Amina membuka matanya, tubuhnya terasa remuk saat ini. Ia ingin bangun namun tak bisa karena ada tangan yang memeluk tubuhnya.
Amina menghela nafas panjang, tahu jika yang memeluknya itu Alka.
Hembusan nafas juga dengkuran halus terdengar jelas ditelinga Amina.
Amina melihat ke arah jam dinding sudah pukul 4 sore. Biasanya Amina pulang tapi mungkin kali ini Amina akan berbohong pada Ibunya.
Amina menunggu hingga 15 menit, tidak ada pergerakan dari Alka, Amina memberanikan diri melepaskan pelukan Alka dan segera bangun.
"Mau kemana?" suara serak Alka terdengar.
"Mandi."
Amina berjalan pincang menuju kamar mandi.
Alka memandangi punggung mulus Amina lalu Ia tersenyum mengingat permainan panas mereka hingga beberapa ronde. Amina masih perawan, ya itulah yang dirasakan oleh Alka. Gadis itu tidak membohonginya, gadis itu belum pernah melakukan dengan siapapun, dialah yang pertama menjamah tubuh gadis itu.
Rasa legit Amina membuat Alka tidak peduli dengan jeritan dan tangisan Amina, rasanya Ia ingin lagi lagi dan lagi.
Didalam kamar mandi, Amina melihat ke arah cermin. Tubuhnya dipenuhi bercak merah karena ulah Alka.
"Ck, apa ini bisa hilang?" gumam Amina lalu keluar dari kamar mandi.
Amina melihat Alka baru saja masuk, membawa sesuatu.
"Ini ponsel yang kau inginkan, aku sudah meminta Juan untuk membelikan untukmu." kata Alka mengulurkan paper bag pada Amina.
Amina membuka paper bag itu, melihat isinya dan memang itu ponsel yang di inginkan oleh Rania.
Amina meletakan paper bag dimeja, Ia segera mengambil baju bajunya yang berserakan dilantai lalu kembali ke kamar mandi untuk mengganti pakaian.
Amina keluar dan kini Ia sudah rapi mengenakan pakaian yang Ia kenakan pagi tadi. Ia sudah siap untuk pulang. Amina sempat melirik ke arah Alka yang sedang duduk di sofa sambil merokok, mata Alka memandang ke arahnya membuat Amina segera memutuskan pandangan.
"Kau yakin ingin pulang sekarang?" tanya Alka.
Amina mengangguk, Ia mengambil paper bag berisi ponsel lalu berjalan keluar tanpa mengatakan apapun lagi.
Alka tersenyum, lagi lagi Ia mengingat percintaan mereka. Rasanya Alka ingin lagi namun Ia tidak akan meminta pada Amina. Alka menunggu Amina meminta padanya lagi.
Alka sangat yakin, gadis seperti Amina pasti akan datang lagi padanya jika menginginkan sesuatu.
Alka mengerus rokoknya lalu bangkit dari duduknya. Alka berjalan ke kamar mandi Ia juga ingin pulang karena Ia merasa kelelahan dengan permainannya hari ini.
...****************...
Sebelum pulang, Amina menyempatkan mampir kerumah Rania untuk mengantar ponselnya. Rumah Rania hanya berjarak tiga rumah dari rumah Alka karena memang mereka satu komplek.
"Dari mana kau mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya Rania saat menerima paper bag berisi ponsel yang Ia inginkan.
"Tidak perlu tahu, yang penting aku sudah mengganti ponselmu." balas Amina lalu pergi dari rumah Rania.
"Apa dia menjual warisan ayahnya untuk membeli ponsel ini? Ah sudahlah terserah saja yang penting aku sudah mendapatkan ponsel ku kembali." ucap Rania lalu memasuki rumah.
Sementara Amina berjalan menuju rumah Alka, Ia sudah merasa lega karena bisa mengganti ponsel Rania meskipun Ia juga merasa kecewa dengan dirinya sendiri karena harus menukar dengan sesuatu yang sangat berharga yang Ia miliki.
"Tidak apa apa Amina, semua akan baik baik saja. kamu hanya harus tetap melanjutkan hidup." gumam Amina menenangkan dirinya sendiri.
Sampai dirumah, Amina sudah disambut oleh ibunya dengan raut wajah cemas.
