14

Karsa yang masih berada dimeja makan terlihat diam saja sedari tadi. Hanya duduk dan menatap ke arah Wina yang saat ini sedang membersihkan meja makan.

"Papa sih nggak mau bantuin Mama." celetuk Wina menatap kesal ke arah suaminya.

"Harusnya tadi Papa bantuin Mama biar Alka mau, Alka kalau sama Papa kan nurut." kata Wina lagi.

Karsa menghela nafas panjang, "Alka sudah dewasa, biarkan saja dia mencari jodohnya sendiri."

"Kayak Sarah? Gadis miskin nggak tahu diri itu? Udah jadi model terkenal trus nolak lamaran Alka." ucap Wina ketus.

"Pasti ada alasan Ma, kenapa Sarah nolak lamaran Alka." balas Karsa.

"Alasan apa Pa? Paling disana dia selingkuh. Pokoknya Mama nggak mau Alka cari sendiri. Mama yang akan carikan buat Alka. Lagian si Maira juga baik kok anaknya, cocok banget sama Alka."

"Baik menurut Mama tapi kan enggak buat Alka Ma." kata Karsa lagi.

Wina membanting serbet yang sedang Ia pegang, kembali menatap kesal ke arah suaminya, "Dibelain terus anaknya, dimanjain terus anaknya. Pantesan sama Mama nggak nurut, Papa aja kayak gitu." ucap Wina lalu pergi meninggalkan meja makan.

Lagi lagi Karsa hanya bisa menghela nafas panjang melihat sikap Wina yang selalu seperti itu.

Sementara itu, Alka yang baru saja turun dari taksi terlihat menyunggingkan senyuman. Hanya dengan satu kalimat yang Ia ucapkan bisa membuat Maira si gadis sombong yang penuh percaya diri itu terdiam menahan malu.

Alka sudah bisa menebak, Maira bukanlah gadis baik baik, baru beberapa jam kenal saja sudah berani mengajaknya ke hotel, sudah pasti Maira sering melakukan hal seperti itu apalagi bentuk badannya juga terlihat sudah mengembang, tidak kencang seperti milik Amina.

Ah Amina, lagi lagi Alka mengingat gadis kecil yang sekarang menghilang entah kemana itu.

"Kemana aku harus mencarimu." gumam Alka menghembuskan nafas panjang dan mendadak merasa sangat sedih.

Baru masuk rumah, Alka sudah disambut wajah amarah Wina.

"Kamu apain Maira?" tanya Wina terdengar sangat galak.

"Nggak di apa apain, cuma dianter pulang. Udah." balas Alka santai.

"Tapi Mamanya bilang, Maira pulang nangis nangis ngadu katanya kamu ngomong kasar sama dia."

Alka melongo tak percaya, bisa bisanya Maira menfitnah dirinya seperti itu.

"Nggak di apa apain kok sama Alka, serius deh Ma."

"Jangan bohong kamu!"

"Astaga Mama, masa sama anak sendiri nggak percaya." Alka mulai kesal.

"Kalau nggak di apa apain nggak mungkin sampai nangis!" Wina masih tak percaya dengan Alka.

"Ck, jadi Mama mau tahu cerita yang sebenarnya kayak apa?"

"Mau membela diri huh." ucap Wina membuat Alka benar benar kesal.

"Dahlah terserah Mama aja, mau ngomong gimanapun tetep Alka yang salah." balas Alka cuek lalu berjalan meninggalkan Wina.

"ALKA! Mama belum selesai ngomong!"

Alka berbalik, kembali menatap Mamanya, "Mau ngomong apa lagi Ma?"

"Mama mau jodohin kamu sama Maira."

Alka menghela nafas panjang, "Alka nggak mau!"

"Mama nggak minta persetujuan kamu!"

"Ya sudah, Mama aja yang nikah sama Maira."

"Alka!"

"Ma please, kasih waktu Alka buat sendiri dulu. Alka capek Ma... Capek!" keluh Alka berharap Mamanya mau mengerti.

"Justru dengan kamu menikah bisa membuat hidup kamu lebih baik, lebih terarah dan juga kalau kamu pulang capek ada yang ngelayanin kamu." kata Wina.

"Tapi nggak harus sama Maira kan Ma?"

"Dia itu yang terbaik buat kamu, udah cantik, berpendidikan, pinter ma-"

"Tapi dia udah nggak virgin." potong Alka membuat Wina terkejut.

"Apa maksud kamu?" tanya Wina tak mengerti apa yang Alka katakan.

"Alasan Maira nangis mungkin karena Alka tanya masalah dia masih virgin apa nggak, lagian dia juga gitu baru kenal udah ngajakin check in hotel, kayak gitu yang Mama bilang baik?"

Wina terkejut sangat terkejut dengan apa yang Alka katakan tentang Maira.

"Mama masih nggak percaya sama Alka nggak apa apa, Mama punya banyak uang, cari tahu aja gimana kelakuan Maira biar Mama nggak mudah percaya sama orang yang baik didepan."

"Dah lah, Alka capek mau istirahat." kata Alka meninggalkan Wina yang masih termenung.

Wina berdecak kesal, jika apa yang Alka ucapakan benar itu artinya Ia sudah tertipu dengan kepolosan Maira.

"Sudah Papa bilang kan? Mama sih ngeyel terus." kata Karsa saat istrinya memasuki kamar dengan wajah lesu.

"Ck, kalau Mama lihat Maira itu baik Pa. Nggak nyangka aja." kata Wina yang kini sudah ikut berbaring disamping Karsa.

"Namanya juga mau dapet Ma, pasti bakal dibaikin."

Wima mengangguk setuju, "Tapi Mama nggak akan nyerah, kalaupun bukan Maira masih banyak anak teman Mama yang lebih baik lagi dari Maira."

Karsa menghela nafas panjang, "Tapi harus ingat juga Ma, nggak boleh maksa Alka kalau nggak mau."

Wina menatap suaminya lalu memanyunkan bibirnya, "Sekali kali bantuin Mama dong Pa biar kita cepet punya cucu." protes Wina.

Karsa tersenyum, "Iya dibantuin tapi Papa nggak mau maksa Alka."

"Ck, percuma ngomong sama Papa!" ketus Wina lalu memunggungi Karsa.

Karsa hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat istrinya selalu marah hanya karena masalah seperti ini.

Sementara dikamar lain, Alka masih belum bisa memejamkan matanya. Saat ini pikirannya dipenuhi oleh rasa ingin bertemu dengan Amina.

"Tidak mungkin jika aku jatuh cinta pada gadis itu, tidak mungkin!" gumam Alka meyakinkan dirinya sendiri.

"Tapi kenapa aku sangat kesal saat dia pergi dan tidak berpamitan padaku, benar benar menyebalkan!" umpat Alka.

Alka terdiam cukup lama, ingat jika Ia memiliki pr untuk mendapatkan foto Amina.

Ia sudah tidak mungkin meminta foto Amina pada Rania sepupunya mengingat Rania begitu jahat dengan Amina.

"Bodoh, kenapa aku baru ingat." umpat Alka segera bangkit dari ranjang lalu turun ke lantai bawah.

Alka berharap Ia bisa mendapatkan sesuatu dikamar Amina.

Alka memasuki kamar yang dulu di pakai oleh Amina dan langsung tersenyum lebar saat mendapatkan apa yang Ia cari.

Ada beberapa foto Amina yang masih menempel di dinding kamar dekat ranjang.

Alka melihat ada tiga foto dan Ia langsung mengambil semua foto Amina.

Alka melihat satu persatu foto Amina. Yang pertama Foto saat Amina kecil, yang kedua foto Amina menggunakan seragam smp dan yang terakhir foto Amina saat menggunakan seragam Sma.

Semua foto yang itu memperlihatkan kecantikan Amina.

"Dia sangat cantik dan mengemaskan." gumam Alka lalu tersenyum.

Alka membawa ketiga foto itu dan segera pergi dari kamar Amina. Namun saat akan keluar kamar, Alka dikejutkan oleh Wina yang berdiri didepan kamar Amina.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Wina merasa heran dan langsung menatap Alka dengan tatapan curiga.

Bersambung...

Jangan lupa like vote dan komenn

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussabar

2024-04-02

0

Yuli Astuti

Yuli Astuti

yaelah si emak ngapa ada di dapur 🤭

2023-06-07

0

💅UŁΛЛ GΞUŁłS💅

💅UŁΛЛ GΞUŁłS💅

nah loh kepergok 🤭🤭

2023-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!