03

Alka menutup pintu kamarnya kasar hingga menimbulkan suara. Sejak kepulangannya, moodnya sudah buruk setelah penolakan dari Sarah dan sampai dirumah, kedua orangtuanya bahkan tidak mau mengerti posisinya membuat Moodnya semakin buruk.

"Benar benar menjengkelkan!" Umpat Alka menjambak rambutnya sendiri.

Alka mendengar pintu kamarnya diketuk namun Ia hanya diam saja, Ia tahu pasti itu Mamanya.

"Pintunya bahkan tidak terkunci kenapa Mama masih saja mengetuk pintu, biasanya juga langsung masuk." Heran Alka akhirnya membuka pintu dan yang Ia lihat putri Bik Surti.

"Ada apa?" Tanya Alka galak.

"Nggak anaknya, nggak orangtuanya galak semua, jadi gini yang dirasain ibu selama bekerja disini." Batin Amina.

"Heh mau ngapain?" Tanya Alka sekali lagi karena gadis sekolah didepan nya itu tak kunjung menjawab.

Amina terkejut, segera sadar dari lamunannya, "Nyonya minta saya untuk menayakan apa yang ingin Tuan makan?"

Alka berdecak, "Aku sedang tidak selera makan jadi pergilah!" Usir Alka.

"Jadi sebenarnya Tuan tidak selera makan? Bukan karena masakan saya tidak enak?" Protes Amina masih tak terima karena Alka mengatakan sayur asemnya tidak enak.

"Apa kau berani protes padaku?"

"Kerena Tuan muda, Nyonya marah pada saya, seharusnya Tuan jangan berbohong."

"Berbohong atau tidak itu urusanku, sebaiknya kau pergi atau kupecat sekarang!"

"Tapi nyonya memintaku untuk-"

Blarrr ... suara pintu yang kembali ditutup oleh Alka.

"Dasar menyebalkan." Omel Amina terlihat kesal dan Ia segera pergi dari sana.

Setelah membereskan meja makan dan membersihkan dapur, Amina segera memasuki kamar untuk istirahat. Amina melihat wajah lelap ibunya membuatnya tersenyum setelah itu Amina berbaring disamping Ibunya.

Amina ingin segera memejamkan matanya namun Ia tidak bisa karena lagi lagi Amina teringat akan ponsel Rania yang harus Ia ganti.

"Bahkan jika harus menjual barang barang yang ku miliki saat ini saja masih tidak cukup untuk mendapatkan uang itu, jadi aku harus bagaimana?" Gumam Amina kembali meneteskan air matanya hingga Ia terlelap dengan sendirinya.

Pagi sebelum Amina berangkat ke sekolah, Amina membantu ibunya menyiapkan sarapan dimeja makan.

Alka baru saja turun, Ia melirik ke arah Amina yang mengenakan seragam sekolah.

"Apa semalam dia memberimu makan?" Tanya Wina pada putranya saat Amina sedang menuangkan susu di gelas Alka.

"Tidak."

Amina terkejut mendengar jawaban Alka hingga tak sengaja mencipratkan susu ke celana Alka, beruntung hanya sedikit dan Wina tidak mengetahuinya.

"Saya sudah menawarkan makanan pada Tuan muda tetapi Tuan muda menolaknya." Kata Amina membela diri.

"Jangan alasan kamu!" Sentak Wina.

"Sa saya tidak-"

"Dia tidak bohong Ma, aku memang sedang tidak nafsu makan semalam." Bela Alka.

"Jangan membelanya, dia dan ibunya sama saja, bekerja tidak becus."ucap Wina membuat Amina merasa sakit hati dan ingin menangis namun Ia tahan.

"Sudahlah Ma, jangan mengomel lagi membuatku tak nafsu makan saja."

Wina diam dan Amina segera pergi dari meja makan.

"Kamu kena marah lagi?" Tanya Surti saat Amina mengambil tas di kamar.

"Nggak kok Bu, udah biasa kan sama Nyonya Wina kan emang begitu."

"Ibu nggak tega lihat kamu dimarahin sama Nyonya Wina." Ungkap Surti menahan tangisnya.

"Justru Amina yang nggak tega ngeliat Ibu sakit tapi harus tetep kerja, udah lah Amina mau berangkat dulu takutnya nanti telat."

Surti mengangguk, Ia mengantar putrinya  sampai pintu keluar.

Amina berjalan menyusuri jalanan perumahan elite. Rasanya hari ini Ia ingin membolos saja, takut jika Rania menagih ponsel yang harus Ia ganti sementara Ia belum memiliki uang untuk membelikan ponsel baru milik Rania.

Amina terus berjalan hingga sebuah mobil mewah berhenti disampingnya.

Pengemudi mobil itu membuka kaca, "Mau bareng?" Tawarnya yang tak lain adalah Alka.

"Nggak usah makasih." Balas Amina kembali berjalan meninggalkan mobil Alka. Sungguh Amin masih sangat kesal dengan Alka karena pria itu membuatnya kena omelan Nyonya Wina sejak semalam.

"Yakin nggak mau bareng?" Tawar Alka lagi.

"Enggak, aku masih punya dua kaki buat jalan."

"Oh ya sudah." Balas Alka lalu melajukan mobilnya kencang.

"Dasar sombong, mentang mentang punya mobil. Emang dia pikir ini jalanan nenek moyangnya!" Kesal Amina.

Sampai disekolahan, dari pagi hingga siang Amina menghindari Rania. Bahkan saat Rania mencarinya dikelas, Amina memilih bersembunyi hingga Rania pergi dari kelasnya.

Amina bisa bernafas lega melihat Rania  tidak bisa menemukan keberadaannya.

Namun sayang, saat pulang sekolah Rania dan gengsnya sudah menunggunya didepan gerbang sekolahan.

"Lo ngehindarin Gue?"

Amina menggelengkan kepalanya, "Aku masih belum punya uang buat kembaliin ponsel kamu."

"Gue nggak peduli masalah itu, yang jelas gue mau minta ponsel itu!"

"Kasih aku waktu Ran."

"Gue kasih seminggu kalau sampai Lo nggak kembaliin ponsel gue, Lo bakal ngeliat Ibu Lo itu dipecat sama Tante gue!" Ancam Rania lalu pergi meninggalkan Amina.

"Aku harus gimana sekarang?" keluh Amina ingin menangis.

Amina berjalan pelan menyusuri jalanan hingga matanya tak sengaja melihat toko ponsel yang cukup besar.

Amina memberanikan diri memasuki toko ponsel itu.

"Mari adik ada yang bisa kami bantu." Sapa sales ponsel terdengar ramah.

"Kak apa disini ada ponsel merek ini?" Tanya Amina memperlihatkan secarik kertas pemberian Rania.

"Kalau ini sudah jelas ada, harganya 26 juta, apa Adik mau membeli?"

Amina menggeleng, "Apa bisa di cicil kak?"

"Bisa, kalau mau cicilan setiap bulan 800 ribu sampai tiga tahun."

Amina merasa tercekik mendengar cicilan ponsel yang lumayan mahal itu.

"Apa tidak bisa kurang Kak?"

Sales ponsel itu terlihat mulai kesal, "Sebenarnya kamu punya uang atau tidak?"

Amina menggelengkan kepalanya, "Kalau nggak punya uang nggak usah nanya. Dasar anak sekolah, mau bergaya kok nggak sesuai kantong." Omel sales itu.

"Maaf kak." Ucap Amina lalu berniat pergi.

"Kalau mau bergaya jual diri, jadi simpenan Om om." Celetuk sales itu lagi membuat Amina merasa sakit hati.

Sepanjang perjalanan pulang Amina kembali menangis. Setiap hari ada saja perkataan dari orang orang yang membuatnya sakit hati.

Dan malam ini setelah menyelesaikan pekerjaannya, Amina bersiap ke kamar namun Ia mendengar suara mobil dari luar menandakan jika Alka sudah pulang.

Amina membukakan pintu untuk Alka, Ia melihat wajah tak bersahabat dari Alka namun tidak berniat untuk menanyakan apapun.

"Buatkan aku susu hangat, antar ke kamar."

"Baik Tuan."

Amina membawa segelas susu hangat ke kamar Alka, sampai dikamar, Ia tidak melihat Alka disana namun mendengar suara gemericik air dari kamar mandi.

Amina meletakan segelas susu dimeja, tak sengaja Ia melihat ponsel Alka tergeletak disana.

"Ponsel ini mirip sekali dengan yang ku lihat di toko tadi, apa aku harus..."

Bersambung...

Jangan lupa like vote dan komeen

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussabar

2024-04-02

0

💅UŁΛЛ GΞUŁłS💅

💅UŁΛЛ GΞUŁłS💅

jangan mencuri Amina 🙄

2023-01-04

0

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

jnhan nambh msalah deh amina kamu kn tau rania sodara alka

2022-12-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!