Gabriels Mine
Ibu! Ibu!
Pria itu datang lagi, ibu menyuruhku bersembunyi. Mendorongku menjauh. Dengan tergesa-gesa aku masuk kedalam lemari kayu penuh pakaian. Mengintip dari cela-cela lemari.
"******! ****** sialan!"
Jeritan ibu membuatku takut. Suara benda-benda yang berjatuhan membuat tubuhku bergetar.
Kututup telingaku rapat-rapat. Semakin merapatkan diri keujung lemari. Nafasku sesak. Apa aku akan dipukul lagi? Apa aku akan disiksa lagi. Mainan robot merah yang dibeli ibu kemarin kugenggam erat-erat. Bayangan pria dengan celana kain hitam dan licin terlihat berdiri didepan lemari. Kubekap era-erat mulutku.berusaha tak mengekuarkan sura. Dia disana, dengan sepatu mengkilap yang terus berbunyi ketika ia berjalan.
Kapan dia pergi? Kenapa suara ibu tidak terdengar?
Dimana ibu?
Pria itu memaki pelan, ribuan kali aku bertemu dengannya, ribuan kali aku dipukul dan disiksa olehnya. Tapi tidak sedetikpun aku pernah melihat wajahnya.
Pria itu memaki pelan, menginjak benda berbau mengyengat dengan ujung terbakar dilantai. Melengos pergi begitu ia tidak menemukan apa yang ia cari.
Suara pintu tertutup disusul deru mobil mmbuat tubuhku berhenti bergetar, ku buka pintu lemari, merangkak keluar. Berjalan tertatih mencari keberadaan ibu.
Ibu disana, kepalanya tertempel diujung meja kayu ruang tamu.
Ibu tidur ....
Ibu bangun, tidurlah dikamar. Tidak seincipun ibu bergerak. Ibu lelah, kuarik selimut pamjang yang biasanya kupakai, menyelimuti ibu. Duduk disampingnya, menunggu ibu bangun.
Tapi hingga aku terbangun karena tertidur, ibu masih terlelap. Aku ingin minum, teko air terlalu tinggi untuk ku gapai.
Mengguncang tubuh ibu lagi, ia masih terlelap. Tubunya dingin, ibu sakit.
Dan ibu tidak mau bangun lagi ...
\*\*\*\*\*\*
Oh, sungguh? Apa ini yang dimaksud dengan hari sial?
Di ujung jalan, seorang gadis dengan pakaian berantakan berjalan dengan wajah jengkelnya. Beberapa helai daun kering menyangkut dirambutnya. Sepatu putihnya kotor akibat debu-debu yang menempel. Langkah kakinya tampak seperti orang pincang, terseok-seok. Yah, karena itulah ia bisa mengutuk hari ini.
Ia baru saja pulang dari tempat kerjanya, kemudian tanpa sengaja berpapasan dengan tukang palak yang berusaha merebut tasnya. Tentu saja gadis itu menolak memberikan tasnya kepada pria-pria itu. Demi Tuhan gajinya baru saja ia dapatkan hari ini! Uang ini tentu saja sangat penting mengingat uang tabungannya terus saja terpakai untuk kebutuhannya setaip hari.
Berutung tanpa segaja ia menemukan kontrakan sederhana dengan harga murah dan medapatkan beasiswa untuk kuliahnya sebagai seorang perancang busana. Semuanya memang seperti telah direncanakan oleh seseorang. Pekerjaanya sebagai penjaga dan pelayan sebuah toko bungapun medapat gaji yang lumayan.
Dan hari ini adalah satu kesialan kecil dibandingkan nikmat yang gadis itu dapatkan setiap harinya. Ya, satu kesialan kecil, pulang kerja terlambat, melewati gang yang luar biasa sempit kemudian dikejar oleh beberapa pemalak hingga ke daerah taman kota yang sedang dibersikan dari daun-daun yang berguguran.
Jatuh terjembab diantara tumpukan daun itu adalah sebuah berkah, berkat postur tubuhnya yang mungil dengan mudah tubuhnya tersembunyi diantara helai-helai daun. Dan orang-orang itu akhirnya berhenti mengejanya. Sayangnya kebebasan dari orang-orang itu harus ia bayar dengan robeknya celana kusam yang ia pakai, lengkap dengan tergoresnya lututnya hingga sedikit mengeluarkan darah.
Bibirnya terlipat merasakan getaran dari dalam perutnya, dia lapar.
Perlahan ia menghirup udara kemudian menghembuskannya berat. Andai saja ia memiliki kendaran, meski hanya sepeda ia pasti akan sangat bersukur. Setidaknya sepeda akan sedikit mempersingkat waktunya diperjalanan.
Tubuhnya merinding merasakan seseorang menatap punggunya, dengan perlahan ia menolehkan kepalanya kebelakang. Ada cukup ramai orang disekitarnya, kemungkinan besar itu hanya perasaannya saja. Atau memang banyak yang memerhatikannya karena penampilannya yang berantakan. Mungkin mereka akan berpikir bahwa gadis itu adalah orang gila.
