Rasa penasaran Prince semakin menjadi -jadi ketika di usianya yang ke dua puluh delapan tahun Prince baru mengetahui masa lalu keluarganya yang ternyata tidak baik - baik saja.
"Mama membunuh ibu kandung dari Larasati."
Deg
Sungguh kali ini Prince seakan - akan ingin lompat dari tempat duduknya.
"Ma, sungguh tindakan mama kali ini sungguh gila, sadar atau tidak mama bisa di penjara!"
Prince mengatakan hal tersebut sambil memijit - mijit pelipisnya.
"Kau tau Prince semua itu bisa terjadi jika pihak aparat memiliki bukti yang kuat tentang kejahatan yang mama lakukan, tapi selama pihak aparat tidak dapat membuktikan semuanya akan baik - baik saja."
"Lalu sekarang mama harus mengorbankan aku untuk menikah dengan wanita yang aku saja tidak ingin melihat wajahnya ini."
Prince kembali mengatakan penolakannya untuk menikah dengan wanita yang baginya sangat menjijikkan itu.
"Mama tau hal ini akan menjadi hal yang berat untuk mu, namun kau harus ingat, pernikahan ini tidak butuh waktu lama, kita hanya butuh keturunan dari Larasati, setelah kita mendapatkan hal itu, maka kita bisa melakukan banyak cara kepada wanita itu, karena wanita tersebut adalah wanita sebatang kara."
Prince sangat takjub dengan semua rencana sang ibunda yang sungguh di luar dugaannya sama sekali, baru kali ini Prince melihat sang ibunda yang lembut berubah menjadi seorang ibunda yang kejam dengan setiap taktiknya.
"Entahlah ma, aku sedang tidak bisa berpikir jernih dengan semua hal yang sudah mama katakan kepadaku, semuanya terlalu mendadak, dan sungguh aku tidak tau saat ini harus berbuat apa."
Prince kembali menggelengkan kepalanya sambil mengatakan hal tersebut di depan sang ibunda.
"Ya mama akan membiarkan mu berpikir, namun tidak ada salahnya untuk lebih dulu mengenal Larasati, esok hari Larasati akan datang dan menetap di rumah kita, saat ini Larasati masih belum mengetahui semua hal yang terjadi dengan keluarganya, sama seperti mu yang baru saja mengetahui banyak rahasia besar di dalam keluarga kita sendiri."
"Mama hanya perlu mengingatkan mu Prince, jika sampai Larasati pada akhirnya mengetahui apa yang terjadi, dan juga kematian sang ibu, kita tidak tau apa yang akan dilakukan olehnya."
"Dan pernikahan menjadi jalan yang sangat baik untuk kita dan juga untuk Larasati."
"Tapi ma, Prince tidak mau menikah dengan wanita yang seperti ini."
Prince mengatakan hal tersebut sambil menunjukkan foto Larasati kepada sang ibunda, ke dua mata Prince sangat sakit memandang fisik wanita yang berada di dalam foto tersebut.
"Mama tau tipe seperti apa wanita idaman mu Prince, dan Larasati sangat jauh dari wanita idaman itu bukan? namun kembali ke permasalahan awal jika pernikahan ini tidak dapat di lakukan maka kita tidak akan mengetahui hari ke depan akan menjadi seperti apa."
"Prince tidak bisa menjawab semuanya sekarang ma, karena Prince butuh waktu untuk berpikir."
Setelah mengatakan hal tersebut Prince bangun dari tempat duduknya dan langsung pergi begitu saja meninggalkan ruang kerja sang ibunda.
"Prince maafkan mama yang harus melibatkan mu sampai sejauh ini, namun mama sangat takut jika kesalahan masa lalu mama terbongkar, mama tidak mau masa tuan mama berakhir di penjara Prince."
Ibu Saraswati mengatakan hal tersebut sambil menggelengkan kepalanya dengan kuat.
Sementara itu di lobby perusahaan Prince yang masih syok segera masuk ke dalam mobilnya.
"Kau pulang saja dengan kendaraan umum, aku sedang tidak ingin untuk di ganggu."
Prince mengatakan hal tersebut kepada supir dan juga pengawalnya, hari ini Prince sungguh ini sendiri.
"Sial, kenapa semua ini harus aku yang melaluinya, sungguh aku tidak akan pernah bisa membayangkan harus tinggal satu rumah dengan wanita buruk rupa tersebut."
"Dan ya Tuhan aku tidak bisa membayangkan jika harus menyentuh tubuhnya, dan punya anak dari rahimnya."
Prince mengatakan hal tersebut di dalam mobil dengan mengemudikan mobilnya.
Wajahnya begitu jijik ketika mengingat wajah wanita yang di lihatnya di foto, ya wanita yang bagi Prince adalah wanita buruk rupa karena fisik yang dia miliki.
Hari ini Prince memarkirkan mobilnya pada tempat hiburan malam dan memilih menghabiskan sisa malamnya untuk bersenang - senang di dalam sana.
Esok yang di nanti pada akhirnya datang juga, terkhusus bagi Larasati yang kini dengan antusias telah tiba di kota J.
Dengan langkah yang sangat hati - hati Larasati turun dari kereta malamnya dan langsung keluar dari stasiun mencari mobil yang menjemputnya.
"Atas nama Larasati?"
Satu orang laki - laki bertubuh besar tiba - tiba saja menghampiri Larasati yang saat ini masih kebingungan mencari mobil yang ditugaskan untuk menjemputnya tersebut.
"Ya saya Larasati."
"Ayo, saya adalah salah satu pengawal yang di tugaskan oleh ibu Saraswati untuk menjemput anda."
Sang pengawal mengatakan hal tersebut sambil menunjukkan tanda pengenalnya.
"Ayo pak, Larasati sudah tidak sabar ini bertemu dengan ibu."
Larasati dengan sangat polos mengatakan hal tersebut kepada salah satu pengawal yang ditugaskan oleh ibu Saraswati untuk menjemputnya.
Sepanjang perjalanan Larasati tak henti - hentinya menatap kemegahan kota J dari balik kaca jendela mobilnya.
"Pak, apakah kita masih lama?"
"Sebentar lagi kita akan sampai."
"Ah baiklah."
Dan mobil pun pada akhirnya memasuki satu halaman rumah nan megah yang bernuansa gaya Eropa.
"Silahkan, nyonya sudah menunggu di dalam."
Salah satu pengawal membukakan pintu dan meminta Larasati untuk turun dari dalam mobil.
"Terima kasih pak."
Dengan langkah yang girang Larasati masuk ke dalam rumah megah tersebut.
"Larasati sayang."
Terdengar suara yang sangat tidak asing lagi bagi Larasati.
"Ibu Saraswati."
Larasati mengatakan hal tersebut sambil berlari ke arah ibu Saraswati.
"Bagaimana keadaan mu di sana sayang? apakah baik - baik saja ?"
"Sayang baik sekali Bu, sekarang Laras sudah menyelesaikan perkuliahan dan siap untuk membantu ibu Saraswati bekerja."
Larasati mengatakan hal tersebut sambil mengendurkan pelukannya.
"Astaga Laras bisa - bisanya sudah membicarakan pekerjaan, padahal kan kamu baru saja tiba dari Semarang, sekarang lebih baik Laras istirahat dulu saja."
"Bu, terima kasih."
"Terima kasih untuk apa sayang?"
"Terima kasih karena ibu Saraswati sudah bersedia membiayai semua pendidikan aku, karena sejak ibu meninggal sungguh Laras tidak memiliki siapapun lagi kecuali ibu Saraswati saja."
"Laras, bagi ibu kamu sudah seperti anak kandung ibu sendiri, jadi mana mungkin ibu tega membiarkan kamu terlunta - lunta di jalanan, dengan sekuat tenaga ibu juga akan memberikan yang terbaik untuk mu."
"Terima kasih, sekali lagi terima kasih."
Larasati mengatakan hal tersebut sambil kembali memeluk ibu Saraswati.
"Sudah, sudah ayo kamu istirahat dulu, nanti setelah istirahat ibu akan mengenalkan mu dengan anak ibu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments