Zahra sampai jam 1 malam, dia memarkirkan motornya di dalam ruko dan menutup kembali pintu ruko.
Dia berjalan menaiki tangga dengan memegang tangan nya yang terasa sangat sakit, dia berjalan mengandap-ngendap agar tak membangun kan Marsya.
Namun dia salah Marsya sedang duduk menunggu nya di atas sofa sambil melihat televisi.
"Dari mana kamu?" tanya Marsya.
Deg.
Zahra pun sudah tak bisa mengelak lagi sungguh dia sangat takut dengan kakak sepupu nya itu.
"Maaf kak," cuma itu yang keluar dari mulut nya sambil meringis.
Mendengar Zahra yang nampak meringis Marsya pun menghampirinya terlihat Zahra nampak pucat memegangi tangan nya yang berdarah.
"Astaga tangan kamu kenapa?" tanya Marsya panik dan membantu Zahra mendudukan nya di sofa.
Marsya melihat darah masih mengalir dari tangan Zahra, hanya terbalut sebuah sapu tangan saja.
Marsya pun berlari mengambil alat medis nya, dia memang seorang calon dokter jadi mengerti apa yang harus di lakukan nya.
Marsya membuka saputangan itu dan melihat luka Zahra, memang tidak terlalu besar namun seperti nya agak dalam.
Dengan telaten Marsya membersihkan luka itu dan memberi obat penahan sakit lalu menjaitnya, sedangkan Zahra nampak meringis menahan sakit.
Ingin menangis namun dia berusaha menahannya dia tidak mau di katai cengeng oleh kakaknya itu.
Sebenar nya Marsya ingin bertanya apa yang terjadi namun dia urungkan karna melihat keadaan Zahra yang semakin lemah.
Marsya dengan telaten membuka sepatu nya dan melempar jaket Zahra ke tempat cucian kotor, dia bisa melihat Jaket itu berlumuran darah dan sobek di bagian tangan sebelah kiri.
Marsya yakin kalo itu bekas sambetan senjata tajam, lalu kenapa Zahra bisa terluka seperti itu apa yang Zahra lakukan sampai larut malam begini pikir nya.
Ingin sekali bertanya, namun Zahra sudah terlelap, mungkin besok saja dia bertanya pikir nya.
"Kenapa sih lu tuh keras kepala sekali, lu gak pernah mau cerita sama gua," ucap nya dia mengompres kening Zahra yang tiba tiba panas.
Marsya pun mulai panik melihat keadaan Zahra, dia hanya bisa memberikan obat penurun panas.
Tubuh gadis itu mulai lemah sehingga Marsya mau tak mau meminta dokter datang kesana.
"Gimana keadaan nya dok?" tanya Marsya dia benar benar sangat cemas.
"Luka nya sudah kamu jahit dengan baik dan kalo demam nya itu hanya efek dari rasa sakit yang di rasakan adik kamu, besok juga pasti kembali baik," ucap nya memberikan resep yang harus Marsya tebus.
"Apa kita gak perlu membawa nya ke dokter?" tanya Marsya namun dokter itu menggelengkan kepalanya.
"Adik kamu sangat kuat, tubuhnya juga stabil jadi tidak perlu di bawa ke rumasakit," ucap nya membuat Marsya bernafas lega.
Marsya pun mengantar Dokter Anisa sampai ke depan pintu, ternyata suami dari dokter cantik itu sudah menunggu nya di sana.
Memang tadi Dokter Anisa datang bersama suami nya, namun suami nya pergi ke mini market terlebih dahulu sehingga tidak ikut masuk ke dalam.
"Maaf ya dok sudah merepotkan," ucapnya merasa tidak enak karna sudah mengganggu istrirahat mereka.
"Jangan sungkan Sya, sudah menjadi tugas saya sebagai dokter membantu kamu dan adik kamu," ucap nya tersenyum ramah.
"Sekali lagi terimakasih banyak ya Dok, Mas Irfan," ucap nya sopan.
"Iya sama sama, kami pamit ya kalo ada apa cepat hubungi kami," ucapnya.
Mereka pun pergi meninggalkan Marsya yang masih termenung sendiri, lalu dia pun berlari ke apotek 24 jam yang tidak jauh dari tempat tinggal nya.
Untung saja obat yang di resepkan oleh dokter Anisa ada semua setelah itu dia segera kembali ke rumah dan mengunci pintu dia segera menghampiri adiknya yang terbaring lemah.
Dokter Anisa tadi terpaksa memasang infus karna tubuh Zahra yang mulai melemah.
Marsya pun menyelimuti tubuh kecil itu, dan dia pun ikut tidur di ruang TV, dia membuka kasur lipar dan tidur tak jauh dari Zahra.
"Cepat sembuh Ra, gua gak tenang kalo liat lu kek gini," ucapnya dan ikut terlelap karna sudah mengantuk sekali
***
Keesokan hari nya Zahra sudah bangun dia merasakan keram di tangan nya namun dia pun harus bangun dan sekolah hari ini karna ada ulangan harian yang akan di berikan wali kelas nya.
Zahra melirik sudah jam 6 pagi, dia bisa melihat wajah lelah Marsya yang tidur di bawah,sedangkan dia segera mencabut selang infus nya pelan agar darah nya tidak berceceran.
"Maafin aku Kak," ucap nya sendu pasti semalam Marsya yang mengobati lukanya.
Marsya sering mengingatkan kepada nya jangan lagi ikutan balapan liar, kalo hanya untuk ngumpul-ngumpul saja Marsya tidak masalah asal kan itu hal positif.
Zahra pun sudah mandi dan siap untuk berangkat sekolah, dia berusaha menahan sakit nya agar bisa cepat sampai ke sekolah, lupa dia mengambil dua lembar roti diatas meja dia harus sarapan sebelum minum obat itu.
Zahra memang melihat obat di atas meja, itu pasti adalah obat untuknya, sehingga setelah mengetahui dosis nya dia pun segera meminum nya untuk meredakan nyeri di tangan nya.
Lima belas menit berlalu akhirnya dia sampai di sekolah, hari ini dia naik kendaraan umum karna motor nya masih di sekolah.
Setelah sampai di langsung berlari dia sengaja menghindari Sky karna dia lupa dengan janji nya yang akan mengganti ponsel Sky yang rusak karna nya.
Karna terburu buru gadis itu melupakan uang nya, dia lupa tidak membawanya sehingga mau tak mau dia harus mencari alasan.
"Sial kenapa sampe lupa padahal duit nya udah pas kemarin," ujar nya dia lupa membawa sebagian uang yang semalam di dapat kan nya.
Dia pun merapihkan rambut nya yang panjang tergerai, namun dia lupa tak membawa jaket untuk menutupi luka nya.
Pasti Mika akan bertanya kenapa dia bisa terluka, saat sedang melamun tiba-tiba ada orang yang memanggilnya.
"Hey berhenti loe," ujar nya berlari mengejar Zahra.
Zahra pun menoleh dan menghela nafas kasar, ternyata yang di hindari nya malah sudah menunggu nya.
"Hay...," ucap Zahra tersenyum canggung.
"Mana janji loe dari semalam gue hubungi loe malah gak di angkat, loe sengaja gak mau tanggung jawab," ujar nya.
"Sorry kak tapi gue beneran lupa gue semalem ketiduran," alasan nya.
Sky pun melihat tangan Zahra terbalut perban, ingin rasanya dia bertanya namun urung karna mendengar bel sudah berbunyi.
"Gue masuk dulu ya ada ulangan, nanti istirahat gue janji nemuin loe chat aja," ujar nya berlalu begitu saja.
Belum sempat Sky menjawab Zahra sudah berlari menuju kelas nya, Sky pun hanya memperhatikan Zahra yang sudah menghilang.
"Tangan nya kenapa kok sampai di perban gitu," batinnya.
"Woyy lagi liatin apa loe," ucap Arya menepuk pundak nya mengagetkan nya.
"Iss sial loe ngapain ngagetin gue segala bege?" ujar nya menoyor kepala Arya.
Sedangkan Elang dan Bima nampak terkekeh melihat mereka berdua.
"Udah ayo masuk kelas, sebelum pak Kiler datang," ujar Elang berjalan mendahului mereka.
Mereka pun berjalan menaiki tangga menuju kelas nya yang ada di lantai dua, memang mereka juga udah mulai sibuk dengan tugas yang guru berikan.
Sebelum tri out di mulai mereka memang sudah menerima pelajaran tambahan dari guru masing masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments