Semalaman Alka tidak bisa tidur, bukan lagi galau karena memikirkan Sarah melainkan Amina, Ya entah mengapa tiba tiba gadis itu memenuhi pikiran Alka saat ini.
Alka keluar apartemen pukul 5 pagi, Ia berniat pulang kerumah untuk berganti pakaian sekalian sarapan dirumah.
Sampai dirumah, pintu depan tidak dikunci dan suasana rumah masih sangat sepi.
"Apa mereka masih tidur? Biasanya mereka sudah mulai memasak." gumam Alka menatap ke arah dapur dan tidak ada aktifitas disana.
Alka akhirnya memilih naik ke atas kamarnya, Ia mandi dan memakai baju kantor karena Ia akan bekerja hari ini.
Alka kembali turun ke bawah dan malah melihat Mamanya menyiapkan sarapan untuk Papanya.
"Kamu sudah pulang? Mau sarapan?" tanya Wina.
"Mama yang nyiapin? Bik Surti mana?" tanya Alka pura pura menanyakan Bik Surti padahal Ia penasaran ingin menanyakan Amina.
Wina menghela nafas panjang, "Sudah tidak bekerja disini lagi. Mau nyari asisten susah banget sekarang."
"Nggak kerja lagi gimana maksud Mama?" tanya Alka terkejut.
"Si Amina kan udah lulus sekolah dan sudah dapat pekerjaan jadi mereka berhenti kerja disini."
Alka benar benar terkejut, "Dapat kerja dimana? sekarang mereka kemana?"
Wina mengerutkan keningnya heran, "Ya mana Mama tahu mereka dimana, lagian kenapa sih kamu nanya gitu banget."
"Eh enggak gitu Ma, nanti kalau Alka mau minum susu pas malem siapa yang bikinin kalau nggak ada mereka." balas Alka mencari alasan agar tidak ketahuan Mamanya jika sebenarnya Ia mencari Amina.
"Ya kamu bikin sendiri, harus mandiri mulai sekarang." kata Wina.
Alka berdecak, "Mama sih ngomel terus, jadi pergi kan."
"Ck, emang udah waktunya Bik Surti pensiun, jangan nyalahin Mama!" kata Wina tak terima.
Alka diam, memilih menikmati roti bakar buatan Mamanya, pikirannya melayang memikirkan keberadaan Amina.
"Dimana gadis itu sekarang? Sial dia juga tidak mengatakan apapun padaku sebelumnya!" batin Alka yang tiba tiba kesal.
"Kamu ke paris dapat apa? Udah mau di nikahin si Sarah? Apa malah ditolak lagi?" tanya Wina.
"Alka udah putus."
Senyum Wina langsung saja mengembang, "Serius kamu?"
Alka mengangguk,
"Bagus, nanti Mama kenalin sama anaknya temen Mama biar kamu bisa cepet nikah."
"Maa, please... Alka bisa cari sendiri."
"Nggak, kali ini Mama yang akan cariin buat kamu."
"Serah Mama, tapi kalau Alka nggak suka, Mama nggak boleh maksa!" kata Alka lalu pergi meninggalkan meja makan.
Alka keluar dari rumah, didepan Ia bertemu dengan Pak Soleh sopir pribadi keluarga Karsa.
"Mau berangkat Den?" tanya Karsa ramah.
Alka hanya mengangguk melewati Pak Soleh begitu saja. Baru ingin masuk ke mobil, Alka menghentikan langkahnya.
"Pak Soleh tahu Bik Surti udah nggak kerja disini?" entah ada angin dari mana tiba tiba Alka ingin menanyakan itu pada Sopirnya.
"Tahu lah Den, orang kemarin saya yang antar mereka ke terminal."
Alka tersenyum mengembang, "Tujuan mereka kemana?"
"Wah kalau itu saya nggak tahu Den soalnya saya cuma ngantar saja, nggak tanya apapun." balas Pak Soleh yang langsung memudarkan senyum Alka.
Alka hanya mengangguk lalu Ia memasuki mobilnya.
"Sial, untuk apa juga aku harus peduli. Biarkan saja mereka pergi." omel Alka.
Alka melajukan mobilnya, sesampainya dikantor Ia sudah disambut senyuman hangat dari Juan.
"Kau terlihat sangat bahagia." cibir Alka.
"Tentu saja Tuan, menyambut Tuan yang baru saja pulang dari paris bertemu dengan kekasihnya." sindir Juan.
"Aku sudah putus!"
Juan terkejut namun seketika senyumnya ikut mengembang, "Benarkah Tuan? Apa Tuan yakin?"
Alka mengangguk,
"Bagaimana putus Tuan? Dia menolak lamaran Tuan saja Tuan masih bertahan." cibir Juan seolah tak percaya.
