Aluna duduk degan gemetar diatas pangkuan Gabriel, nafas Gabriel yang tidak beraturan karena emosi, tubuhnya yang sepenuhnya menengang mencengkram kemudi dengan keras, membuat Aluna takut.
Aluna bahkan tidak bergerak seincipun ketika Gabriel mengubah posisinya dari atas bahu Gabriel mejadi diatas pangkuan pria itu. Aluna bahkan tidak berani menjauhkan kepalanya dari dada Gabriel.
"Kau benar-benar membuatku marah Aluna."
Aluna ingin menangis mendengar desisan Gabriel ditelinganya. Wajahnya pias dengan keringat dingin. Kalau bersentuhan dengan pria lain saja Gabriel tega menggores lengannya. Bagaimana jika seseorang menyatakan perasaannya kepada gadis itu, bagaimana jika seorang pria meminta Aluna menjadi miliknya, bagaimana jika seorang pria menyentuh pinggang Aluna didepan Gabriel.
Mungkin Aluna akan mati. Mungkin saja.
Mobil Gabriel masuk kedalam area rumah mewah miliknya, pagar telah dibuka dengan terburu-buru oleh para penjaga. Berhenti tepat didepan pintu. Gabriel bahkan tidak mau repot-repot mencabut kunci mobilnya.
Membawa gadis itu, kambali berada didalam posisi dipikul diatas bahunya. Membuat Aluna memekik sakit merasakan bantingan Gabriel menohok perutnya. Aluna mencoba mancari pegangan untuk mengangkat perutnya. Mencengkram bahu Gabriel agar kepalanya tidak tergantung terbalik.
Rumah Gabriel begitu besar dan luas hampir sebesar Mansion. Namun Aluna tahu ini bukan Mansionnya. Mansion Gabriel terletak dipinggir kota didalam sebuah kawasan elit dengan tanah luas dan bangunan mewah. Berbanding terbalik dengan rumahnya yang ini, yang lebih bergaya minimalist gelap. Dengan warna abu-abu putih mendominasi. Meskipun rumah ini tidak perlu diragukan besarnya.
Gabriel membawa Aluna kelantai dua, membuka pintu dengan kasar. Melempar Aluna kelantai dengan tidak berperasaan. Aluna mengaduh merasakan sakit pada telapak tangannya yang lebih dahulu menghantam lantai.
Aluna bangkit dengan terburu-buru bercampur panik. Menjauhi Gabriel yang menatapnya dengan mata nyalang.
Aluna berlari menjauh begitu Gabriel melangkah sekali. Berusaha keras agar pria itu berada diposisi yang jauh darinya. Berlari melewati tempat tidur ketika tangan Gabriel hampir menggapai tubuhnya.
"Gabriel, Gabriel kumohon." air mata Aluna tumpah memohon dengan ketakutan yang terlihat jelas. Gabriel melangkah, berhenti tempat diseberang tempat tidur. Berdiri berhadapan dengan Aluna yang hanya dibatasi oleh tempat tidur luas itu.
Aluna melirik pintu keluar yang lupa Gabriel kunci dengan hati-hati. Begitu tubuh Gabriel bergerak melewati tempat tidur, Aluna bergerak cepat menuju pintu keluar.
Ukuran tempat tidur yang luas menghambat Gabriel untuk bergerak. Aluna menoleh dengan panik, matanya membola menatap Gabriel yang berada dibelakangnya. Menyusuri ruangan lantai dua dengan dengan sembarang arah.
Nafas Aluna tertahan menatap satu-satunya pintu diujung lorong. Matanya beralih menatap Gabriel dibelakang yang sudah dekat. Dengan nekat Aluna menerobos pintu itu, bersukur pintu tak terkunci.
Menutup pintu dengan cepat kemudian menahan ganggang pintu dengan sekuat tenaganya. Aluna mengatur nafasnya yang berseru hebat. Menyadari tempatnya begitu redup dengan cahaya tamaram yang menghiasinya.
Aluna menoleh dengan perlahan, tubuhnya menengang menatap tempatnya berada.
Ruangan dengan dominasi warna merah dan hitam, dengan berbagai benda menepati berbagai sisi ruangan.
Dengan satu tempat tidur dengan warna putih bersih ditengah ruangan.
Aluna terlalu kaget hingga tanpa sadar tangannya bergerak membekap mulutnya. Pintu terbuka dengan mudah, memunculkan sosok Gabriel dari balik pintu dengan seringai tercetak mengerikan diwajahnya.
"Salah tempat, Princess?" bisikkan Gabriel di telinganya hampir membuat Aluna menjerit takut. Tubuhnya berbalik dengan panik. Mundur selangkah demi-selangkah menjauhi Gabriel. Menatap tempat dimana ia berada dengan begitu panik dan takut.
Gabriel mengunci pintu dengan santai, mengantungi kunci tersebut disakunya. Melangkah mendekati sebuah meja kecil dimana beberapa pisau dengan ukiran-ukiran unik dipajang disana.
Aluna salah tempat, ini-ini ruang koleksi Gabriel. Tubuh Gadis itu gemetaran hebat menatap berbagai jenis senjata ada ditempat ini. Mulai dari pisau, pistol, cambuk, belatih hingga pedang.
Nafas gadis itu berderu namun pelan, menatap sekeliling dengan ketakutan yang terlihat begitu jelas.
Gabriel menyandar dipintu dengan santai, menatap wajah Aluna yang tampak begitu syok. Menikmati ekspresi Aluna yang tampak begitu tersiksa dengan ketakutannya.
Gabriel melangkah, begitu tenang dan hati-hati mendekati Aluna seperti serigala. Tanpa suara, begitu pelan hingga Aluna tak menyadari langkah kakinya.
Tubuh Aluna tersentak, berteriak kecil begitu lengan Gabriel merengut perutnya, mengangkat gadis itu kemudian melemparnya ke tempat tidur putih, hingga seprai putih polos itu berantakan.
Gabriel melangkah, naik dengan santai hingga tubuhnya dan Aluna yang ketakutan berhadapan. Pisau perak yang ia ambil tadi masih berada ditangannya.
Gabriel bergerak melepaskan dasinya, manarik kemudian mencengkeram pergelangan tangan Aluna. Menyatukannya dalam simpul dasi milik Gabriel. Manalikan dasi itu pada pinggiran tempat tidur.
"Mari kita lihat, bagian mana yang disentuh tadi." Aluna bergetar begitu tangan Gabriel bergerak menggoreskan pisau pada dress yang Aluna pakai. Merobek dress itu hingga bagian perutnya terbuka.
"Apa disini?" tangan Gabriel bergerak mengelus pelan, membuat jantung Aluna berdetak menggila. Kepalanya menggeleng takut, ketika Gabriel mengangkat pisau perak ditangannya.
"HAHHMMPPPHH!" jeritan Aluna tertahan tangan kiri Gabriel begitu pisau perak itu menggores perut gadis itu. Goresan tipis yang tidak dalan namun mengeluarkan darah dari beberapa titik bekas goresan.
Gabriel mendongakkan wajah gadis itu kasar, menatap dalam-dalam wajah gadis dengan air mata meleleh di pipinya.
"Aluna aku menyukaimu, aku mencintaimu, dan aku ingin kau menjadi milikku." Gabriel mengulangi ucapan Chaka dengan nada lembut. Kemudian meledekan tawanya dengan gila.
"Aluna aku ingin kau menjadi milikku." Gabriel berbisik. Menggores perut Aluna lagi, lagi, dan lagi. Namun jeritan Aluna selalu berhasil ditahan oleh tangan pria itu dengan kejam.
Memukul perut gadis itu dengan telapak tangannya kemudian mengelusnya, membuat darah menyebar kemana-mana.
Darah terus keluar meski dalam jumlah yang tidak banyak. Gabriel melempar pisaunya, membuat pisau itu mengeluarkan suara dentingan begitu menghantam lantai.
Gabriel tidak memaksa gadis itu untuk menjawab apa yang dia katakan. Karena dengan atau tanpa jawaban dari gadis itu. Gadis itu akan tetap menjadi miliknya. Selamanya dan selalu.
Gabriel merebahkan kepalanya ditempat tidur, mendapatkan tubuhnya dengan Aluna, mendengarkan detak jantung Aluna yang berdetak gila. Jari-jari panjang dan kurusnya bergerak mengikuti garis-demi garis sisa goresan yang ia buat. Mendengarkan sesekali Aluna meringis perih.
Detak jantung Aluna ia dengarkan dengan begitu serius. Menikmati ketika detakan-demi detakan terdengar. Menenangkannya.
"Mom, aku mendengar suara jantungmu."
"Benarkah? Bagaimana suaranya?"
"Begitu indah, aku menyukainya!"
Sejenak Gabriel terlempar jauh kedalam dasar pikirannya sebelum kembali tersadar. Mendapati suara nafas halus dan detakan jantung yang normal terdengar dari gadis disampingnya.
Dia tidur? Kelelahan kah?
Mata Gabriel meredup, gadis itu harusnya mendapatkan hal yang lebih kejam. Namun entah mengapa Gabriel tidak mau melakukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Meybriela Tjandra
bukan cinta yg Gabriel rasakan,tapi obsesi.
karna cinta tidak akan menyakiti 🤭🤭
2021-07-07
2
mentari pagi
mbaca sambil ikutan senam jantung....engap...nyesek...
2021-05-24
1
𝙠𝙞𝙢 𝙗𝙖𝙚 𝙖𝙧𝙚𝙪𝙢ᵃʳᵃ
kenapa aku yg ketakutan 😭💔
2021-05-04
1