"Sepertinya tidak ada hal baik dariku di mata si angkuh itu, dasar penindas, sok tampan dan sok berkuasa, ingin rasanya aku mengutuk pria menyebalkan itu menjadi batu." Sepanjang jalan menuju dapur Shafana tidak henti-henti memaki suaminya.
Didapur ibu mertuanya sedang mencicipi bubur jagung susu buatannya di bantu para pelayan untuk menyiapkan beberapa menu lainnya, Shafana melirik meja makan dan sudah terisi makanan separuhny, mau berapa banyak menu yang akan di hidangkan di sana? Apa sudah menjadi kebiasaan bagi para orang kaya selalu berlebihan dalam segala hal termasuk makanan.
"Sayang kemari, kau harus men cobanya!" wanita paruh baya itu beberapa kali meniup kepulan asap dari sendok yang berisikan bubur jagung.
"Maaf Ma, Fana kesiangan."
"Tidak apa-apa, kau malah bangun terlalu pagi, menu sarapan belum siap sepenuhnya."
"Aaaaa." Fana membuka mulutnya menyambut suapan mertuanya.
"Apa Enak?"
"Sangat Enak Ma, sepertinya aku akan membuatmenu baru di Caffe milikku. Aku minta resepnya Ma"
"Iya sayang tentu. Apa kau menyukainya? "
"Maaa aku masih ingin, apa boleh?" Lily tertegun melihat tingkah manja menantunya, di balik kepribadiannya yang pendiam dan mandiri tersimpan sikaf manja yang menggemaskan.
"Ayo sini! Mama ambilkan."
Pada Akhirnya Fana sarapan lebih dulu, memang sedari dulu rasa yang tidak bisa ia sembunyikan adalah perasaan laparnya yang kadang tidak tahu malu.
"Sayang kamu nampak cantik saat menggerai rambutmu."
"Benarkah?"
Ini adalah kali pertama ada orang lain memujinya cantik selain ayahnya.
"Wah penghuni baru ini, lancang sekali sarapan lebih dulu, mendahului penghuni rumah yang lain." Kenan selalu berkata pedas.
"Diam! ataukau yang akan ku makan."
"Ada apa ribut-ribut?" Kali ini Papa ikut bergabung.
"Ma tolong pasangkan dasi Papa". Papa menghampiri istrinya seraya mengulurkan seuras dasi.
"Ken juga."
"Ken kau sudah memiliki istri, minta tolonglah pada istrimu."
Fana tidak bersaksi apapun, ia tetap melanjutkan sarapannya.
"Apa kau tuli? Kau tidak dengar apa kata Mama?" Sembur Kenan.
"Justru karna aku masih normal, kau tidak dengar jika mama menyuruhmu meminta tolong bukan menyuruh nyuruh tidak sopan. Lagi pula aku tidak pikun, masih ingat saat kau terakhirkali memarahiku karna menyiapkan pakaianmu."
"Anak baik minta tolonglah yang benar. " Mama menengahi perdebatan keduanya.
"Nona Mozaaa tolong kancingkan lengan kemejaku, serta pasangkan dasi untukku. "
"Kan enak di dengarnya." Fana beranjak dari kursi dan meraih dasi di tangan suaminya setelah sebelumnya mengancingkan lengan kemejanya.
"Hati-hati salah-salah kau makah mencekiku. "
"jujur saja aku sangat ingin melakukannya, kemudian ku gantung kau di sebelah pilar depan."
"Kalian dengar, menantu kesayangan kalian berencana membunuh putra kalian."
Orang tua Kenan malah terkekeh geli.
setelah selesai memasang dasi semua menikmati sarapan dengan dipadu perdebatan di antara pasangan baru itu.
Kenan benar-benar kesal saat Mamanya menyuruh Kenan mengantar istri keledainya ke Caffe padahal ia ada rapat pagi ini.
Saat sudah lumayan jauh dari rumah Kenan menyuruh istrinya turun.
"Cepat turun."
"Turun? apa maksudmu?"
"Turun kau bisa berangkat sendiri, tidak usah manja."
"Aku akan turun tapi setidaknya turunkan aku di perempatan di depan sana sampai aku bisa menghentikan taksi."
"Turun sekarang kau bisa jalan kaki atau merangkak sampai ke perempatan itu."
Shafana turun dan membanting pintu mobil dengan kasar.
Kenan segera melanjutkan mobilnya meninggalkan Fana seorang diri di jalanan sepi.
Kenan pikir saat ia menyuruh Shafana turun dari mobil di tempat sepi wanita itu akan memohon padanya dan ia akan mengajukan syarat yang menguntungkannya, tapi tanpa di duga gadis itu beneran turun, sebenarnya ada rasa iba tapi ia tidak ingin terlalu baik pada si culun itu.
"Salahnya sendiri kenapa tidak memohon padaku." Kenan melanjutkan mobilnya kembali tanpa memperdulikan istrinya yang berjalan kaki.
"Dasar tega, sombong dan pemarah, entah waktu hamil Mama ngidam apa bisa-bisanya mama melahirkan manusia jelmaan Fir'aun." Berbagai umpatan ia layangkan untuk Kenan.
Lelah Fana berjalan, mendadak perempatan itu serasa sangat jauh kemarin ia melewatinya tapi tidak sejauh ini.
Kikik.... Kikik....
Klakson mobil berbunyi dan setelahnya berhenti.
Nampak keluar seorang pria mengenakan jas putih, jas yang Fana yakini kebanggan setiap dokter.
"Moza, kau Moza kan?" Tunjuk pria itu.
"Kau... " Fana mencoba menggali ingatan nya tentang pria pria di hadapannya.
"Ziano, kau Ziano?"
"Ya, aku Ziano, kamu dari mana mau kemana?" Tanyanya.
"Aku dari rumah mau bekerja. Kau apa kabar?"
"Aku baik, kau pindah? Karna seingatku rumahmu bukan di daerah sini."
"Ya aku pindah, kau dari mana?"
"Aku dari rumah pasienku. Ayo masuk biar ku antar sekalian." Zi sudah membuka pintu penumpang di samping kemudi.
"Tidak usah Zi. Biar aku jalan sampai depan untuk naik taksi. "
"Masuklah masih lumayan jauh untuk berjalan ke depan, jika di sini sangat sulit mendapatkan taksi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Denzo_sian_alfoenzo
tin tinnnn.. itu klakson.. kikik kikik q kira td suara burung 😬😅 othor ni agk laen trnyt 🥰
2023-10-17
3
oncom
😭😭😌
2023-10-06
0
Sulaiman Efendy
HATI2 LO KENAN, LO GK PRDULI DGN ISTRI LO, TPI ADA LAKI2 YG MSH MNYUKAI FANA..
2023-09-22
0