Seminggu setelah makan malam keluarga, tak ada apapun yang berubah pada hari-hari Aluna, kecuali teka-teki pertanyaan yang mengusiknya. Tentang apa yang dikatakan oleh keluarga Gabriel tepatnya.
Apa yang Gabriel butuhkan darinya?
Saat ini Aluna lah yang membutuhkan pria itu, Aluna tidak memiliki sepeserpun uang, ya meski hal itu juga karena Gabriel yang tidak mengijinkan Aluna untuk keluar dengan bebas.
Tetap saja, fakta bahwa sekarang Aluna hidup dengan uang Gabriel tidak dapat disangkal oleh gadis itu.
Aluna memandang jalan raya melalui kaca mobil yang membawanya beserta Gabriel kembali kerumah pria itu. Mereka pulang lambat karena saat menjemput Aluna Gabriel mendadak harus kembali ke kantornya, mengambil beberapa berkas yang harus ia selesaikan dirumah.
Dan mau tidak mau Aluna ikut kesana. Meskipun menolak turun dan memilih menunggu Gabriel didalam mobil.
Aluna mengernyitkan dahinya menyadari Gabriel berbelok kearah yang berbeda dari rumah pria itu. Suasana mobil yang hening juga ekspresi Gabriel yang datar menambah perasaan cemas Aluna.
"Gabriel ...?" Aluna bertanya dengan bisikan pelan seolah dapat membaca situasi yang ada.
Gabriel diam, matanya melirik spion mobil, dan Aluna mengikutinya. Menatap kearah sebuah mobil yang kira-kiraan berjarak 3 meter dari mobil mereka.
Gabriel berbelok, mobil itu me mengikuti mereka. Ketika Gabriel memasuki jalanan lebar yang sepi Aluna ketakutan setengah mati.
"Aluna." suara Gabriel terdengar lembut, menoleh menatap Aluna dengan senyum menenangkan.
"Dengarkan aku, apapun yang terjadi aku akan menjagamu." seketika Aluna tahu akan ada hal buruk yang akan menimpanya.
Gabriel menjulurkan tangannya ke arah spion didepannya, mengeluarkan sebuah pisau berganggang abu-abu dari sana.
Mobil dibelakang mereka bergerak cepat menyalip mobil Gabriel kemudian berhenti satu meter didepan mereka.
Mobil Gabriel berhenti.
Jari-jari panjang Gabriel bergerak mengelus pipi Aluna dengan lembut. "Jangan keluar."
Aluna mengangguk patuh dengan kaku, menatap Gabriel yang turun dari mobil dengan santai. Gabriel memberi tanda untuk mengunci mobilnya.
Dan Aluna patuh, mengunci semua pintu mobil dengan hati-hati. Kaca mobil Gabriel gelap, kemungkinan besar mereka tak tahu kalau ada Aluna didalam sana. Kecuali mereka sudah mengikuti Gabriel saat pria itu menjeputnya.
Gabriel melangkah kedepan mobil, berdiri didepan mobil yang menyoroti mobilnya. Lima pria yang tidak Gabriel kenali turun dengan santai.
Preman jalanan ....
Gabriel berdecih pelan kemudian terkekeh. Matanya menatap pria-pria itu dengan datar. Tangannya memerhatika pria-pria yang yang tersenyum menjijikan kearahnya.
Salah satu pria mengeluarkan handphonenya. Mendekatkan handphone itu kearah Gabriel.
"Hey Teman! Bagaiamana? Apa kau terkejut dengan kejutanku? Aku harap kau terkejut hingga langsung mati. Hahaha. Sampai jumpa Gabriel. Kalau kau tidak mati tentu saja."
Tawa Gabriel meledak. Tersenyum mengejek menatap pria-pria yang menatapnya dengan rendah.
Well, setidaknya korbannya datang sendiri kali ini. Mata Gabriel berkilat dengan kilat aneh, memancarkan binar berbeda.
Kepalanya bergerak miring dengan senyum mengejek.
Salah satu orang dengan gerakan cepat bergerak mengayunkan tinjunya, yang dengan mudah dapat Gabriel patahkan. Memelintir tangan dengan kepalan tinju itu kebelakang punggung pria yang menyerangnya.
Memukul punggung pria itu dengan keras, mengakibatkan suara berdebum punggung dan jeritan pria itu terdengar keras di jalan yang sunyi.
Aluna merasakan nafasnya yang kacau, mencoba tenang dan tak menimbulkan suara sekecil apapun. Mengangkat kakinya yang gemetar hebat kemudian memeluknya dengan ketakutan.
