Rutinitas Shafana menjelang tidur sama halnya dengan wanita-wanita pada umumnya yaitu memakai beberapa produk untuk di pakai di tubuhnya, meskipun ia berpenampilan culun, tapi ia tetap memperhatikan kesehatan kulit wajah serta tubuhnya.
Kenan terlentang diatas ranjang dengan kaki dan tangannya yang terlentang menguasai sebagian besar ranjang itu, seakan menegaskan jika tempat tidur itu hanya miliknya seorang. Matanya terpejam meskipun sebenarnya ia masih terjaga.
"Ken, geserlah sedikit aku sudah mengantuk."
Hening...
"Ken, aku tau kau belum tidur."
"Dibelakang lemari ada matras, kau bisa menggunakan matras itu untuk tidur di bawah, jangan menggangguku jika kau masih ingin melihat matahari esok pagi." Kenan berkata malas tanpa mau membuka kelopak matanya yang terpejam.
Meskipun kesal tapi Shafana enggan berdebat dikarnakan ini sudah malam dan takut malah mengganggu orang lain, akhirnya ia memutuskan untuk mencari kamar lain, enak saja ia harus tidur di bawah dengan matras. Tidak mungkin rumah sebesar ini tidak memiliki kamar kosong yang lain pikirnya.
Saat pintu baru terbuka sedikit rencananya berubah, Shafana melihat ibu mertuanya berjalan hendak menuju kamarnya, sengaja ia tidak menutup pintu, dan segera mengambil matras di belakang lemari yang di maksud Kenan.
"Sayang kau sedang apa?" Lily menatap menantu nya yang sedang menggelar matras dan anaknya yang terbaring dengan penuh kuasa.
Kenan segera membuka matanya karna mendengar suara nyaring ibunya.
"Aku mengantuk Ma." Fana sengaja berucap semenyedihkan mungkin.
"Ada ranjang sayang, ranjangnya sangat luas kenapa kau mau tidur di bawah? Apa Kenan yang menyuruhmu tidur di bawah?"
"Ti-tidak Ma." mulutnya berkata tapi matanya melotot ke arah istrinya melayangkan ancaman.
'Awas saja jika kau berbicara macam-macam habis kau!' begitulah kira-kira arti tatapan membunuh itu.
"Kenan tidak melarangku tidur di ranjang." Kenan bernafas lega, ternyata si culun punya rasa takut juga batinnya.
"Tapi sepertinya Kenan sangat tidak nyaman jika aku tidur di atas ranjangnya, mungkin karna dia tidak terbiasa, jadi aku memilih tidur di bawah dari pada menggangunya."
'Dasar penjilat.' Cibir Kenan dalam hati.
"Kau itu pengertian sekali sayang, mana ada seperti itu, ranjang ini muat untukmu dan Kenan bahkan akan muat untuk empat orang. Jangan perdulikan mata suamimu yang melotot jika petlu mama bisa mencongkelnya. " Mama Lily berkata sarkas saat menyadari tingkah anaknya.
"Aku tidak melotot." Cebiknya kesal.
"Naiklah dan tidur Nak, Mama tau kau lelah, biar Mama yang menaruh matras ini." Lili mengelus lembut kepala menantunya dan mendaratkan kecupan hangat di pipinya, "Selamat malam."
"Selamat malam Ma, Terimakadih."
Beginikah rasanya memiliki seorang ibu?rasanya nyaman dan hangat dengan ucapan sesederhana itu.
"Nyamannya tidur di atas ranjang sultan, yang mewah dan sangat empuk ini." Shafana meledek ketidak berdayaan suaminya. Ia memeluk guling dengan eksperi menybalkan.
"Tutup mulut atau aku akan merobeknya."
Shafana seketika langsung mengatup.
"Tutup juga matamu jika tak ingin aku colok." Dengan patuh Shafana memejamkan mata.
Cantik, Kenan melihat wajah istrinya tanpa kacamata tebal serta rambut yang tergerai, Apalagi besok saat Fana sudah membuka kawat giginya yang sudah ia niatkan jauhmah jauh hari.
"Bangunkan aku jang enam tepat, aku ada miting penting esok pagi! jangan lebih walau sedetikpun! " Kenan tipikal orang perfeksionis apapun yang ia lakukan harus pas dan tepat atau ia akan mengamuk.
Saat tidak ada sautan Kenan kembali kesal masalah lain yang sering menyinggungnya adalah ia tak suka di abaikan.
"Kau tuli atau bisu?, jawab aku atau akan ku banting kau lantai."
"Tidak keduanya. Aku masih menyayangi mulutku dan tak ingin kau robek, tadi kau mengancamku seperti itu." Cicit Shafana pelan tanpa membuka matanya.
"Bagus, menurutlah.Kau mengertikan harus membangunkanku jam berapa." Kenan bertanya sekali lagi untuk memastikan.
"Hmm, jam enam tepat."
"Tidurlah."
.
Pagi-pagi sekali Shafana sudah terbangun dan hal pertama yang ia lakukan adalah membersihkan diri kemudian membangunkan suaminya pukul enam tepat.
Kenan adalah orang yang sangat produktif dalam mengelola waktunya, saat di bangunkan ia tidak susah sama sekali.
"Mandilah aku sudah menyiapkan air hangat untukmu."
"Hmm."
Sambil menunggu suaminya mandi ia membereskan tempat tidur dan menyiapkan pakaian untuk suaminya
Aroma sabun menguar, menggelitik indra penciuman Shafana. Benar saja Kenan sudah selesai mandi dan seperti biasa ia hanya mengenakan handuk sebatas lutut dan mempertontonkan otot-otot kekarnya.
"Pakaianmu." Shafana menyerahkan pakaian kerja suaminya lengkap dengan **********.
"Aku sudah katakan padamu jangan lancang menyentuh atau mengambil barangku!" Ia malu pasti istrinya sudah menyentuh barang pribadi miliknya dan segera merampas pakaiannya.
"Apanya yang lancang? aku hanya mengambilkan pakaian ganti untukmu, itu adalah hal wajar yang dilakukan seorang istri. "
"Sudah aku katakan, Berhenti berlakon menjadi istri di hadapanku jangan bertingkah menjijikkan seperti ini. Aku bisa mengambil pakaianku sendiri, dasar tidak sopan."
"Hey jika kau tidak ingin aku mengambil pakaianmu kau bisa mengatakannya dengan baik-baik, tidak usah berteriak dan memakiku, telingaku masih berpungsi dengan baik. Aku tidak budeg " Setelah mengatakan itu Shafana melangkahkan kakinya meninggalkan suaminya yang masih berdiri memegang pakaiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Denzo_sian_alfoenzo
sdhlah pria sprt itu gk akan sdr klo gk d beri plajaran jd lbh baik kmu cuekin aja dy biar kapok klo perlu kmu panas2in sma cwok lain biar makin keder
2023-10-17
0
Nurhasanah
bk kawat gigi y,nnti aja klo dah cerai
2023-08-16
0
Xoeman Diyah
kayak tom dan Jerry...🤣🤣🤣
2023-07-27
0