Aluna bergerak mengetukkan pengsil diatas meja, mendengarkan suara dosen didepan dengan setengah peduli. Dia bosan ...
Melirik kekiri dan kekanan. Menemukan banyak sekali mahasiswa yang sama sepertinya. Aluna melirik jam di dinding dengan cemas. Menghitung setiap gerakan jarum detik yang terasa begitu cepat.
Ya, cepat. Karena Aluna tidak berharap jarum itu bergerak. Ia ingin waktu membeku saja. Tidak sama sekali ia ingin menghadiri acara apapun itu. Oh, apa lagi ini? Gabriel ingin mengenalkannya kepada mitra bisnisnya?
Sejauh apa lagi pria itu akan mengikatnya? Sejauh apa lagi Gabriel tidak ingin melepaskannya? Aluna hanya ingin bebas.
Jam mata kuliah terakhir berakhir, Aluna bergerak memasukan beberapa buku kedalam tas kecilnya. Melirik kedepan pintu menyadari ia tidak bisa kemana-mana. Dengan tidak tahu malu beberapa pengawal Gabriel menunggunya sejak 15 menit yang lalu didepan pintu kelas.
"Siapa mereka Aluna?" Anggita bertanya bingung, menyadari bahwa orang-orang bertampang seram itu menunggu sang sahabat. Setahunya Aluna tidak memiliki masalah dengan orang-orang kaum atas. Oh, ayolah hanya dengan melihat pakaian dan pengawal didepan pintu Anggita langsung tahu Aluna sedang memiliki urusan dengan orang-orang kaya itu. .
Apa jangan-jangan seperti dinovel-novel yang ia baca? Aluna menemukan orang tuanya yang ternyata orang kaya, yang kemudian tidak mau membiarkan Aluna sendirian lagi karena tidak ingin Aluna hilang?
"Aku tidak bisa cerita sekarang Anggita," ujar Aluna menarik Anggita dari lamunan singkatnya. Senyum menenangkan Aluna membuat senyum Anggita ikut terbit.
"Baiklah, aku akan menunggu cerita darimu," balas Anggita menepuk bahu sahabatnya lembut. "Kau tahu aku ada."
Aluna mengangguk sebelum melangkah keluar. Melangkah dengan kaki berat yang ia paksa melangkah. Menatap salah satu orang berjas hitam itu dengan pandangan hampa.
"Kami datang menjemput Anda, Nona."
Aku tahu! Rasanya Aluna ingin berteriak kencang dimuka Pria itu. Siapa yang tidak tahu jika kehadiran mereka begitu mencolok? Aluna kesal, tentu saja. Dia bukan tipe gadis yang ingin mendadak disorot karena ke datang pria-pria itu.
Tiga orang pria berjas itu mengaturnya, menjaganya bagai tahanan pembunuh yang akan langsung kabur bila tidak dijaga. Sebuah mobil dengan warna putih susu menungunya.
Aluna dibawa kesebuah salon. Aluna melirik bingung kearah seorang pengawal yang bahkan tidak balas menoleh, "kenapa aku dibawa kesini?"
"Kami hanya menjalankan perintah," jawab pria itu tanpa menoleh. Rasanya Aluna ingin meninju wajahnya. Kalau saja dia tidak ingat kalau besar jari tangan pria itu dua kali besar jari-jarinya.
Aluna dibawa masuk, dan langsung disapa oleh seorang wanita berambut coklat yang dipanggul tinggi. Sepatu haknya. Berwarna merah yang berbunyi setiap kali menyentuh lantai.
"Nona Aluna Deviantia?" suaranya terdengar formal dengan senyum sopan. Bibirnya dipoles lipstick merah darah sewarna dengan bajunya. Mungkin kalau warna rambutnya pirang akan lebih cocok dengan penampilannya.
"Hmm, iya," jawabku sedikit tersentak. Dia tersenyum dengan binar aneh. Menilai penampilanku dari atas kebawah.
"Ayo ikuti saya."
-}{-
Aluna hanya dapat diam memandang kosong cermin didepannya. Dia bingung harus berbuat apa, sejak lima belas menit yang lalu wanita berambut coklat itu mendandaninya.
Dandanan yang mewah, ya bagi Aluna sangat mewah. Untung saja usianya cukup bagus untuk dandanannya saat ini. Aluna berusia 21 tahun, meski tinggi badannya tidak mendukung usia tersebut.
Aluna memerhatikan tangan wanita itu ketika mengatur rambutnya yang dibiarkan tergerai memasang ating-antingan panjang pada telinganya.
"Kau benar-benar cantik. Bahkan meski tubuhmu mungil wajahmu sudah menunjukan gurat dewasa." wanita itu memuji menatap hasil karyanya dengan bangga. Gadis manis seperti Aluna berhasil disulapnya menjadi sosok gadis dewasa yang cantik dan menawan.
"Ngomong-ngomong namaku Devalisa." wanita yang mengaku namanya sebagai Devalisa itu tersenyum menatap mata Aluna lewat cermin didepan mereka. Tangannya dengan terampil merapikan sisa-sisa rambut Aluna. Setelah itu beralih pada sebuah paper bag diatas meja.
"Nah pakai ini." Devalisa mengeluarkan sebuah gaun berwarna coklat kayu dengan bahan kain licin yang berkilau tertimpa cahaya. Gaun tanpa lengan dengan panjang rok dua cm diatas lutut dan bagian belakang sedikit lebih panjang dan mengembang.
Devalisa memberikan high heels berwarna hitam dengan tali-tali. Benar-benar serasi, Aluna benar-benar di sulap menjadi orang yang berbeda.
Aluna melangkah keluar dari salon, matanya membulat menatap seorang pria yang berdiri dengan santai menyandar pada mobil berwarna hitam yang sering sekali ia pakai akhir-akhir ini. Memainkan ponselnya dengan santai.
Wajah Gabriel mendongak menyadari seseorang tengah menatapnya. Senyum puas tercipta dibibirnya menatap gadisnya yang didandani dengan begitu cantik. Tidak sia-sia Gabriel membayar mahal perias terbaik disalon ini.
Gabriel bergerak membuka pintu mobil untuk Aluna, mempersilahkan gadis itu masuk bagai seorang putri. Gabriel dengan setelan hitam putih dan dasi panjang berwarna abu-abu berjalan memutari mobil kemudia duduk nyaman dikursi pengemudi.
Mobil itu bergerak dengan santai diatas jalan raya. Berbelok menuju sebuah restoran mewah dimana mitra bisnisnya tengah menunggu.
Begitu keluar dari mobil, Gabriel menarik pinggang Aluna, membawa gadis itu masuk dengan possessive. Restoran mewah itu sepi, tentu saja Gabriel sengaja memboking restoran itu untuk kenyamanan bisnisnya.
Seorang pria dengan tubuh gempal dan perut buncit berdiri begitu melihat Gabriel datang. Pria itu duduk bersama seorang wanita cantik dengan dandanan super mewah dan pakaian seksi.
Pria gempal itu bersalaman dengan Gabriel sebentar kemudian matanya tertuju pada gadis disebelah Gabriel. Matanya berbinar nakal menatap wajah Aluna yang tampak tidak nyaman berada disana.
Tiga puluh menit berlalu, Aluna benar-benar tidak nyaman. Pria gempal itu menatapnya dengan wajah mesumnya. Aluna jengah, dia tidak tahan berada disana. Makan malam datang saat Gabriel tengah sibuk membicarakan kerja sama apalah itu yang sama sekali tidak dapat Aluna mengerti.
Begitu mereka tengah sibuk menyatap makan malam suara deringan telepon Gabriel menganggu. "Akan ku angkat sebentar." ujar Gabriel dengan muka datar.
"Silahkan Tuan Gabriel, saya akan menunggu," balas pria itu dengan senyuman. Tinggal mereka bertiga dimeja itu.
Wanita berpakaian sexy itu pamit ke toilet sebentar, dan kini Aluna benar-benar tidak nyaman.
Pria itu tersenyum mesum menatap Aluna dengan berbinar. "Apa kau suka makanannya?"
Aluna mengangkat kepalanya gugup, mengangguk dengan senyum sopan kearah pria itu.
"Ah, aku Fenrick Alboinian. Kau tahu bukan Alboinian pendiri beberapa restourant ternama dibeberapa negara." pria itu berujar bangga. Melap bibinya yang perlahan.
"Dan kau Nona?"
"Aluna," ujar Aluna pelan, rasa tidak nyaman membuatnya memperbaiki posisi duduknya.
"Aluna saja? Ah, biar kutebak. Kau pasti dari keluarga miskin." pria itu tertawa, menatap Aluna dengan penuh minat. Menyusuri penampilan gadis itu dengan tidak tahu malu.
"Berapa Gabriel memberimu uang?" Aluna ingin menangis, pria itu bangkit dari kursinya. Berjalan pelan mendekati Aluna dengan tangan yang menyusuri ujung meja dengan jari-jari gemuknya.
Tangannya pria itu bergerak menyentuh ujung helai rambut Aluna, beberapa senti lagi sebelum menyentuh pipinya. Aluna dengan tangan bergetar menahan jari pria itu.
"Oh ayolah gadis manis, akan ku bayar kau melebihi Gabriel." tangan sebelah lagi bergerak mengelus pipi Aluna turun hingga leher kemudian dengan gerakan tiba-tiba Aluna mencakar wajah pria itu dengan ganas, membuat Fenrick berteriak mundur beberapa langkah. Aluna berlari meninggalkan pria itu dengan panik.
Tubuhnya terjengkang kebelakang sebelum kembali tertarik kedalam pelukan seseorang. Aluna mengadah dengan panik.
"Gabriel! Gabriel!" Aluna berujar panik dengan air mata.
"Sss, sss. Ada apa?"
"Fenrick, Fenrick dia ingin menyentuhku!"
"Akan kubunuh dia!"
Dan ucapkan selamat tinggal pada Fenrick Alboinian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
YaNaa Putra Umagap
Selamat tinggal Fendrick....👋😏
2021-05-07
1
Nelly Mulyanti
dag dig dug bacanya thor..dari awal sudah di ajak sport jantung .hehehe..tapi sukaaaa😙😙😙
2020-10-20
6
Tita Hayanii
ah suka bgt alurnya kak, semangat yah kak
2020-10-12
1