"Kamu nggak apa apa nduk? Kenapa baru pulang?" tanya Surti mengingat biasanya Amina pulang pukul 2 siang dan sekarang sudah hampir magrib Amina baru pulang.
Amina memaksakan senyum meskipun Ia menahan tangis karena harus membohongi ibunya, "Tadi ada les tambahan Bu, kan sebentar lagi Amina ujian jadi bakal banyak les tambahan." jelas Amina berbohong.
Surti akhirnya ikut tersenyum, raut wajah cemas yang tadinya terlihat kini sudah hilang, ,"Syukurlah Nduk, ibu pikir kamu ada apa apa dijalan."
"Bu, Amina lelah sekali. Hari ini Amina nggak bantuin masak Ibu nggak apa apa kan?" tanya Amina.
Sejujurnya Amina merasa tak tega jika harus membiarkan Ibunya bekerja sendiri namun mau bagaimana lagi, Ia sangat lelah hari ini dan ingin segera istirahat.
"Nggak apa apa Nduk, Ibu paling juga nggak masak soalnya Nyonya sama Tuan mau makan malam diluar."
Amina mengangguk, merasa lega karena Ibunya tidak harus memasak hari ini, "Ya sudah Amina mau ke kamar dulu."
Amina berjalan menuju kamarnya, Ia pergi mandi lagi meskipun tadi Ia sudah mandi dihotel. Amina ingin mandi berkali kali agar bisa menghilangkan sentuhan Alka yang menempel di tubuhnya.
Amina berbaring, bersiap untuk tidur namun mendadak dirinya teringat pagi tadi saat Alka melepaskan tali lingerie yang Ia pakai lalu membawanya ke ranjang. Alka memperlakukan dirinya dengan lembut diawal namun saat Alka mulai memasuki dirinya, disitulah rasa sakit Amina dimulai.
Amina menjerit kesakitan, memohon Alka menghentikan permainan mereka namun Alka seolah tak peduli tetap memasuki Amina hingga Amina hanya bisa pasrah, merasakan rasa sakit itu berulang ulang.
"Rasanya sangat menyakitkan, aku tidak mau melakukan lagi." gumam Amina dengan air mata menetes, mencoba memejamkan mata agar Ia bisa segera tidur dan melupakan apa yang terjadi hari ini.
Sementara itu Alka baru sampai dirumah, melihat rumah begitu sepi. Bahkan yang membuka pintu saja Bik Surti padahal biasanya Amina yang membuka pintu untuknya.
"Pada kemana Bik?" tanya Alka.
"Tuan dan Nyonya makan malam diluar Den."
"Ohh, lalu kemana A-" Alka langsung menghentikan ucapannya kala Ia ingin menanyakan Amina, sadar jika Ia tidak boleh melakukan itu.
"Aden mau makan malam?"
Alka mengangguk karena Ia memang belum makan malam.
Tadinya Ia ingin mengajak Amina makan malam direstoran hotel namun melihat Amina buru buru pulang, Alka pun mengurungkan niatnya itu.
Setelah mengganti pakaiannya dengan piyama, Alka turun ke bawah, Ia pikir Amina yang menyiapkan makan malam untuknya namun ternyata Bik Surti.
Alka duduk dan bersiap untuk makan, Ia sempat melirik ke kamar Amina yang tertutup.
Selesai maka, lagi lagi Bik Surti yang membereskan meja makan.
"Kemana putrimu? Biasanya dia membantumu" tanya Alka akhirnya tidak tahan untuk tidak bertanya pada Bik Surti.
"Sedang istirahat Tuan, kelelahan karena pulang sore. Sebentar lagi ujian kelulusan jadi mungkin banyak les disekolahan." jelas Surti.
Alka menahan tawanya mendengar ucapan asisten rumah tangganya itu.
Alka tidak mengatakan apapun lagi, Ia segera pergi meninggalkan Bik Surti.
"Dasar gadis nakal, dia tidak hanya menjual diri namun juga sudah membohongi ibunya."
Bersambung...
Jangan lupa like vote dan komen yaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
2024-04-02
0
Chandra Dollores
kasihannnn
2023-04-25
0
💅UŁΛЛ GΞUŁłS💅
hmm Alka kalau kau tau alasan anima pasti kamu bersimpati kepadamya 😌
2023-01-05
0