Dia berbeda, Aluna bahkan tidak sanggup berkata-kata. Gabriel benar-benar berusaha untuk tidak melukainya. Pria itu tampak berkali-kali lebih baik dari biasanya. Tampak lebih lembut dan jarang mengancam. Meski berkali-kali kelepasan dan mengeluarkan mode possessivenya ia akan kembali dan minta maaf.
Dia berusaha membuat Aluna nyaman, berusaha tidak memaksa. Dia membuat Aluna benar-benar kehilangan kata. Gabriel yang lembut baik ah katakan saja normal tidak pernah terbayang di otaknya.
Bukannya Aluna tidak mau Gabriel berubah menjadi lebih baik, dia hanya tidak mau terlalu berharap dan membuatnya kecewa sendiri.
Gabriel yang sekarang lebih sering mengajaknya bicara hanya untuk sekedar basa-basi. Pria itu pernah menjalani bisnis keluar kota dan menelfon tengah malam hanya untuk mengatakan kalau dia merindukan Aluna. Meminta Aluna menemaninya yang masih bekerja melalui telfon.
Aluna terkejut, sifat manis Gabriel membuatnya berkali-kali kebingungan dan terpesona ....
Hari ini Gabriel kembali dari perjalanan bisnisnya. Aluna bahkan tidak mengerti karena hal itu sekarang dia memakai baju yang Gabriel belikan dengan harga cukup mahal dan menggunakan riasan wajah.
Untuk menyambut Gabriel ....
Aluna tidak habis pikir dengan otaknya, jika dulu ia harap Gabriel pergi saja terus kali ini ia harap Gabriel cepat pulang. Dia merasa ingin bertemu pria itu, ingin menatap matanya.
Aluna menggigit bibirnya didepan cermin, dia terlihat cantik. Lebih cantik dari biasanya, pakaian yang ia pakai tampak cocok.
Aluna tidak bisa berpikir, dia tidak tahu apa yang dia lakukan tapi ia tetap melakukannya.
"Kau tampak lebih cantik." Aluna tersentak dari lamunannya. Gabriel disana, dia sudah pulang. Bagus Aluna, kau bahkan tidak mendengar suara mobilnya dan sibuk dengan pikiran sendiri.
Mata Gabriel memincing memandang Aluna dengan menyelidik,"kau akan pergi kemana?"
Aluna mengerjapkan matanya bingung sekaligus tidak paham. Memangnya dia akan kemana?
"Maksudku, kau berpakaian bagus tanpa ku paksa dan kau merias wajahmu." Gabriel curiga, jangan sampai Aluna sedang dekat dengan pria lain.
"Aku berpakaian seperti ini untuk menyambutmu." menyadari kecurigaan Gabriel Aluna berujar spontan membuat keduanya terkejut.
Aluna yang terkejut dengan apa yang ia ucapkan sendiri dan Gabriel yang terkejut akan kejutan yang Aluna siapkan.
Ini baru dua bulan Gabriel berusaha menahan dirinya, berkali-kali melampiaskan rasa frustasinya kepada orang lain selain Aluna. Berkali-kali Gabriel berusaha lebih tenang meski tenang benar-benar bukan bakatnya.
Dan tampaknya itu tidak buruk, Aluna menyambutnya pulang, dengan riasan wajah sederhana namun begitu menarik diwajahnya. Aluna yang biasanya menjaga jarak 100 langkah dari Gabriel kini malah menyambut kepulangannya.
Gabriel merasa seolah usahanya benar-benar berbuah manis.
Aluna membuang wajahnya kesamping dengan malu. Kenapa dia begitu terang-terangan.
"Jadi apa ini seperti ajakan kencan atau semacamnya?" Aluna bertemu merah. Tentu saja ia tidak berpikir seperti itu, dia hanya berpikir untuk tampil berbeda didepan Gabriel.
"Tidak, kau pasti lelah setelah perjalanan jauh."
Gabriel mengangkat alisnya, lelah? Tidak entah mengapa setelah bertemu Aluna ia tidak merasa lelah sama sekali. Dia justru merasa senang dan memiliki semangat untuk berjalan-jalan.
"Lelah? Kenapa aku harus lelah? Yang aku lakukan selama perjalanan hanyalah duduk dan tidur." Gabriel tersenyum.
"Mungkin ada baiknya kita nonton dan makan siang diluar."
"Aku akan mandi dulu, tunggu aku sebentar."
Gabriel berlalu, masuk kedalam kamar mandi meninggalkan Aluna yang terdiam mencoba mencerna apa yang terjadi.
"Ya Tuhan, jangan bangunkan aku." Aluna mencari penyangga, tangan sebelahnya lagi memegang dadanya yang berdebar. Aluna apa yang kau mimpikan?
Nafasnya terengah antara terkejut dan baha ... gia? Aluna yang benar saja kau bahagia?!
Ada apa denganmu?!
Lama Aluna berkutat dengan pikirannya yang bercabang-cabang hingga tanpa sadar Gabriel yang telah selesai mandi menatap gadis itu heran.
"Kau tidak apa-apa?" Aluna berjengit kaget, matanya wajahnya menoleh spontan. Gabriel disana, tubuh basah dan hanya dibalut handuk.
Mata Aluna membola, wajahnya merah. Aluna kau sudah melihatnya! Sudah! Sudah sangat sering?! Demi Tuhan kenapa kau masih begitu sulit untuk biasa saja?! Kenapa? Kau sulit untuk tidak terpesona?!
"Aku akan segera berganti pakaian." Gabriel tersenyum kecil dengan alis ia naikan melihat ekspresi Aluna yang panik?
Untuk apa gadis itu panik? Bukankah dia sudah sering melihatnya?
"Aku-aku akan menunggu diluar," ujar Aluna menggigit bibirnya. Dengan nyaris berlari gadis itu melangkah keluar dengan terburu-buru.
o\(\(\*^▽^\*\)\)o
"Apa yang ingin kau tonton?" Gabriel bertanya, menatap jajaran poster film yang tayang hari ini.
Aluna yang memilih film, dan pilihannya jatuh pada sebuah film tentang gadis buta dan pria lumpuh. Dia bilang, itu adalah film yang sudah sangat ingin ia tonton sejak dulu. Little Promise judulnya.
Gabriel hanya mengangguk mengiyakan, lagipula ia yakin Aluna takkan suka dengan genre filmnya yang lebih menyukai film layaknya Final Destinations dan sebagainya.
Little Promise akan tayang setengah jam lagi, jadi mereka memutuskan untuk menunggu dan Gabriel memesan popcorn serta minuman untuk didalam.
Waktu setengah jam terasa begitu lama bagi Aluna, dia gugup. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Otaknya bergerak mencari bahan untuk mencairkan suasana. Tetapi entah mengapa otaknya buntu, ia tidak tahu harus membawa topik apa.
"Kapan tanggal wisudamu?" dan pada akhirnya Gabriellah yang mencairkan suasana.
"A, emnn sekitar 3 minggu lagi." Aluna tersenyum. Sebentar lagi dia benar-benar akan meninggalkan universitas itu.
"Apa rencanamu setelah itu?" Aluna terdiam sejenak.
"Mungkin aku akan mencari pekerjaan, aku ingin mencari uang untuk menyewa gedung dan membuat butik kecil-kecilan," ular Aluna, Aluna selalu menginginkan hal itu, dia ingin memiliki butik kecil-kecilan miliknya sendiri.
Tidak perlu terlalu besar, dia hanya ingin melihat orang lain menyukai apa yang ia buat.
"Kau bisa meminjam uangku," ujar Gabriel santai.
"Aku sudah terlalu banyak berutang padamu Gabriel. Entah berapa banyak yang harus aku lunasi." Aluna bergerak resah, jujur ia tetap tidak enak hati, selama ini Gabriel lah yang mengurus segara keperluannya. Sampai hal terkecil sekalipun. Gabriel yang menunggungnya.
"Tidak ada yang perlu kau lunasi Aluna, semua barang itu milikmu. Aku yang membawamu. Jadi itu tanggung jawabku."
"Tapi siapa aku Gabriel? Siapa aku hingga tanggung jawab akan hidupku adalah beban mu." Aluna meninggikan suaranya, hatinya sakit mengingat status mereka yang bahkan tidak memiliki kejelasan.
"Kau adalah milikku, kau adalah segalanya Aluna." Gabriel berdesis. Bulu kudu Aluna meremang, bisikan itu mengerikan tetapi entah mengapa pipi Aluna memerah.
"Kau adalah kekasihku."
Dalam sekejap nafas Aluna tertahan, sesuatu menyentuh bibirnya. Matanya terbuka lebar ketika jarak antara dirinya dan Gabriel terhapus. Wajah Gabriel yang tepat didepannya membuat tubuhnya sepenuhnya membeku.
Aluna jatuh, dia terjatuh dalam pesona Gabriel. Dan cara untuk keluar tidak akan lebih mudah dari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Little_Bee
kejam ... posesif... tapi tak ada kevulgaran ... Author bermain cantik ...
Alur yang tak biasa... mungkin bagi yang suka ala sinetron lebay ... atau awalan "PEMERKOSAAN" yakin tak bakalan suka alur cerita ini...
Alur Dewasa bukan adegannya tapi pemikirannya.....
Tak bertele-tele n drama alay...
Great Job buat author... ❤️❤️🥰💪🏽👌🏾👌🏾
2021-09-24
1
배라
boom like dariku untuk karyamu thor👍
2021-02-20
4