Ia ingin mengalihkan pandangannya, tapi tidak ada objek yang dapat mengalihkan perhatiannya.
Nafas Aluna tercekat menatap Gabriel yang melawan 5 pria dengan berbekal pisau yang ia ambil dibelakang kaca spion tadi.
Dengan jelas dapat Aluna lihat beberapa sayatan pada tubuh Gabriel. Tentu saja preman itu tidak berniat membunuh dengan tangan kosong.
Meski begitu Gabriel tetap terlihat unggul, dia terlihat begitu ahli dalam bela diri dan memakai pisau.
Aluna hampir menjerit melihat Gabriel menebas perut seorang pria dengan santai, darah bergerak menetes dari pisaunya, bercucuran hingga mengotori kemeja tanpa jas yang sudah Gabriel lepaskan sejak awal.
Aluna bahkan tak menyadari seseorang menyadari keberadaannya yang tengah bersembunyi ketakutan.
Tubuhnya tersentak begitu kaca jendela mobil didekat kursi pengemudi pecah. Air mata Aluna meluncur ketakutan begitu dengan mudah pintu mobil terbuka.
Aluna terisak merasakan tangannya di cengkeram dengan kasar hingga kuku-kuku pria yang mencengkramnya itu terasa menggores kulitnya.
"Gabriel!" seruan Aluna yang ketakutan membuat Gabriel menoleh dengan terkejut. Lengannya tergores dan mengeluarkan darah.
"Serahkan dirimu atau dia mati?" suara pria yang menggengam Aluna membuat semua orang terdiam.
Belum sempat pria itu mengarahkan pisau kecil ditangannya kearah leher Aluna, pisau lain melesat cepat kearah kepalanya.
Tubuh Aluna menegang sebelum jeritan ketakutannya terdengar begitu nyaring. Nafas Aluna berantakan merasakan percikan darah disalah satu bagian wajahnya.
Tubuh pria dibelakang Aluna ambruk disusul oleh tubuhnya yang jatuh berlutut dengan gemetar. Air mata meluruh dipipi Aluna dengan deras.
Melihat Aluna yang berlutut ketakutan Gabriel bergerak cepat mengambil pisau dari salah satu pria yang menyeramgnya. Pisau dengan ukuran lebih besar dari miliknya itu tampan sangat berguna ditangan Gabriel.
Gabriel tampak begitu ahli, memotong nadi di leher korbannya hingga darah muncrat dengan derasnya.
Tubuh Gabriel basah oleh darah, tersisa dua orang yang masih bergerak dengan tubuh penuh luka. Gabriel seakan baru saja menggunakan darah untuk mandi.
Satu tusukan lagi yang Gabriel buat membuat salah satu pria lagi tumbang. Dan menambah darah yang membasahi pakaiannya. Tampak ingin mengakhiri semua dengan cepat, Gabriel segera menusuk pisau ditangannya ke leher pria terkahir yang langsung menyemburkan darah.
Nafas Gabriel terengah, tangan kanannya bergerak menutup wajahnya. Meninggalkan sebelah mata kiri yang tak ikut tertutup. Melirik Aluna yang bergetar mematung dengan raut ketakutan dan shock.
Tangan Gabriel mengambil handphonenya, menekan beberapa tombol kemudian mendekatkan handphone itu ke telinganya.
"Bereskan." Gabriel berujar dengan dingin. Mengirimkan lokasinya saat itu dengan SMS. Kemudian melangkah mendekati Aluna.
"Hey ...," panggil Gabriel membuat Aluna tersentak. Gabriel yang sadar Aluna masih sangat ketakutan bergerak menggendong gadis itu. Membuat tubuh Aluna kotor oleh darah dari pakaian Gabriel.
Aluna mencengkram pakaian Gabriel dengan kuat, menangis sesegukkan disana.
Gabriel membiarkan hal itu, dia merasa berbeda ....
Gabriel hanya merasa tidak senang, tidak senang karena Alunanya menangis.
Hatinya seolah tidak tenang.
Dan Gabriel tidak tahu ada apa dengan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
YaNaa Putra Umagap
hemmm, adegan ini jadi ingat dengan si mata merah.......
2021-05-07
1
✨Susanti✨
apik..apik..
2021-02-24
2
hasa ariyani
tanpa di sadari Gabriel "desiran cinta" mulai tumbuh♥️♥️
2020-08-05
11