"Apa kau sedang menghinaku?"
"Tidak Tuan, saya hanya bertanya." balas Juan sambil tersenyum memperlihatkan gigi rapinya.
"Aku merasa dia selingkuh jadi aku memutuskan hubungan dengannya, sudah jangan bahas dia lagi. Sekarang ada yang lebih penting dari itu." kata Alka.
"Aku ingin kau membantuku mencari..." Alka menghentikan ucapannya.
"Mencari siapa Tuan?" tanya Juan sudah penasaran.
"Tidak ada, sudah kembalilah bekerja sana!" perintah Alka.
"Tuan tadi mengatakan jika Tuan ingin saya mencari siapa?" Juan masih penasaran.
"Ku bilang tidak ada, kembalilah bekerja atau kau ku pecat!" ancam Alka yang langsung membuat Juan berdecak.
Juan segera pergi dari ruangan Alka.
"Ck, jika aku meminta tolong padanya bisa bisa dia mengejek ku, tidak ... Lebih baik aku meminta tolong pada orang lain saja." gumam Alka lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.
"Aku ada pekerjaan untukmu." kata Alka saat orang yang Ia hubungi sudah menerima panggilannya.
"Aku kehilangan jejak seorang gadis, aku mau kau mencarikan untukku." pinta Alka.
"Foto? Aku tidak memiliki fotonya." kata Alka lagi.
"Baiklah." ucap Alka lalu mengakhiri panggilan.
Alka meletakan ponselnya lalu menjambak rambutnya sendiri.
"Sial, aku tidak memiliki fotonya sama sekali, bagaimana bisa orangku mencarinya!"
Alka terdiam, memikirkan bagaimana Ia bisa mendapatkan foto Amina hingga Ia ingat akan sesuatu.
"Rania... Ya Rania pasti punya, bukankah dia teman sekolah Rania? Baiklah aku akan kesana sekarang."
Alka bersiap untuk pergi namun Juan lebih dulu masuk ke ruangannya,
"Tuan mau kemana?"
"Bukan urusanmu, minggir!"
"Ck, tidak bisa Tuan, anda tidak bisa pergi sekarang karena sebentar lagi ada meeting dengan Leon group, penyerahan perusahaan Leon group," kata Juan.
"Sial, apa tidak bisa nanti siang atau besok?" Alka terlihat kesal.
"Tidak bisa Tuan, harus sekarang."
Alka akhirnya kembali ke tempat duduknya,
"Jika memang membutuhkan sesuatu, katakan saja pada saya Tuan, seperti biasa. Apa Tuan mencari gadis lagi?" tanya Juan.
Alka hanya diam, lebih memilih membuka berkas yang baru saja Juan bawa dari pada mendengar ocehan Juan.
"Tapi gadis yang kemarin mengadu jika Tuan tidak menginginkannya, apa ini karena Gadis cantik yang dulu itu, apa Tuan menginginkan nya lagi?"
Brakkk... Alka mengebrak meja, menatap ke arah Juan dengan tatapan tajam.
"Baiklah saya akan keluar, jangan lupa Tuan 15 menit lagi Tuan harus meeting." kata Juan sambil cengegesan lalu keluar dari ruangan Alka.
Setelah 10 jam berada dikantor akhirnya waktu yang ditunggu Alka tiba. Waktunya Alka pulang.
Alka segera melajukan mobilnya menuju rumah Rania yang tak jauh dari rumahnya.
Rania putri Asih, adiknya Wina.
"Loh kok tumben kamu kesini?"
"Rania ada nggak? Mau cari Rania."
"Tuh anaknya lagi dikamar atas sama temen temennya, samperin aja." kata Asih yang langsung diangguki Alka.
Alka segera menaiki tangga menuju kamar Rania.
Sampai didepan kamar, Alka sudah mendengar Rania dan teman temannya cekikikan didalam.
"Lagian Lo tega banget sih sama anak pembantu itu." suara salah satu teman Rania terdengar membuat Alka menghentikan langkahnya.
"Biarin aja yang penting gue dapet Iphone." balas Rania.
"Tapi penasaran sih darimana si Amina dapat uang sebanyak itu buat beliin Lo Iphone." kata teman Rania yang langsung membuat jantung Alka berdetak sangat kencang.
"Ya mana gue tahu, dia mau jual warisan atau mau jual diri gue nggak peduli yang penting gue dapet Iphone."
Suara tawa kembali terdengar sementara Alka masih mematung berdiri didepan kamar Rania.
"Jadi..."
Bersambung ....
Jangan lupa like vote dan komen...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
2024-04-02
0
Yuli Astuti
kan jadi tau tanpa diduga
2023-06-07
0
💅UŁΛЛ GΞUŁłS💅
nah loh kan lo salah sangka alka 🙄😌
2023-01-06
1