Garis Merah 2

Hubunganku dengan suami, semakin lama semakin merenggang. Jarang berkomunikasi dengan diriku, aku seperti orang asing dimatanya. Entah apa pikiran suamiku ini tentang aku sekarang. Mungkin pelakor mencuci otak suamiku karena aku pernah melabrak pelakor itu. Setiap aku berkomunikasi dengan suamiku, mulutnya akan mengeluarkan kata-kata yang sangat melukai perasaanku.

Setiap kali dia pulang ke rumah bukan belaian lagi yang dia berikan tapi dia memberikan tatapan penuh kebencian, bukan kata-kata cinta lagi yang diucapkan tapi kata-kata caci maki. 

Kepribadian suamiku telah berubah, dulu selalu tersenyum kepadaku. Kini wajah yang datar ketika menatapku, dulu kecupan hangat yang aku dapatkan ketika dia mau pergi kerja, sekarang ketika aku ingin mencium punggung tangannya, dia menghempaskan tanganku. Oh suamiku sejiji inikah kamu terhadapku?

Aku tidak mengerti entah apa yang diberikan pelakor itu terhadap suamiku.

Suamiku seakan-akan lupa akan anak dan istri. Kasih sayang terhadap anak-anakpun hilang, adanya ketidakpedulian terhadap anak-anak. Aku masih pasang dadaku ini sebagai tameng untuk anakku karena anak-anak yang masih sangat membutuhkan aku.

Aku masih sangat berharap suamiku itu berubah. Aku tidak lupa berdoa kepada Allah selepas aku selesai menunaikan salatku. Kuselipkan namanya di setiap doa-doaku. Allahu...Allahu...Allahu...sungguh berat cobaan yang Engkau berikan terhadapku.

Jika ada cinta yang tersisa, maka tambahkanlah jumlah cintanya terhadapku. Jika tali akad ini Kau ridhoi maka jangan putuskan tali akad kami. Jika dia masih ada setitik kasih sayang kepada anak-anaknya tolong perbesar titik itu menjadi butiran lalu jadikanlah semakin besar seperti gunung yang menjulang, semakin luas seperti hamparan lautan yang Kau ciptakan. Tapi jika sebaliknya dia tidak pantas menjadi imanku lagi dan ayah dari anak-anakku maka hampaskanlah dia jauh dari kami. Aku mohon Ya Rabb dengan tangan mengadah, dengan hati yang pasrah aku memohon kepada-Mu kuatkan aku, jaga imanku tetap bersama-Mu. Aamiin. 

Aku bercucuran air mata setiap doa-doaku. Entah berapa kali dan berapa banyak air mata yang aku jatuhkan. Kadang aku lelah dengan air mata ini, aku merasa tidak kuat dari beban ini. Jujur kata-katanya yang selalu mencaci maki aku yang  terus menghujani hatiku ini menyebabkan psikisku yang hancur secara perlahan.

Allahu...Allahu...Allahu...

Dedd…dedd suara benda pipih Kaila.

Tina \= [“Assalamu'alaikum de, kamu baik-baik aja?”]

Kaila [“Wa'alaikumsalam Mba Tina, aku baik-baik aja kok. Mba Tina bagaimana kabarnya? Anak-anak Mba Tina sehat?”]

Tina \= [“Alhamdulilah, aku dan anak-anak sehat. Kamu benar gak ada apa-apa?”]

Kaila [“Iya Kak, tenang aja. Aku tidak apa-apa kok.”]

Tina \= [“Kalau kamu ada masalah boleh loh cerita sama Kakak, agar kamu lega dan seengaknya ada teman yang bisa kamu ajak ngomong.”]

Kaila \= [“Ah iya Kak, Insha Allah. Syukron yah Kak.”]

Tina \= ["Yah sudah, aku hanya mau tanya kabar kamu. Sehat-sehat yah. Assalamu'alaikum."]

Senior aku yang satu-satunya menanyai kondisiku, hati senang ada seseorang yang masih peduli dengan aku. Karena di Bandung ini Aku merasakan tidak ada lagi seseorang yang  peduli denganku. Senangku telah pergi, tawa lepasku kini hanya diam memikirkan nasib hidupku. Cerita orang-orang cinta pertama itu indah, tapi ternyata dengan cinta pertama ini aku merasa bagaikan neraka.

💔💔💔

Aku melihat kalender, dahiku mengerut karena jadwal haidku sudah melewati tanggal.

Aku sangat gugup, "Apakah aku hamil kembali? Ya Allah bukan aku menolak rezeki dari-Mu tapi keadaan hidupku seperti ini. