang kepada Prince yang sepanjang acara hanya menganggap dirinya patung.
"Sekarang kalian sudah resmi sebagai suami istri, ibu tidak melarang kalian untuk mengunjungi kediaman ibu, namun alangkah lebih baik untuk kalian memiliki rumah sendiri dan membina rumah tangga dengan baik, semua sudah ibu siapkan, dan Laras selamat datang di dalam keluarga besar kami."
Di akhir acara ibu Saraswati mengatakan semua hal tersebut kepada Larasati.
Di hadapan semua keluarga dari Prince Laras harus kembali menebar senyum kebahagiaan yang palsu dan ketika Laras memberanikan diri untuk melihat wajah Prince, Laras kembali tersenyum karena Prince ternyata melakukan hal yang sama.
"Selamat malam pertama sayang."
Ibu Saraswati mengatakan hal tersebut sambil menutup pintu mobil yang akan membawa Larasati dan Prince ke rumah baru mereka.
Sepanjang perjalanan hanya kebisuan semata yang di dapatkan oleh Larasati, ingin rasanya Larasati berteriak dan mengatakan kepada prince yang kini duduk disebelahnya, mengatakan bahwa saat ini dia adalah istri sahnya.
Namun pada akhirnya mulut Larasati terkunci dengan rapat .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments