Bab 8. Perasaan Terpendam

Kinara dan Ken sampai di Gedung Apartemen. Mereka berdua sedang memakan es krim bersama dan masuk kedalam lift yang membawa mereka berdua ke lantai 8.

"Ken, kamu udah gak sabar ya pengen cobain Kue tartnya?" ucap Kinara yang melihat Ken dari tadi hanya memandang kotak yang berisi Kue Tart.

Ken mengangguk.

"Makasih ya Ken udah bantuin aku di depan temen-teman SMA ku tadi. Tadi akting kamu keren banget loh. Kamu kalo casting jadi artis pasti laku, orang kamu ganteng." puji Kinara.

"Ken ikut seneng, kalau Nara seneng."

"Aku tau, kamu tadi nahan pengen banget makan semua makan di meja kan? Oke, besok aku masakin makanan yang enak buat kamu."

"Makasih Nara."

Pintu lift terbuka. Sebelum Ken keluar, Kinara mengintip keadaan luar dulu takut ada Dokter Dika. Bisa gawat kalau ia ketahuan membawa lelaki ke apartemennya.

Eh, ternyata benar saja. Dokter Dika sudah berdiri di depan pintu. Kinara langsung menarik kembali kepalanya dan menekan tombol di lift dengan kasar.

"Ayolah! cepat, jangan sampai ketahuan Kak Dika aku kesini bawa Ken." gerutunya.

Dokter Dika yang mendengar sesuatu dari arah lift langsung curiga dan berjalan mendekati lift. Tapi sayangnya pintu Lift sudah tertutup.

Setelah sampai ke lantai dasar. Kinara langsung manarik Ken dan menyuruhnya duduk di lobi.

"Ken, kamu tunggu disini sebentar ya. Pokoknya jangan kemana-mana. Nanti kalau urusanku udah selesai aku jemput kamu kesini."

"Nara mau kemana?"

Karna terburu-buru Kinara tak sempat menjawab pertanyaan Ken dan berlari secepat kilat kearah Lift.

***

Pintu lift terbuka. Kinara terkejut melihat Dokter Dika sudah berdiri didepan lift menunggu Kinara. Inilah waktu yang tepat interogasi Dokter Dika yang sebentar lagi akan dimulai. Untungnya, ketika diperjalanan pulang Kinara sudah menyiapkan beberapa jawaban yang mungkin akan ditanyakan Dokter Dika kepada dirinya.

Dokter Dika masih belum mengatakan apapun Ia hanya membantu membawa beberapa paper bag yang di bawa Kinara dari Mall.

Kinara dan Dokter Dika masuk ke Ruang apartemen. Dokter Dika masih diam belum mengucapkan satu katapun. Hingga akhirnya Kinara memberanikan diri untuk membuka pembicaraan duluan.

"Kak Dika, mau minum apa?"

"Gak perlu. Nara, sini duduk." jawab Dika dengan wajah datar.

Kinara kemudian duduk disofa. Ia sudah siap di boom dengan pertanyaan mungkin sebentar lagi akan meledak di depannya.

"Sejak kapan kamu punya pacar dan kamu kenal dia dari mana?"

Oke tenang Kinara, jawab saja dengan santai.

Kinara mencoba mensugesti dirinya sendiri agar jangan panik.

"Sebenernya belakang ini aku kenal Ken di aplikasi biro jodoh. Terus, aku diajak reunian sama temen SMA ku. Karna, mereka semua bawa pasangan. Aku akhirnya bawa Ken ke acara itu. Sebelumnya juga aku pernah ketemuan sama Ken. Dia kayaknya cowok yang baik."

Yess Kinara kamu pasti sukses jadi pengarang. Karanganmu luar biasa sekali.

Dokter Dika memejamkan matanya sesaat kemudian mulai membuka matanya. Ia menatap Kinara dengan intens.

"Nara, apa kamu kesepian sampai install aplikasi kayak gitu? kamu gak tahu betapa bahayanya ketemuan sama cowok yang baru kamu kenal di media sosial sendirian? gimana kalau ternyata dia cowok brengsek." celetuk Dokter Dika panjang lebar meluapkan kekhawatirannya.

"Tapi, Ken bukan cowok brengsek." sanggah Kinara.

Dokter Dika menghela napas. "Seharusnya kamu bilang dulu ke kak Dika sebelum ketemuan sama cowok. Kamu tahu nggak kakak bener-bener khawatir kalau sampai terjadi apa-apa sama kamu, Gimana kak Dika bisa ngejelasin situasi ini ke Kiano."

"Aku bukan anak kecil lagi kak. Lagian kenapa juga aku harus selalu ngadu semuanya ke Kakak. Aku gak mau jadi beban terus buat kakak. Kak Dika itu Dokter pasti punya beban pekerjaan...."

"Cukup Nara, cukup! berhenti bicara tentang itu. Selama ini aku gak pernah sekalipun menganggapmu sebagai beban."

"Bisa nggak kak Dika berhenti peduliin aku. Jujur perlakuan kakak selama ini itu bikin aku jadi salah paham."

"Salah paham gimana maksud kamu?"

Aku pikir kak Dika selama ini menyukaiku. Makanya perhatian sama aku.

Ingin sekali rasanya mengutarakan kalimat itu. Tapi apalah daya, mulut Kinara terasa berat untuk berbicara walau hanya sebuah kalimat pendek yang sudah tersimpan lama selama ini di dalam hatinya.

"Maksudku. Kalau misalnya nanti kak Dika punya pacar. Aku gak mau... "

"Jadi, itu masalahnya. Mira bukan pacarku." tegas Dokter Dika sebelum Kinara melanjutkan ucapannya. Seolah Dokter Dika langsung paham dengan arah pembicaraan Kinara.

"Lalu apa kak Dika menyukaiku?"

Ya ampun apa yang kukatakan barusan. Kenapa kalimat itu keluar begitu saja dari mulutku tanpa ijin. Bisakah aku kabur dari situasi ini melalui pintu Doraemon?

Dokter Dika terdiam. Ia hanya menunduk dan situasinya sekejap menjadi canggung. Pipi dan telinga Kinara sudah memerah. Rasanya tubuhnya ingin meledak tak sanggup menunggu respon dari lelaki dihadapanya.

Suasana menjadi hening selama beberapa saat. Kinara ataupun Dokter Dika masih dalam perdebatan dalam hatinya masing-masing. Entah apa yang mereka berdua pikirkan sekarang. Mereka berdua saling memalingkan pandangan.

"Nara." Dokter Dika tiba-tiba memberi sebuah respon.

Kinara serentak berdiri. Ia tak sanggup lagi berada disitu. Jantungnya sudah berdetak kencang tak karuan, tangannya sudah banjir berkeringat dan perasaannya kini bercampur aduk.

"Apa selama ini kamu menyimpan perasaan kepadaku?" sambung Dokter Dika.

Kinara tak berani menatap wajah Dokter Dika. "Maaf kak, mungkin karna aku terlalu lelah dan banyak pikiran ucapanku jadi ngelantur. Maaf, aku mau tidur duluan." Kinara langsung kabur dan berlari ke kamarnya.

Dokter Dika menghela napas. Ia menundukkan kapalanya beberapa saat sebelum akhirnya berdiri dan berjalan keluar dari ruangan Apartemen Kinara.

***

Di dalam kamar Kinara.

Kamu gila Kinara!

Apa yang kamu katakan tadi di depan Kak Dika.

Aku gak bisa lagi menghadapinya besok. Gimana kalau hubungan kita jadi canggung karna ini?

Kinara menghentak-hentakan dahinya di dinding. Ingin sekali rasanya memutar waktu dan mengunci mulutnya sebelum mengatakan perasaannya yang sebenarnya di hadapan Dokter Dika.

Tunggu!

Astaga Ken, Aku lupa meninggalkannya di lobi.

Kinara dengan cepat berlari keluar kamarnya.

***

Kinara sampai di Lobi, Ia langsung berlari ke kursi panjang dan tak menemukan keberadaan Ken disana. Kinara langsung berlarian ke segala arah untuk mencari ken. Tapi, ia tak menemukan Ken dimanapun.

Kinara jadi panik sekaligus khawatir. Ia akhirnya berlari keluar dari gedung Apartemen. Ia mencari Ken disekeliling gedung. Tapi, ia tetap saja tak menemukan Ken dimanapun.

Kemana Ken pergi?

Apa ken sudah kembali ke dunianya?

Tapi aku bahkan belum menggambar chapter terbaru ceritaku.

Maafkan aku Ken, Aku telah meninggalkanmu disana sendirian.

Ku mohon kembalilah padaku.

Terpopuler

Comments

Fahna Nana

Fahna Nana

Kinara juga naksir dokter dika ya, hehe..maaf nebak terus thor🤗

2020-07-23

1

Lenna Cristy

Lenna Cristy

lanjut lagi Kakak 😊

2020-06-27

2

ᴿᶠ°Zeta

ᴿᶠ°Zeta

hadir lagi aku kak..maaf ya kak baru bisa mampir..semangat terus kak..

kalau ada waktu mampir lagi ya kak di cerita"never imagined"

2020-06-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!