Aluna masih tidak melesapkan tangannya dari Gabriel, bahkan saat Gabriel membawa gadis itu kamarnya, duduk disofa kamar. Masih dengan baju yang sama, dengan bau darah amis yang menguar.
Aluna mencengkram baju Gabriel dengan erat, tubuhnya masih bergetar hebat. Noda darah itu saling mereka bagi, membuat baju keduanya sama kotornya.
Gabriel tidak bergerak, dia membiarkan saja keadaan mereka seperti itu, hening. Menyesakkan, tubuhnya seolah hanya terpaku pada getaran yang Aluna buat karena ketakutan.
Detak jantung Aluna terasa begitu kencang, Gabriel dapat merasakannya, tubuh mereka yang saling menempel membuat Gabriel dapat merasakannya dengan mudah.
Dia tidak suka, Gabriel tidak menyukainya. Rasa marah yang berbeda, membuat dadanya tidak tenang. Seolah ada yang menggedor-gedor didalam sana, berteriak bahwa miliknya sedang ketakutan.
Mata berkilat dalam keheningan, memancarkan aura berbeda, membuat atsmofer disekeliling mereka bertambah berat.
"Gabriel ...."
Suara Aluna terdengar, dan Gabriel menyahut dengan deheman. Aluna terlalu takut, otaknya membeku, bahkan dia hanya merasakan kenyamanan dalam pelukan Gabriel.
Dalam pelukan seseorang yang membunuh didepannya, seseorang yang membuat dirinya berakhir mengenaskan seperti ini.
Tubuh Aluna membeku merasakan kecupan hangat ditengah tulang hidungnya. Lembut tanpa paksaan. Sejenak Aluna terhanyut. Melupakan semuanya ketika tanpa sadar Gabriel menggendongnya kedepan kamar mandi.
"Mandilah ...." Gabriel berujar dengan nada dinginnya. Menyoroti keadaan Aluna yang mengenaskan. Pakaiannya bernoda darah dimana-mana.
Gabriel pastikan ia akan membakar baju itu hingga hanya debu yang tersisa.
Aluna mengangguk kaku, masuk kedalam kamar mandi seperti manusia tanpa nyawa. Mengunci pintu kamar mandi kemudian melangkah berdiri dibawa shower air.
Tangan gadis itu bergerak ragu menyalakan keran air, membuat air dingin langsung menyirami tubuhnya yang masih lengkap dengan pakaian bernoda itu.
Membuat air yang mengalir dari tubuhnya berwarna merah karena darah. Mata Aluna terpejam sejenak. Bayangan pembunuhan itu sekolah terlintas didepan matanya.
Tubuh Aluna terlonjak, mata gadis itu terbuka dengan panik. Jatuh berlutut dengan ketakutan yang terlihat jelas.
Aluna menggosok wajahnya dengan kasar, kemudian beralih ke kedua tangannya. Entah untuk apa, yang pasti dia ingin lupa akan ketakutan yang melandanya.
Gabriel itu psychopath, harusnya Aluna tidak kaget, harusnya ia tidak takut, harusnya! Harusnya dan harusnya ....
Wajahnya mendongak menenangkan dirinya dengan guguran air dingin.
🍀🍀🍀
Gabriel marah, pakaiannya sudah ia ganti dengan kemeja berlengan pendek dan celana santai. Rambutnya basah tanda ia baru selesai mandi.
Duduk diatas tempat tidur memerhatikan kamar mandi tempat Aluna sedang mandi. Gadis itu belum keluar. Dan Gabriel merasa tidak tenang akan hal itu, dadanya berdetak dengan tidak teratur dan terasa sesak.
Ada aoa dengannya beberapa hari ini? Kenapa ia merasa asing? Asing dengan dirinya yang sekarang. Dengan jantungnya yang sekarang. Dengan amarahnya yang sekarang.
Kenapa dia harus merasa sesak dengan jeritan ketakutan Aluna? Kenapa? Padahal suara itu selalu menjadi suara Favoritenya. Padahal ekspresi ketakutan Aluna adalah hal kedua yang selalu menjadi alasan Gabriel menyukai gadis itu.
Apa mungkin karena jatung gadis itu? Apa mungkin karena jantung itu berdetak dengan terlalu keras? Apa mungkin karena Gabriel lebih menyukai detakan halus yang sering Gabriel dengarkan saat gadis itu tidur?
Tapi, pada dasarnya Gabriel tidak pernah merasa terganggu dengan detakan jantung itu. Gabriel tidak pernah masalah dengan detakan jantung yang menggila. Apa lagi hal itu lumrah ketika seseorang tengah ketakutan.
Jadi dimana masalahnya sebenarnya?
Gabriel melirik sekali lagi kearah pintu kamar mandi. Cukup, Gabriel sudah merasa cukup dengan sesak didadanya. Dengan cepat tubuh pria itu bangkit. Mencoba membuka pintu kamar mandi.
Terkunci tentu saja.
Dengan kasar Gabriel menendang pintu kamar mandi. Disana gadisnya berdiri membelakanginya, kemudian perlahan kepala itu menoleh menunjukan wajah pucat pasi dengan bibir berubah gelap.
"Shit! Apa yang kau lakukan Aluna!" Gabriel memaki terkujut, bergerak cepat kerah Aluna menutup keran air dengan kasar, membiarkan baju yang baru saja ia pakai basah kembali. Menggendong Aluna yang masih lengkap dengan pakaiannya. Menggendong gadis itu keluar,membiarkan pakaiannya yang basah kuyup mengalirkan air kelantai yang mereka lewati.
Mendudukan gadis itu disofa, mengambil pakaian kering juga selimut.
Gabriel sigap menganti pakaian gadis itu, menyelimuti gadis itu dengan selimut yang ia bawa. Gabriel berlutut dengan lemas. Menatap Gadis itu dengan kepanikan yang terlihat jelas dimatanya.
Mata mereka bertemu, dengan jelas Gabriel melihat bagaimana cairan mengumpul dimata gadis itu. Tubuh gadis mulai bergetar kembali. Tangan gadis itu memeluk leher Gabriel, melingkari leher pria itu dengan kulit yang dingin akibat terlalu lama terkena air dingin.
Wajah gadis itu juga dingin ....
"Kau baik-baik saja sekarang." bisik Gabriel, bisikan lembut yang jarang diucapkan oleh Gabriel sendiri.
"Kau akan selalu baik-baik saja Aluna ..., selalu karena aku sendiri yang akan menghabisi mereka yang menggores kulitmu."
Aluna ingin percaya, tapi diantara semuanya yang paling sering melukainya adalah Gabriel sendiri.
Kalau bukan karena Gabriel dia takkan pernah mengalami hal ini. Dia takkan pernah merasaka rasa takut yang hampir membuatnya gila.
"Gabriel ... jangan menyiksaku seperti ini ...." Gabriel terpaku.
"Hentikan Gabriel ... cukup ... aku tidak sanggup lagi." pukulan lemas itu hampir terasa seperti sentuhan ringan di dadanya. Pelan tapi terasa sekaan pukulan itu langsung terarah ke jantungnya.
"Aku tidak bisa hidup seperti ini lagi Gabriel. Aku tidak bisa! Tidak bisa!" Aluna sudah tidak berdaya. Semuanya terbalik begitu cepat, semua hancur begitu cepat.
Kenapa Gabriel tidak senang? Kenapa Gabriel merasa sakit? Bukankah ini adalah puncak yang menarik? Bukankah ini adalah hal yang ia tunggu?
"Gabriel lepaskan aku ...." suara Aluna semakin pelan. Karena lelah dan rasa sesak akan ketakutan yang ia rasakan.
Tangan Gabriel bergerak melingkari perut Aluna. Ia tidak suka kata itu keluar dari mulut gadis itu.
"Tidak akan pernah Aluna."
"Akan kulakukan apapun, tapi jangan meninggalkanku." Gabriel mendadak kalut. Aluna ingin ia meninggalkan gadis itu? Gabriel tidak dapat membentak karena suara gadis itu yang terdengar begitu tersiksa.
"Katakan Aluna apa yang kau inginkan?" Gabriel berbisik lirih, semakin menguatkan pelukannya. Dia takut, dia tidak mau ditinggalkan lagi! tidak mau!
"Jangan lukai aku ... jangan siksa aku Gabriel." suara Aluna memelan hingga kemudian kegelapan menariknya dengan halus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
aku tau ini berat Aluna, tapi takdir author ingin kau disisi Gabriel, kasian😥😢😢
2021-04-19
2
Dennyanto Suryadi Siregar
trauma bgt aluna
2021-02-21
1
icequen_
trauma banget pasti
2020-12-02
8