Aluna Devintia, gadis yang sejak kecil adalah seorang yatim piatu. Tinggal dipanti asuhan sejak ia bayi hingga duduk dibangku SMA, ketika memasuki perguruan tinggi gadis bertubuh mungil itu memilih untuk mengontrak sebuah rumah murah yang tidak sengaja ia termukan. Mungkin pemilik rumah itu sudah cukup frustasi dengan rumahnya yang tidak memiliki peminat sehingga mengontrakkan rumah itu dengan sangat murah. Aluna hanya mencoba berpikir positif.
Mungkin saja ....
Aluna masuk kedalam sebuah mini market membeli beberapa bungkus pasta, roti tawar, selai juga telur. Persediaan makan untuk seminggu dia rasa cukup. Meski terlihat santai Aluna tidak bisa tenang, rasanya ada seseorang yang tengah memerhatikannya lekat-lekat. Terlalu lekat hingga rasanya tatapan itu menghujam punggunya.
Ketika menoleh matanya menatap sekumpulan orang yang menatapnya aneh, tapi bukan tatapan itu yang ia rasakan. Tatapan lain, lebih dalam dan tajam. Tapi siapa?
Ada banyak yang memperhatikannya didalam mini market itu, mungkin suatu fakta yang baru mereka ketahui bahwa gadis mungil berpenampilan orang gila itu sebenarnya adalah orang waras yang mungkin mendapatkan nasib sial atau malah memang memiliki gaya fashion layaknya orang gila.
Dengan sedikit tergesa ia melangkah menuju kasir, kasir dengan penjaga seorang wanita dengan pipi bulat yang berwarna merah muda karena make up yang iya pakai. Menatap Aluna seolah ia adalah orang udik dari kapung yang datang dengan uang koin memenuhi sakunya.
Yah, itu tidak benar, tentu saja. Dia bukan gadis kampung. Dan tidak juga membawa uang koin didalam kantung atau tasnya. Jikalaupun iya, apa salahnya. Uang tetap saja uang bukan. Benda kecil yang tidak dapat membeli segalanya namun segalanya membutuhnyannya.
Setelah semuanya selesai, dengan tergesa kaki mungilnya melangkah keluar, mengabaikan semua orang yang semakin memandangnya dengan aneh. Beberapa lama melangkah, Aluna terpaku menatap kedepan.
Preman-preman itu berdiri didepannya, menatap gadis berbadan kecil itu dengan senyum keji dan bringas.
"Ketemu juga gadis kecil." Aluna memutar tubuhnya.
Sial!
Dengan cepat ia menggerakan kakinya berputar kemudian berlari, melepar tas belanjaannya dengan sembarangan. Peduli setan dengan jatah makannya minggu ini, nyawanya lebih penting. Dan hasilnya percuma, dia takkan selamat. Kakinya yang terluka dan tenaganya yang sejak tadi sudah terkuras habis tidak memungkinkannya untuk lebih cepat dari langkah lebar preman-preman itu.
Aluna menoleh syok, salah satu preman itu menagkap tangannya. "Kau membuat ini semakin sulit saja."
Aluna tidak tahu apa yang terjadi setelahnya, tangan preman itu yang bebas mendadak sudah membekap hidung dan mulutnya. Semuanya gelap dan Aluna tidak dapat merasakan apapun lagi.
Sebuah mobil mewah berwarna hitam pekat berhenti disebelah para preman itu, kaca hitam mobil itu turun menapakan sorang pria dengan stelan jas mahal didalam sana.
Senyum puas pria itu tercetak jelas,tampak licik dan penuh rencana, "kami sudah mendapatkan gadis ini, dengan sedikit lecet dikakinya." Preman yang menggendong Aluna bergedik acuh. Toh, kesepakatan awal dari penculikan gadis ini tidak melarang mereka untuk tidak melukainya. Yang penting tidak sampai mati saja.
Pria itu membuka pintu meleparkan amplop tebal ke arah salah satu preman lain, kemudian dengan santai mengambil alih tubuh Aluna yang sudah tidak berdaya. Menggendonya masuk kedalam mobil kemudian ikut masuk kedalam. Kaca mobil itu kembali dinaikan, menghalau preman-preman itu melihat apa yang terjadi didalam sana.
Mereka juga tidak peduli uang 50 juta yang diberikan pria tadi sudah membuat mereka puas, hanya untuk menculik satu ekor kelinci mereka diberikan bayaran yang sangat banyak.
Berbeda dengan keadaan didalam mobil, pria dengan pakaian mahal itu menatap Aluna dengan nafas terengah pelan, menatap dengan mata berkilat kearah luka goresan dengan sedikit darah dilutut Aluna.
Mengangkat gadis itu kepangkuannnya, membiarkan tubuh Aluna melekat erat dengan tubuhnya. "Ini baru dimulai, Baby. Cepatlah bangun ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Himmi Nadhifatin
salah satu cerita yang sudah aku baca 3 kali tapi gak pernah bosen,,
2023-04-11
0
🍇Annoranaura🍇
bismillah
2022-06-27
0
Amel Lia
I like thiss💙 semangatt kakkkk
2021-11-21
0