"Dia bena-benar marah." Kenan mengambil ponselnya memesan makanan untuk di antar ke Unitnya.
Senja mulai tampak dari jendela kamar Kenan, ia sudah selesai mengenakan pakaian, Kenan memindai kacamata di tangannya ia mengenali benda itu, kacamata dengan brend ternama yang ia berikan pada Shafana sebagai ganti kacamata Shafana yang ia pecahkan tanpa sengaja, pikirannya jauh menerawang pada ke jadian beberapa tahun silam yang menjadi cikal bakal kebenciannya pada Shafana.
kaos putih polos dipadukan dengan celana jean itulah pakaian yang ia kenakan petang ini.
Ting... Ting...
Bunyi suara bel menandakan pesanan makannannya sudah sampai. Kenan bergegas membuka pintu membayar makanannya, dan menyuruh pengantar makanan itu mendorong masuk troli tempat makanan itu. Tanpa ucapan terimakasih Kenan menyuruh pengantar makanan itu untuk segera pergi. Ya begitulah sipat Kenan sangat berat saat mengatakan tiga kata dalam hidupnya tolong, maaf dan terimakasih tiga kata itu sangat ia hindari. Lagi pula pengantar makan itu lebih membutuhkan uang dari pada sebuah ucapan itu sebabnya ia memberikan tips yang banyak pada pelayan itu.
Setelah semua siap Kenan memanggil Shafana, tapi wanita itu tidak menyaut sama sekali, apa dia sudah pulang?tapi sepertinya tidak mungkin mengingat pintu apartementnya menggunakan sandi berteknologi, lalu kemana perginya anak itu. Ia masih menggenggam kacamata untuk ia berikan pada wanita itu.
Kenan membuka pintu kamar yang tadi ia tunjukan pada Shafana, ia dorong pintu itu dengan perlahan Kenan mendapati tubuh mungil Shafana tertidur meringkuk di atas ranjang, terdapat jejak-jejak sisa air mata di kedua sudut matanya.
"Dia menangis sampai tertidur! " Karna tak tega, Kenan membiarkan istrinya terlelap di ranjang itu, lebih baik dia makan lebih dulu Shafana bisa menyusulnya nanti. Sebelum pergi Kenan meletakan kacamata Fana di atas nakas samping tempat tidur.
Shafana masih saja tertidur meskipun Kenan sudah selesai makan, pada akhirnya ia menelpon Mamanya untuk mengabari bahwa ia dan Shafana sepertinya akan menginap di apartment.
Karna sang ibu meragukan pengakuannya akhirnya ia berpikir untuk memotret Shafana yang tengah terlelap, merasa kurang meyakinkan Kenanpun turut membaringkan tubuhnya di sisi kosong istrinya, tanpa ia duga sebelumnya Shafana malah memeluk erat tubuhnya. Ini jauh lebih bagus sepertinya pose ini sangat meyakinkan, yang dimana dada bidangnya di jadikan bantal oleh Shafana.
Cekrekk,, Cekrek,,
Beberapa kali Kenan mengambil potret itu dan mengirimkanya pada sang ibu. Meskipun gambarnya sudah terkirim Kenan enggan untuk menghapus foto itu ia biarkan saja foto itu menjadi foto pertamanya dengan seorang wanita setelah dua tahun lamanya.
Nyaman, hangat itulah yang ia rasakan Kenan enggan beranjak tak apa ia akan tidur bersama si culun ini, lagi pula siapa yang akan melarangnya.
Apa yang kau miliki Moza? Sampai setiap ranjang yang kau tiduri terasa hangat dan aku selalu terbuai dengan kehangatan ini.
Kenan tidak mengerti dengan perasaannya sendiri, Shafana Moza dapat membuat dirinya berubah-ubah ia tidak bisa tegas dengan dirinya sendiri, kadang Kala Kenan sering mendapati keadaannya sendiri melakukan hal bodoh.
"Hanya kau Mozaa yang selalu bisa memunculkan sisi diriku yang lain, aku selalu menjadi Kenan dengan versi yang berbeda jika denganmu."
Kenan memilih untuk memejamkan matanya, meskipun Shafana bukan tipenya tapi berdua di satu ruangan yang sama adalah godaan terberat pria dewasa yang normal, bisa-bisa ia menghianati dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Biduri Aura
kenan ny mulai jinak walaupun ada sedikit pahit lidah
2023-10-23
0
Henny Nurhayati
lanjutkan thor 😊😊😊😊😊
2023-07-26
1
Maria Desa'
lucunya kenan pikiran nya menyebalkan
2023-07-13
5