Bukan hal baik, Aluna menatap wajahnya didepan cermin dengan menata menerawang. Kenapa ia begitu lemah? Kenapa ia begitu tak berdaya dibawah kekuasaan pria itu.
Aluna menatap pakaiannya yang ia pakai saat pertama kali ia masuk kedalam rumah ini. Aluna hanya berani memakai satu lembar pakaian yang diberikan Gabriel, itupun dengan harga yang paling bawah.
"Kau takkan memakai pakaian yang kubelikan bukan?" Aluna tersentak mundur beberapa langkah. Menatap Gabriel yang menyandar diambang pintu, menyorot pakaian yang ia pakai dengan tidak suka.
Gabriel melangkah masuk, menutup pintu dibelakangnya dengan santai. Melangkah lambat-lambat mendekati Aluna.
"Kenapa kau tidak mau memakai pakaian itu Aluna? Pakaian itu milikmu." Gabriel mendekatkan dirinya kearah Aluna, memojokkan gadis itu berimpit dengan tempat Aluna berkaca.
Ini kamar pria, tidak ada meja rias dikamar pria.
"Pakaian itu milikmu Gabriel, kau yang membelinya," ujar Aluna semakin menekan tubuhnya mendekati lemari dengan kaca dibelakangnya.
"Ya kau benar, dan tempat pakaian-pakian itu harusnya beradapun adalah milikku," ujar Gabriel memegang lengan baju yang saat ini Aluna pakai. Merasakan kain dengan warna pudar itu membukus miliknya.
Aluna mengernyit tidak paham dengan ucapan Gabriel, menatap pria itu dengan sedikit tanya. "Tubuhmu Aluna, milikku."
"Dan aku tidak suka, sesuatu yang menjadi miliku memakai sesuatu yang tidak pantas."
Tangan Gabriel bergerak menuju kerah baju Aluna, merasakan betapa buruknya kain murahan yang membukus tubuh Gadisnya.
Mata Aluna melebar, menatap tak percaya kerah tangan Gabriel yang menggengam sobekan bajunya.
Tangan Aluna bergerak menutup tubuhnya dengan panik. Tubuhnya bergetar ketakutan dan semakin bergetar ketakutan ketika Gabriel merengut sisa-sisa pakaian yang masih melekat dengan tubuhnya.
Menyisakan celana jins dengan sobekan di lututnya.
Gabriel bergerak meninggalkan Aluna, membuka lemari pakaian baru yang beberapa minggu lalu baru dimasukan kedalam kamar Gabriel.
Gabriel membuka lemari itu mengambil dress putih dengan lengan sampai ke siku namun bahu yang terbuka. Kembali mendekati Aluna memaksa Aluna memakai dress itu dengan sedikit kasar.
Tersenyum puas ketika menatap Aluna yang tampak cantik dengan dress yang ia belikan.
Gabriel mundur menatap Aluna dengan sorot menilai.
"Kau ingin kubantu melepaskan celana itu juga?" Aluna menggeleng panik segera masuk kedalam kamar mandi melepas celana jinsnya.
Keluar dengan takut-takut, jaga-jaga Gabriel mendobrak pintu karena tidak sabar.
"Kau terlihat cantik, Aluna."
Gabriel mendekat memainkan rambut panjang gadis itu dengan jarinya. Menggulung helai-demi helai itu dengan lembut.
"Jangan membuatku memaksamu Aluna, kau tahu aku tidak suka bantahan."
"Sekarang ayo, akan ku antar kau."
🕳🕳🕳🕳🕳
Tidak ada yang spesial hari ini, semuanya berjalan membosankan. Aluna menghembuskan nafasnya menatap jam dinding menunggu waktu mata kuliahnya berkahir.
Anggita tidak hadir hari ini, membuat hari ini semakin buruk saja. Aluna tidak memiliki cukup banyak teman dekat. Anggita adalah satu-satunya yang paling dekat dengannya.
Tangan Aluna bergerak mencoret-coret kertas di mejanya dengan bosan. Sebentar lagi, sebentar lagi dan Aluna akan keluar dari universitas ini.
Jam mata kuliah akhirnya berakhir. Masih ada satu mata kuliah lagi sebelum ia bisa pulang. Dan Aluna benar-benar harus menghabiskan waktu istirahatnya sendirian. Dosen dan teman-teman sekelasnya keluar, meninggalkan Aluna sendirian dengan bosan. Mungkin kalau bukan karena perutnya yang kelaparan Aluna pasti akan menghabiskan waktu istirahatnya dikelas saja.
Gadis itu bangkit, berjalan menuju kantin dengan tidak bersemangat.
"Aluna?" kepala gadis itu menoleh menyadari ada yang memanggilnya. Itu Chaka, anak dari jurusan sebelah. Apa yang dia lakukan disini?
"Istirahat Aluna?" Chaka bertanya dengan akrap. Sebenarnya mereka cukup dekat, Chaka pernah membantu Aluna ketika ia hampir tertabrak motor dulu. Dan sejak itu mereka dekat.
"Iya, sedang apa kau disini Chaka?" tanya Aluna dengan senyum ramah. Untung saja Gabriel tidak ada disini. Jadi didalam area kampus ia tidak harus menjauhi semua orang yang ingin berteman dengannya.
"Hm, aku datang untuk menemuimu." Chaka tersenyum mengedipkan matanya dengan cara berbeda.
"Owhh, benarkah?" Aluna terkejut, ya tentu saja. Menaikan kedua alisnya dengan tidak yakin.
"Aku serius, aku datang untuk menemuimu. Kau punya waktu nanti? Ketika pulang?" tanya Chaka dengan muka penuh harap.
"Aku tidak tahu, lihat saja nanti." Aluna tidak nyaman. Chaka memang tampan. Dia salah satu senior bertampan di fakultas ini. Meski jurusan mereka berbeda Aluna tidak dapat menyangkal kalau kepopulerannya sudah menyebar hampir diseluruh jurusan.
Chaka itu baik dan tampan, jadi siapa yang tidak mengenalnya.
-•-
Jam mata kuliah terakhir, entah keberuntungan atau apa para pengawal Gabriel tidak ada yang datang. Tidak seorang pun yang datang.
Atau mungkin karena Gabriel mengatakan ia akan menjemputnya?
"Aluna!" gadis itu menoleh, menatap Chaka yang berdiri didekat pintu. Apa pria itu menunggunya?
"Ada yang ingin aku katakan."
Chaka menarik gadis itu mengikutinya, membawa gadis itu setengah lapangan basket.
"Chaka apa yang ingin kau katakan?" Aluna menatap sekeliling dengan tidak nyaman. Menyadari banyak orang yang mulai memperhatikannya.
Aluna memutar matanya memperhatikan ada banyak orang yang menatap penasaran kearahnya.
Tubuh Aluna mendadak kaku menyadari seseorang yang menatapnya dengan seringai. Matanya memicing menyorot Aluna dengan tajam.
"Aluna, aku sudah lama ingin mengatakan ini," ujar Chaka dengan senyum manis, menyadari Aluna kebingungan akan tingkahnya.
"Aluna aku menyukaimu, aku mencintaimu, dan aku ingin kau menjadi milikku," ujar Chaka lantang, membiarkan seluruh mahasiswa dan mahasiswi disekitar area itu memusatkan perhatian pada dua orang makhluk ditengah lapangan.
Yang Chaka pikirkan, Aluna takkan berani menolaknya. Dia adalah pria populer dengan banyak penggemar. Lagi pula didepan orang seramai ini apa Aluna berani menolaknya?
Aluna itu gadis baik-baik, dia lembut dan santun. Dia takan berani mempermalukan Chaka.
"Chaka jangan seperti ini," ujar Aluna dengan tidak nyaman. Terlebih lagi menyadari sebuah tatapan tajam menghujam tubuhnya.
"Aku-aku tidak ~." Aluna kehabisan kata-katanya. Bibirnya kaku.
Dia tidak ingin menolak, hal itu akan mempermalukan Chaka. Namun jika Aluna tidak menolak maka dia akan habis ditangan Gabriel.
Menyadari Aluna akan menolaknya, Chaka bergerak maju, tangannya bergerak merangkul pinggang gadis yang hampir memekik keras itu.
Wajah mereka hampir benar-benar tanpa jarak hingga sebuah hantaman keras mengenai wajah Chaka. Membuat pria itu tersungkur jatuh dengan bibir sobek.
"She is mine." bisikan itu seperti terbawa angin terdengar begitu pelan namun tajam penuh ketegasan.
"And i will kill you, if you touch my girl, again."
Sedetik kemudian Aluna merasaka pijakannya menghilang. Tubuhnya dibopong ke atas bahu Gabriel.
Gabriel dengan kasar menendang tubuh Chaka yang belum bangun sepenuhnya. "Mine and only mine!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
🍇Annoranaura🍇
thankyou... i love u
2022-06-27
0
Purwasinunung
keren banget
2021-06-19
1
Dennyanto Suryadi Siregar
bebar benar ya gabrielnya
2021-02-21
1