Terakhir kata - kata tersebut yang diucapkan oleh Larasati kepada dirinya sendiri, meskipun sang ibunda kini telah berada di surga, namun foto yang dia bawa menjadi kekuatan tersendiri untuknya.
"Sepuluh juta masuk ke dalam rekening ku?"
Tangisan Larasati berhenti ketika ada satu pemberitahuan di ponselnya.
"Ternyata benar apa yang dikatakan oleh mas Prince, dia hanya akan memberikan uang bulanan aku sebesar ini."
Larasati mengatakan hal tersebut sambil tersenyum sinis.
"Ya, ya baginya aku tak lebih dari wanita buruk rupa yang harus di pelihara sampai batas waktu harus di buang."
Larasati mengatakan hal tersebut sambil melemparkan ponselnya di atas tempat tidur.
"Ayo Laras kau tidak boleh sakit, kau harus tetap makan, kau harus tetap kuat, meskipun sekarang kau tidak bisa memasak untuk suami mu sendiri, tapi setidaknya kau tidak akan kelaparan karena kau masak untuk diri mu sendiri."
Setelah mengatakan hal tersebut Larasati bangkit dari tempat duduknya di kamar, dengan perlahan Larasati meninggalkan kamar dan berjalan menuju ke arah dapur, siang ini Larasati akan memasak makanan untuk dirinya sendiri.
"Siang mbak Laras."
Satu wanita paruh baya yang saat ini berada di dapur menyapa Larasati.
"Pagi, bibi menyiapkan makanan untuk siapa?"
"Ah ini untuk masa Prince mbak."
Larasati yang mendengarkan nama laki - laki itu di sebut langsung mendekatkan diri ke masakan yang telah siap untuk di hidangkan.
"Steak daging ayam bi?"
Dengan cepat sang bibi langsung menganggukkan kepalanya.
"Iya mbak, ini adalah salah satu masakan kesukaan dari mas Prince sejak dirinya remaja."
"Remaja? bibi sudah bekerja disini dari Prince remaja?"
Larasati mengatakan hal tersebut sambil terus memperhatikan bagaimana sang bibi menghidangkan makanan untuk Prince.
"Betul mbak, ibu Saraswati yang meminta bibi untuk mengurus semua makanan mas Prince dari kecil."
"Ah seperti itu, siapa nama bibi?"
"Panggil saja bi Ijah mbak Laras."
Bi Ijah mengatakan hal tersebut sambil tersenyum ke arah Larasati.
"Baik bi Ijah."
"Bibi permisi dulu yah mbak, mau mengantarkan ini ke kamar mas Prince."
Dengan cepat Larasati menganggukkan kepalanya.
Dengan cepat pula Larasati menuju ke salah satu tempat di mana steak itu telah selesai di masak.
Dengan berani Larasati mencicipi bekas saus steak yang masih tersisa di tempat tersebut dengan salah satu tangannya.
"Jadi ini yang namanya saus untuk steak? ah seperti ini rasanya, aku akan mencoba sekali lagi."
Larasati mengatakan hal tersebut sambil terus mencoba rasa saus steak yang sebelumnya tidak pernah dia coba.
"Baiklah, jadi ini adalah salah satu masakan kesukaan mu mas Prince, aku berjanji akan belajar dengan cepat dengan merasakan saus ini dengan kuat."
Lalu setelah itu Larasati bergerak kepada steak ayam yang masih tersisa di meja makan, dengan Laras mengambil garpu dan mencoba daging ayam tersebut.
"Rasanya enak, kematangan pas, ah jadi ingin rasanya jika ayam di masak menjadi steak?"
Laras kembali mengatakan hal tersebut sambil terus mencoba makanan tersebut beberapa kali sambil mencoba mengingat - ingat rasanya.
"Ibu dulu pernah mengatakan untuk menyenangkan laki - laki ada dua cara, cara pertama dengan perutnya, cara yang ke dua dengan kehidupan ranjang yang hangat untuknya."
"Jika saat ini aku belum bisa melayaninya di dalam hubungan suami istri, maka aku akan membuatnya bahagia lewat perutnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments