Dengan perlahan Larasati berjalan ke arah cermin dan mulai melihat tubuhnya dari atas sampai bawah.
"Jadi serendah itu kah kau menilai mu mas."
Hal tersebut yang terus Larasati katakan kepada dirinya sendiri.
"Aku memang gendut, berat badan ku hampir seratus kilo, terus kulit aku hitam, tapi ini hitam bukan karena aku jorok mas, tapi memang kulit aku hitam mas."
Larasati mengatakan hal tersebut sambil menggosok - gosok kulitnya dengan air mata yang semakin deras mengalir.
"Lalu mas mengatakan aku bau badan, mas aku juga tidak tau jika mas tidak mengatakan hal ini, seandainya mas tau berbagai deodoran sudah aku coba namun bau ini tetap ada, aku sudah berusaha, aku bagaimana lagi mas."
Larasati kembali mengatakan hal tersebut sambil mencium sendiri ketiaknya.
"Mas, rambut ku juga berminyak, bibir ku hitam dan kering, apakah semua ini juga salah ku?"
"Tidak ada satu wanita pun yang ingin di dalam kondisi seperti ini mas, semua wanita pasti ingin terlahir dengan bentuk tubuh ideal, berkulit putih, dan cantik, namun jika aku lahir dengan kulit hitam apakah aku harus menyalahkan Tuhan yang menciptakan aku?"
Setelah mengatakan hal tersebut Larasati kembali memukul - mukul meja sambil terus menangis
Sungguh hinaan Prince membuat mentalnya jatuh, ya hinaan dari laki - laki yang baru menjadi suaminya satu hari.
"Permisi mbak Laras, di tunggu oleh tuan Prince di ruang kerjanya."
Satu pelayan yang tiba - tiba mengetuk pintu kamar Larasati, membuat semua tangisan Larasati terpaksa harus berhenti.
"Ya bi sebentar lagi aku akan ke ruang kerjanya."
Larasati mengatakan hal tersebut sambil mencoba menghapus air matanya yang mengalir dan tidak mau untuk berhenti.
Rasanya sakit ketika dirinya harus terpaksa menghentikan dengan paksa setiap air mata yang sebenarnya masih ingin terus keluar.
Namun karena Prince memanggilnya mau tidak mau Larasati harus berusaha untuk menghapusnya.
"Laras ayo kau harus kuat, sekarang kau sudah menikah dan pernikahan itu tidak boleh di permainkan, bukan dengan kekuatan sendiri engkau akan bertahan, namun Tuhan pasti akan membantu mu di dalam hal ini, ya Laras kau harus yakin."
Selesai memberikan penguatan terhadap dirinya sendiri Larasati beranjak dari kamarnya dan berjalan menuju ruang kerja Prince.
"Lama sekali, apa yang sebenarnya kau lakukan ha?"
Begitu sampai di ruang kerja Prince, Larasati sangat kaget karena Prince mengatakan hal tersebut dengan memandang tajam ke arahnya.
"Maafkan Laras, Laras hanya."
"Ssst sudah diam, aku sedang tidak ingin mendengarkan penjelasan mu, dan aku tidak sudi mendengarkan hal itu, duduklah."
Prince mengatakan hal tersebut kepada Larasati dengan tatapan matanya yang masih sangat tajam ke arahnya.
"Ini baca lah.".
Prince memberikan satu berkas kepada Larasati.
"Apa ini mas."
Larasati menerima berkas tersebut dengan sangat heran karena isinya lumayan tebal.
"Baca saja!"
Nada tekanan dari Prince membuat Larasati takut dan segera membuka berkas tersebut.
"Perjanjian pernikahan?"
Larasati mengatakan hal tersebut dengan kembali memandang Prince.
"Ya perjanjian pernikahan antara kau dan aku."
"Tapi kenapa harus ada perjanjian seperti ini mas? aku sudah menjadi istri mu, dan apakah ini harus tetap ada?"
"Justru karena kau yang menjadi istri ku, maka perjanjian ini harus tetap ada."
"Tapi kenapa mas?"
Sungguh habis kesabaran Prince ketika Larasati terus meminta penjelasan darinya.
"Karena kau jelek!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments