Wina masih berdiri didepan kamar Amina. Ia menatap Alka menunggu jawaban dari Alka karena Alka hanya diam saja saat Ia bertanya.
"Apa yang kamu lakukan disini Alka?" tanya Wina sekali lagi.
"Tadi Alka mau ke dapur ambil minum trus lihat kamar ini kebuka jadi Alka masuk. Alka kira si pussy masuk kesini." bohong Alka tak ingin Wina tahu apa yang Ia lakukan dikamar Amina.
"Ck, nggak mungkin si pussy masuk, dia nggak bisa buka pintu." balas Wina.
Pussy yang dimaksud Alka adalah kucing persia milik Wina.
"Ya kali aja Ma si pussy bisa masuk." celetuk Alka cengegesan.
Wina menggelengkan kepalanya, "Kamu ini ada ada aja, udah sana tidur katanya capek."
"Iya Ma, mau ambil minum dulu." balas Alka lalu berjalan melewati Wina.
Alka kini sudah berada didapur, Ia bernafas lega karena Wina tak tahu apa yang Ia lakukan dikamar Amina.
Beruntung Alka langsung mengantongi foto yang Ia bawa saat melihat Wina didepan kamar jadi Wina tak melihat jika Ia mengambil foto Amina yang tertinggal.
Alka kembali ke kamar dan langsung memotret foto itu menggunakan ponselnya lalu Ia kirimkan pada salah satu anak buahnya.
Alka meletakan ponselnya, Ia merasa lega karena sudah berhasil mendapatkan foto Amina dan sebentar lagi Ia akan tahu dimana gadis itu tinggal.
Alka kembali berbaring diranjang dan kali ini Ia segera terlelap tidur.
Paginya, Alka melakukan aktifitas seperti biasa. Setelah sarapan Ia segera berangkat ke kantor dimana Juan sudah lebih dulu berada dikantor.
"Tuan terlihat bahagia." cibir Juan melihat Alka sangat ramah hari ini tidak seperti biasanya.
"Ck, kenapa kau suka sekali mengomentari hidupku!"
Juan tertawa, "Saya tidak mengomentari hanya merasa heran saja."
Alka berdecak, Ia kembali fokus menatap layar laptopnya dari pada harus mendengarkan ocehan Juan.
Ponsel Alka berbunyi, Ia pikir pesan dari anak buahnya yang Ia tugaskan semalam untuk mencari Amina namun ternyata pesan dari anak buahnya yang lain.
Alka tersenyum lebar kala mendapatkan video bagus yang dikirimkan anak buahnya.
"Apa pesan dari kekasihmu Tuan?" tanya Juan yang masih berada disana, melihat ekspresi Alka begitu senang.
"Ck, kau ini benar benar merusak kesenanganku saja." kesal Alka menatap sebal ke arah Juan.
Alka mengambil dompetnya lalu mengeluarkan 3lembar uang ratusan dan diberikan oleh Juan.
"Belilah makanan yang kau suka, jangan menganggu ku lagi!" kata Alka yang langsung membuat senyum Juan mengembang.
"Terimakasih banyak Tuan, jika seperti ini saya akan sering menganggu Tuan." ucap Juan lalu segera pergi sebelum Alka kembali mengomel.
"Dia benar benar menyebalkan, tapi aku sangat membutuhkannya." omel Alka pada Juan yang sudah tidak ada diruangannya.
Alka kembali melihat ponselnya, meskipun baru semalam Ia menugaskan anak buahnya namun entah mengapa rasanya sudah tak sabar ingin menghubungi anak buahnya itu.
"Bagaimana?" tanya Alka saat Ia menelepon Anak buahnya.
"Saya masih berusaha mencarinya Tuan." jawab anak buahnya dari dalam telepon.
"Jangan lama lama!" pinta Alka.
"Baik Tuan."
Alka segera mengakhiri panggilan, Ia meletakan ponselnya dimeja lalu kembali fokus pada layar laptopnya.
Siang harinya, seseorang yang ditunggu oleh Alka akhirnya datang juga, Rania.
Wajah Rania terlihat sumringah saat memasuki ruangan Alka karena hari ini Rania ingin meminta hadiah seperti yang Alka katakan kemarin padanya.
"Aku ingin menagih janji mas."
Alka mengerutkan keningnya, "Memang aku berjanji apa?"
"Mas bilang ingin memberiku hadiah." balas Rania penuh percaya diri.
Alka tersenyum, "Apa yang kau inginkan?"
"Iphone yang sama dengan punya mas Alka."
Alka kembali tersenyum, "Bukankah kau sudah memilikinya?" tanya Alka yang membuat Rania terkejut hingga akhirnya gugup.
"Tidak, aku belum memilikinya!" balas Rania.
"Aku melihat Amina datang padamu dan memberikan barang itu padamu, apa aku salah?" tanya Alka berbohong padahal Ia tidak mengetahui kapan Amina memberikan ponsel itu.
Rania tertawa hambar, "Tidak mas, Amina itu anak pembantu tidak mungkin memiliki banyak uang untuk membelikanku ponsel seperti itu!"
Alka mengepalkan tangannya, mendengar Rania menghina Amina anak pembantu, meskipun benar namun entah mengapa Alka tak suka.
"Jangan bohong, kemarin bahkan aku mendengar kamu mengatakan pada teman temanmu kalau Amina mengganti ponselmu."
Rania menghela nafas panjang, "Ya ya ku akui, memang aku meminta ganti ponsel pada Amina karena dia menjatuhkan ponselku!" kata Rania akhirnya.
"Tapi bukankah ponselmu sebelumnya tidak sama seperti milik ku? Bagaimana bisa kau meminta Amina membelikan ponsel mahal seperti ini? Apa kau tak kasihan?" geram Alka.
Rania malah tertawa, "Kenapa aku harus kasihan padanya? Lagipula dia sudah berhasil mendapatkan ponsel yang ku inginkan. Sudahlah Mas jangan bahas itu lagi, sebaiknya sekarang belikan aku ponsel yang sama seperti milikmu!" pinta Rania.
Alka benar benar geram pada Rania yang terlalu meremehkan Amina, "Aku tidak akan membelikanmu!"
"Mas... Bukankah kau sudah berjanji kemarin!" protes Rania terlihat marah.
"Aku tidak akan membelikan barang mahal pada orang jahat sepertimu, sekarang lebih baik kau kembalikan ponsel yang Amina berikan, padaku!"
Rania menatap Alka tak percaya, bisa bisanya Alka lebih membela pembantu dari pada membelanya.
"Tidak, aku tidak akan memberikan ponsel itu meskipun kau mengadukanku pada Mama ku, aku tidak takut!" kata Rania.
Alka tersenyum, "Benarkah? Lalu bagaimana jika Tante Asih tahu ini."
Alka memperlihatkan ponselnya pada Rania yang langsung membuat mata Rania membulat tak percaya.
"Ba bagaimana bisa, itu pasti editan bukan aku!" sangkal Rania.
"Tidak ada editan dengan gambar sebagus ini, lagipula bukankah ini baju yang kau pakai sekarang?" tanya Alka yang membuat Rania tidak bisa mengelak lagi.
"Aku sangat penasaran bagaimana jika tante Asih tahu jika putri kesayangannya masuk ke hotel bersama kekasihnya." gumam Alka.
"Apa yang sebenarnya mas Alka inginkan?" tanya Rania dengan wajah kesal bercampur malu.
"Mudah saja, cukup berikan ponselnya dan aku tidak akan mengirimkan ini pada Tante Asih." ucap Alka santai.
"Tidak Mas, aku tidak akan memberikan ponselku!"
"Ya sudah, aku akan mengirimkan ini pada tante Asih." balas Alka santai.
"Kenapa mas begitu jahat padaku!"
Alka tersenyum, "Aku tidak jahat, aku hanya mengajarimu menjadi orang baik."
Rania menatap Alka dengan tatapan marah, Ia berbalik ingin keluar dari ruangan Alka,
"Jangan lupa bawa ponsel itu nanti sore atau aku akan mengirimkan ini pada Tante Asih nanti malam." ancam Alka.
Rania mendengar ucapan Alka namun tidak menjawab, Ia memilih keluar dari ruangan Alka.
Alka tersenyum puas melihat wajah kesal Rania. Setelah pulang dari rumah Rania kemarin, Ia menghubungi anak buahnya untuk mencari kelemahan Rania dan Ia tak menyangka jika anak buahnya bisa secepat itu mendapatkan video Rania memasuki hotel bersama seorang pria.
Benar benar hari keberuntungan Alka.
Bersambung...
Jangan lupa like vote dan komennn
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussehay
2024-04-02
0
💅UŁΛЛ GΞUŁłS💅
Rania yg kepergok toh ku kira alka nyelidiki Maria 😂😂
2023-01-06
0
cinay14
lagi tggu notif..😍😍
2022-12-25
0