Hari ini ibu Saraswati membawa Larasati ke dalam kamar tamu dan membiarkan Larasati untuk beristirahat.
"Pengawal."
"Ya nyonya."
"Kemana Prince?"
"Tuan Prince sampai pagi ini belum kembali ke rumah nyonya."
Ibu Saraswati hanya bisa terdiam dengan laporan yang telah di berikan oleh pengawalnya.
"Setelah Prince sampai, beritahukan kepadanya bahwa aku menunggu di ruang kerja."
"Baik nyonya."
Setelah mengatakan hal tersebut ibu Saraswati berjalan masuk ke dalam ruang kerjanya.
Sementara itu Larasati yang telah selesai membersihkan diri kembali memandang ke dalam seluruh ruang kamar yang sangat luas tersebut.
"Waaah, kamar ini luas sekali, dingin, bersih dan kasurnya sungguh empuk."
Larasati mengatakan hal tersebut sambil duduk di tepian tempat tidurnya.
"Ibu Saraswati baik sekali kepada ku, buk ibuk tenang saja di surga, Laras akan baik - baik di rumah ini, Laras berjanji akan mengabdikan diri untuk bekerja dengan giat di rumah ini."
Larasati mengatakan hal tersebut sambil memandang foto sang ibunda yang selalu dia sematkan di dalam dompet kecilnya.
"Selamat siang Larasati."
Satu pelayan wanita masuk ke dalam kamar dan menyapanya.
"Ya ada apa?"
Ibu Saraswati menunggu mu di meja makan untuk makan siang bersama.
"Ah, apakah aku bisa makan siang nanti saja? aku belum terlalu lapar."
Dengan cepat sang pelayan tersebut langsung menggelengkan kepalanya.
"Sepertinya tidak bisa Laras, di dalam rumah ini ibu Saraswati sudah menetapkan peraturan untuk jam makan pagi, jam makan siang dan juga jam makan malam, semuanya harus di patuhi dengan baik."
Larasati kembali terdiam dengan jawaban yang diberikan oleh satu pelayan tersebut, kehidupan ibu Saraswati yang sangat teratur akan berbeda jauh dengan kehidupan Larasati yang masih belum teratur di dalam berbagai hal.
"Baiklah, aku akan segera menyusul."
Setelah mengatakan hal tersebut pelayan wanita segera keluar dari dalam kamar Larasati.
"Sungguh kehidupan orang kaya memang jauh berbeda dengan kehidupan kita ya buk."
Larasati kembali mengatakan hal tersebut sambil memandang foto sang ibunda.
Dengan cepat Larasati keluar dari dalam kamar dan menuju ke ruang makan.
"Laras ayo duduk."
Begitu sampai di meja makan, Larasati kembali terdiam karena saat ini dirinya melihat satu meja makan panjang dengan hidangan makanan yang memenuhi meja tersebut.
"Kenapa diam saja sayang? apakah ada makanan yang kurang kau sukai?"
Ibu Saraswati kembali mengatakan hal tersebut karena sejak tadi hanya melihat Larasati berdiri terdiam.
"Bukan seperti itu bu, namun aku bingung meja ini terlalu panjang untuk makan, di desa kami makan dengan duduk di lantai."
Ibu Saraswati yang mengerti kegundahan hati dari Larasati kini hanya bisa tersenyum.
"Sayang ibu mengerti apa yang sedang kau rasakan, namun memang kehidupan di kota dan di desa akan jauh berbeda, tantangan kehidupan di kota akan lebih banyak, jadi ibu berharap Laras untuk segera beradaptasi di dalam hal ini."
Larasati yang mendengarkan penjelasan langsung menganggukkan kepalanya dan mulai duduk di kursi dengan meja panjang tersebut.
"Nah ayo jangan malu - malu, ibu tau kau sudah lapar, ayo makan."
"Baik Bu."
Larasati yang memang sejak tadi sudah lapar langsung mengambil makanan banyak dan memakannya tanpa henti.
"Prince."
Ibu Saraswati yang melihat Prince sudah kembali ke rumah langsung memanggil putra kesayangannya tersebut.
"Kemarilah Prince."
Dan Prince yang sebenarnya tidak ingin untuk berada di ruangan itu, terpaksa pada akhirnya mengikuti panggilan sang ibunda.
"Ada apa ma?"
"Duduklah, ikutlah makan siang bersama dengan kami."
Prince yang saat ini berdiri di samping ibu Saraswati hanya bisa terdiam dan memandang tajam ke arah Larasati yang sejak tadi sudah memperhatikan Prince dengan ke dua matanya.
"Tidak ma, Prince sudah makan."
Ibu Saraswati yang mengerti isi hati Prince pada akhirnya hanya bisa menganggukkan kepalanya.
"Baiklah jika kau sudah makan, perkenalkan ini Larasati, mulai hari ini Laras akan tinggal bersama dengan kita."
"Aku sudah tau akan hal itu ma."
"Salak kenal kak Prince."
Larasati mengatakan hal tersebut sambil berdiri dan mengulurkan tangannya untuk bisa dijabat oleh Prince
Namun Prince hanya memandang uluran tangan Larasati dengan pandangan menjijikkan.
Cih tangan mu hitam, kulit mu hitam, badan mu gendut, jerawatan sungguh aku ingin muntah melihat wajah mu, bentuk tubuh mu.
Prince terus mengatakan hal tersebut sambil memandang ke arah Larasati.
"Laras nanti saja, lebih baik kamu selesaikan dulu makan siang, setelah ini ibu akan mengajak mu untuk berkeliling rumah ini._
Ibu Saraswati yang saat ini melihat pemandangan yang sungguh tidak enak, sengaja mengatakan hal tersebut agar Larasati bisa menarik kembali uluran tangan yang sejak tadi tidak di sambut oleh Prince.
"Ma, Prince ke kamar dulu."
Ibu Saraswati yang sudah ada pilihan lain pada akhirnya hanya bisa menganggukkan kepalanya ketika Prince mengatakan hal itu.
Astaga tampak sekali laki - laki yang saat ini berdiri di hadapan ku, astaga.
Larasati mengatakan hal tersebut di dalam hati sejak kedatangan Prince yang langsung memikat hatinya.
"Laras, hei Laras apakah kau baik - baik saja?"
Ibu Saraswati kembali mengatakan hal tersebut karena melihat Larasati memandang Prince tanpa berkedip.
"Iya Bu Laras baik - baik saja."
Sadar akan kesalahan yang di lakukan Laras kembali mengatakan hal tersebut sambil menundukkan wajahnya.
"Maafkan kelakuan Prince yah sayang, anak ibu itu sebenarnya baik, namun memang perkataannya agak sedikit tajam."
Dengan cepat Larasati langsung menganggukkan kepalanya.
"Iya bu Laras mengerti."
Setelah mengatakan hal tersebut Laras kembali mengunyah makanannya, jantungnya masih berdegup kencang karena melihat satu pangeran yang sangat tampan sejenak yang lalu berdiri di hadapannya.
"Setelah selesai makan ikutlah ibu ke taman, ada beberapa hal serius yang akan ibu bicarakan kepada Laras."
Ibu Saraswati mengatakan hal tersebut sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Iya Bu, Laras juga sudah selesai makan."
Dengan cepat Larasati juga bangkit dari tempat duduknya dan mengikuti langkah kaki ibu Saraswati.
"Sayang, kau tau taman ini adalah salah satu bagian di dalam rumah ini yang sangat suka dibersihkan oleh mendiang ibunda mu."
Ibu Saraswati mengatakan hal tersebut sambil mencium bunga mawar merah yang sedang bermekaran di dalam taman.
"Apakah dulu ibu bekerja dengan rajin?"
Larasati kembali menanyakan hal tersebut kepada ibu Saraswati.
"Ya sayang ibunda mu bekerja dengan sangat rajin, buat ku beliau bukan lagi sebagai asisten rumah tangan, namun sudah seperti adik kandung ku sendiri."
Larasati tersenyum ketika mendengarkan apa yang dikatakan oleh ibu Saraswati.
"Dan karena kedekatan kami, ada satu hal yang sudah menjadi janji kita bersama sayang."
"Janji?"
Larasati mengatakan hal tersebut sambil mengernyitkan dahinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Sripitkuriani
semangat thor💪💪💪💪
2023-02-03
0