(Harap bijaksana saat membaca part ini, dimohon untuk tidak mencontoh kelakuan tokoh cerita).
Gabriel menarik Aluna kedalam pelukannya, memeluk gadis itu erat kemudian tangannya bergerak mengelus rambut gadis itu yang tergerai.
Menggendong gadis itu di depan tubuhnya, berlenggang dengan santai menuju kedalam restaurant itu. Aluna diam, membiarkan apa yang akan dilakukan pria itu. Gabriel berhenti didepan pintu, matanya melirik kearah belakang. Memberikan tatapan memerintah kepada pengawal yang sejak awal berjaga disana. Memberikan perintah untuk mengikutinya masuk.
Dua orang pengawal itu mengangguk patuh mengikuti sang Tuan kedalam.
"Tuan Ivanovich," ujar pria gembul dengan luka bekas cakaran diwajahnya. Tampak gelagapan merapikan stelan jas ukuran karung padi itu.
Gabriel Ivanovich. Ya, sejak memang itu namanya. Nama marga yang familiar bukan? Tentu saja sejak awal Enterlance dibangun oleh Adrel Ivanovich, kakek dari Gabriel. Membawa nama marga itu dikenal oleh dunia. Merintis perusahaan itu dari berupa bibit kecil hingga kini merupakan pohon besar yang digenggam oleh Gabriel.
"Apa yang kau lakukan pada Gadisku, Fenrick Alboinian?" Gabriel bahkan tidak mau repot-repot menyebut nama itu dengan sopan. Matanya berkilat dengan sinar tajam. Berkilat terkena cahaya lampu yang redup.
"Dia yang menggoda saya Tuan." Fenrick berujar dengan kepercayaan dirinya. Tersenyum dengan sopan merapatkan jasnya yang tidak dapat menutupi perut buncitnya.
Tawa Gabriel meledak, mengusir keheningan di dalam Restourant. Terdengar begitu kejam dan mengejek. Gabriel melirik kearah salah satu pengawalnya. Menunjuk CCTV dengan matanya.
Pengawal itu mengangguk patuh kemudian pergi.
"Apa ... kau pikir aku bodoh?" tanya Gabriel membuat pria dengan wajah percaya diri itu mengerutkan dahinya.
"Menurutmu apa yang dilihat gadisku pada dirimu? Bahkan jika kau menanyakan pada monyet buta siapa yang paling tampan diantara kita, sudah pasti mereka menunjukku." Gabriel tersenyum mengejek memberikan senyum menghinannya. Membuat muka pria Alboinian itu memerah marah.
"Kekayaanmu pun tidak dapat mencapai setengah dari kekayaanku. Jadi siapa yang akan percaya? Tidak ada gunanya merayu pria obesitas sepertimu." seringai kejam Gabriel membuat Fenrick semakin marah. Dengan amarah menggebu-gebu tubuhnya bergerak maju, mengepalkan tangannya meninju wajah Gabriel yang dengan mulus Gabriel hindari.
"Kau pikir dengan tubuh berlemak itu dapat mengalahkan ku?"
Gabriel menendang tulang kering pria itu membuat tubuhnya goyah dan jatuh berlutut karena tekanan berat badannya. Dengan tidak berdosa Gabriel menghantamkan kakinya kearah wajah pria itu.
Bunyi benturan kaki Gabriel dan kepala Fenrick benar-benar terdengar keras membuat Aluna hanya dapat memeluk leher Gabriel dengan erat.
Pria itu pusing dan berusaha mencari kesadarannya. Gabriel tersenyum miring.
"Bawa dia, masukan kedalam mobilnya."
Gabriel berbalik dengan tidak peduli, membiarkan para pengawalnya membawa pria itu dengan paksa.
Gabriel masuk kedalam mobilnya membawa mobil itu menuju perbatasan kota, kearah pantai sepi yang penuh tebing-tebing. Hari ini bukan hari libur jadi pantai itu kosong bahkan tidak ada kendaraan yang lewat kecuali mereka.
Gabriel berhenti, "mau ikut? Ah tidak kau harus ikut."
Gabriel turun dari mobil, memutari mobil kemudian kembali menggendong Aluna dengan paksa. Wajah Aluna pias, dia-dia tahu apa yang akan terjadi. Dan-dan dia tidak suka melihat itu. Mobil Fenrick berhenti beberapa cm dibelakang mobil Gabriel.
Pengawal Gabriel turun dari mobil, mengamhampiri Gabriel menyerahkan kartu memori dari black box mobil Fenrick. Gabriel memberikan kartu memori baru.
Meskipun ia tahu pada akhirnya akan hancur dan meleleh juga pada akhirnya, tapi lebih baik jaga-jaga bukan?
Mobil Fenrick disabotase saat itu juga. Dengan pria itu didalamnya, dengan kejamnya Gabriel menaruh kaki pria itu diatas pedal Gas. Fenrick yang masih setengah sadar dengan tangan yang tidak berdaya terikat oleh jas sendiri menggelegakkan kepalanya panik. Kakinya menyentuh pedal Gas namun tidak menginjaknya.
Gabriel memutar matanya, memakai sarung tangan kemudian mengambil botol minuman keras dimobilnya. Kembali menatap Fenrick kini dengan wajah datar.
Gabriel melempar botol itu keras menghantam kepala pria itu. Membuat Fenrick menjerit reflek menekan pedal Gas, berakhir dengan menghantam tebing tinggi dengan kecepatan penuh.
Mobil itu langsung meledak menghanguskan isinya.
Aluna memejamkan matanya ketakutan. Sebelum Gabriel kembali membawanya masuk kedalam mobil.
-}{-
"Bagaimana kau puas?" wajah Aluna pucat pasi diberi pertanyaan seperti itu oleh Gabriel, pria itu duduk santai dipinggir tempat tidur menatap gadisnya yang menyandar dengan lemas diujung tempat tidur.
"Apa maksudmu?" Aluna mencicit masih syok dengan adegan pembunuhan sadis yang ia tonton secara Live. Entah bagaimana ia bisa bertahan jika seperti ini terus.
"Apa kau sudah puas membuat pria itu ... mati?" Gabriel tersenyum menatap wajah Aluna yang semakin pucat, matanya mengelurkan air mata yang meluncur mulus dipipinya.
"Sssss, ada apa?" Gabriel bertanya lembut. Gadisnya sedang terguncang, dan biasanya akan sangat penurut padanya.
"A-aku aku takut Gabriel." isakan Aluna mulai terdengar. Dengan lembut Gabriel membawa gadisnya kedalam pelukannya. Mengelus punggung gadis itu yang masih terbalut gaun mahalnya.
"Jangan khawatir, dia sudah mati Aluna."
Aluna tidak tahu apa itu adalah kata yang bagus untuk menenangkan seseorang tapi entah mengapa isakannya memelan. Aluna bergerak semakin merapatkan tubuh mereka yang tentu saja disambut dengan baik oleh Gabriel.
"Kau akan selalu aman bersamaku Aluna, tidak akan ada yang berani menyentuhmu. Tidak akan ada yang berani macam-macam denganmu."
"Jika mereka berani maka aku sendiri yang akan menghancurkan mereka. Aku sendiri yang akan membuat mereka menghilang, sampai kau takkan pernah melihat mereka lagi." Gabriel tersenyum mengelus wajah Aluna dengan lembut. Mengecup pipi gadis itu yang basah karena air mata. Memerhatikan tubuh Aluna yang masih bergetar sisa-sisa dari isakannya.
"Dengar Aluna. Hanya aku yang boleh menyentuhmu, hanya aku yang boleh melukaimu, hanya aku yang boleh menjagamu, dan hanya aku yang boleh menjadi pemilikmu.
Sejak awal hingga akhir akan selalu seperti itu. " Gabriel mendongakkan wajah gadis itu. Mempertemukan mata mereka. Saling menatap dengan cara yang berbeda.
Aluna dengan kehampaannya dan Gabriel dengan kuasa penuhnya. Mengunci apa yang menjadi miliknya sejak awal. Merantainya dengan rantai kasat mata yang mencegah gadis itu untuk pergi.
"Forever Aluna, Only me."
Bisik Gabriel di telinga Aluna dengan penuh penekanan dan ketegasan sebelum menyatukan bibir mereka.
Gabriel melepaskan bibirnya, menatap Aluna yang tidak berdaya dengan senyuman lembut. Mengambil beberapa kapas dan sebuah pembersih makeup yang telah disiapkan Adolf, kemudian menuangkan isinya pada kapas tersebut.
Dengan lembut menghapus make-up yang menutupi wajah alami gadisnya. Aluna terdiam tidak bergerak. Mengikuti apa yang dilakukan Gabriel kepadanya.
Entah sampai kapan ia bisa bertahan dari pesona pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
atmaranii
untung ganteng lu gabriel mskipun psyco jg aku dukung2 ajh lah...
2021-04-06
2
Siti Zulaeha
dag dig dug trssssssd
2021-03-04
1
Nur aja
kelainan kayak ny si Gabriel , Aluna di Nikmati dan di jalani saja apa adanya jangan membahayakan diri sendiri ..
2021-03-01
1