02

Amina pulang dengan wajah sembab, raut wajah cemas terlihat ketara, Ia mambuka pintu berjalan pelan memasuki pintu belakang dan terkejut ternyata Ibunya sudah menunggu dibalik pintu.

"Kamu habis nangis nduk?" Tanya Surti Ibu Amina saat melihat wajah sembab Amina.

Amina terkejut, Ia sudah mencuci wajahnya sebelum sampai rumah namun nyatanya masih terlihat.

"Enggak kok Bu, tadi banyak debu dijalan trus kena mata makanya jadi merah." Kata Amina terpaksa berbohong.

"Bener gitu nduk? Kamu nggak bohong kan?"

"Enggak Bu, dosa kalau Amina berani bohong sama Ibu."

Surti tersenyum, "Ya sudah sekarang kamu ganti baju trus makan siang, udah Ibu siapin dikamar."

Amina mengangguk, Ia segera masuk ke kamar, ganti baju lanjut makan siang setelah itu Ia keluar kamar untuk mengepel lantai.

"Sudah waktunya Ibu istirahat." Kata Amina meminta sapu yang dipegang oleh Surti.

"Ibu belum terlalu capek, kamu aja yang istirahat dulu."

"Nggak, pokoknya Ibu harus istirahat biar nggak kambuh lagi asam lambungnya."

Surti tersenyum, merasa bersyukur memiliki putri yang begitu mengerti keadaannya.

"Ya sudah, Ibu mau istirahat. Maafin Ibu ya nak, Ibu memberikan kehidupan yang tak layak untukmu." Kata Surti.

Amina berdecak, "Mulai kan ngomongnya gitu, udah sana Ibu istirahat saja atau mau dianterin Amina ke kamarnya?"

Surti menggelengkan kepalanya, "Ibu bisa sendiri."

Amina tersenyum menatap punggung Ibunya namun tiba tiba Ia menghela nafas panjang mengingat ponsel Rania yang harus Ia ganti.

"Padahal setelah lulus, aku mau cari kerja biar Ibu nggak perlu kerja lagi tapi kenapa malah dapet masalah kayak gini." Keluh Amina.

"Suurrtiiiii." Suara Nyonya Wina terdengar membuat Amina segera berlari menghampiri istri dari Tuan Karsa itu.

"Saya datang Nyonya." Balas Amina saat sampai dikamar Wina.

"Mana ibu kamu?" Tanya Wina galak, Wina majikan sang Ibu memang terkenal galak dan tak memiliki belas kasihan pada siapapun, sering kali Amima melihat Ibunya dibentak bentak oleh Wina padahal kesalahannya tidak besar.

"Ibu saya sedang istirahat, biarkan saya yang menggantikan Nyonya."

Wina berdecak, "Sudah ku bilang jika tidak bisa bekerja lagi lebih baik mengundurkan diri saja, kenapa masih memaksa!" Omel Wina.

"Jangan Nyonya, jika Ibu saya dipecat saya tidak bisa bersekolah lagi, saya janji setelah lulus, saya akan membawa Ibu saya pergi dari sini." Pinta Amina sambil menelungkupkan tangannya memohon pada Wina.

Wina kembali berdecak, "Ya sudah, sekarang setrika baju ini. Ibumu tidak becus menyetrika baju masih belum rapi!" Omel Wina sambil melemparkan dress pada Amina.

"Baik Nyonya, tunggulah sebentar saya akan menyetrika baju nyonya."

Amina segera keluar dari kamar Wina, Ia memasuki ruang laundy, segera menyetrika serapi mungkin agar Wina tidak marah lagi dan mengancam akan memecat ibunya.

Amina membawa baju yang sudah Ia setrika ke kamar Wina, "Silahkan Nyonya."

Dengan wajah judes, Wina mengambil baju dari tangan Amina, Ia melihat hasil setrika Amina yang rapi membuatnya tidak lagi mengomel.

"Untuk malam ini masak lah sayur asem lengkap dengan ayam goreng dan sambal. Putraku akan pulang malam ini jadi aku ingin kau memasak makanan favoritnya."

"Baiklah Nyonya."

Amina segera keluar dari kamar Wina, Ia segera menyapu lantai juga mengepelnya, setelah selesai Amina segera memasak untuk makan malam.

Amina menghindangkan menu makan malam di meja, setelah itu Ia pergi ke kamar untuk melihat keadaan ibunya.

"Apa Ibu baik baik saja?" Tanya Amina melihat Ibunya berbaring lemas diranjang.

Surti mengangguk, "Apa nyonya mengomel lagi?"

Amina menggelengkan kepalanya, "Tidak Bu, aku melakukan tugasku dengan baik jadi Nyonya tidak mungkin marah padaku."

Surti tersenyum, "Kau pasti tertekan dan kelelahan, maafkan ibu ya karena Ibu kamu harus mengalami hal seperti ini."

Amina berdecak, "Ibu sudah mengatakan itu hampir seribu kali, aku bosan mendengarnya, katakan yang lain saja Bu." Keluh Amina.

Surti tersenyum, "Apa kau lelah nak?"

Amina menggelengkan kepalanya, "Aku sama sekali tidak lelah Bu."

"Seharusnya kau belajar, sebentar lagi ada ujian tapi kamu malah harus bekerja seperti ini." Keluh Surti lagi.

"Tidak apa apa Bu, setelah lulus aku akan mencari pekerjaan dan Ibu tidak perlu lagi bekerja." Kata Amina sambil mengenggam tangan Surti.

"Aamiiiinaaaaaa." Suara Wina terdengar membuat Amina segera beranjak dari duduknya dan keluar dari kamar.

"Iya Nyonya, saya disini." Ucap Amina berdiri disamping meja makan dimana sudah ada Tuan Karsa dan satu pria muda yang Amina tidak kenal namun Amina tahu jika itu putra dari Nyonya dan Tuan, Amina sering melihatnya di foto keluarga yang tertempel disetiap ruangan.

"Katakan padanya sendiri bagaimana rasanya." ucap Wina pada putranya.

"Rasa sayur asemnya tidak enak, aku tidak nafsu makan." Ucap pria muda itu membuat Amina ingin melayangkan protes tak terima karena Amina sudah mencicipi lebih dulu dan rasanya enak.

Pria muda itu berdiri ingin meninggalkan meja makan, "Bagaimana lamaranmu? Apa Sarah menerimanya? Kamu belum menjawab sedari tadi." Kata Tuan Karsa terdengar mengulang pertanyaan.

"Aku lelah, aku ingin istirahat."

"Alka, Papa sedang bertanya, jawab apa yang Papa tanyakan!" Tuan Karsa terlihat marah membuat Amina ketakutan dan ingin pergi dari sana namun Ia juga tak berani.

"Apa Sarah menolakmu lagi?" Tanya Wina.

Alka berdecak, "Bisakah kita bicara besok saja? Aku benar benar lelah." Kata Alka menatap kedua orangtuanya dengan tatapan malas.

"Sudah ku tebak, dia pasti menolakmu lagi. Lalu apa yang kau tunggu sekarang? Tinggalkan Sarah!"  Kata Tuan Karsa.

"Tidak Pa, aku tidak bisa meninggalkan Sarah, dia meminta waktu satu tahun lagi dan aku akan menunggunya."

"Apa yang kau harapkan dari wanita itu Alka? Mama bisa carikan yang lebih baik lagi dari Sarah." Tambah Wina seolah tak terima melihat lamaran putranya selalu ditolak oleh Sarah.

Amina benar benar ingin pergi dari sini, Ia merasa tak pantas mendengarkan keributan seperti ini.

"Aku mencintainya Ma, dan aku akan menunggunya sampai kapanpun."

"Dasar bodoh!" Ucap Tuan Karsa.

"Sebaiknya Papa dan Mama tidak perlu ikut campur, ini urusan Alka." Kata Alka lalu pergi meninggalkan meja makan.

"Apa kau lihat Pa, putra satu satunya yang kita miliki tidak menurut pada kita, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Tenang Ma, biar Papa yang urus masalah ini." Ucap Tuan Karsa yang langsung diangguki Wina.

Wina menatap ke arah Amina, "Dan kamu, bisa bisanya bikin masakan nggak enak buat anak saya!" Omel Wina.

"Maaf Nyonya, saya akan perbaiki dan tidak akan mengulangi kesalahan saya."

"Sekarang kamu susul Alka, tanyakan apa yang ingin dia makan!" Perintah Wina.

"Baik Nyonya."

Dengan perasaan kesal bercampur takut, Amina berjalan menuju kamar Alka.

BERSAMBUNG...

JANGAN LUPA LIKE VOTE DAN KOMEN.

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

yrusceria

2024-04-02

0

Rohiyah

Rohiyah

kalau orangkaya baru gitu sombong sama pembantu semaunya aja

2023-08-23

0

💅UŁΛЛ GΞUŁłS💅

💅UŁΛЛ GΞUŁłS💅

heh ini ibu alka gini amat 😌

2023-01-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!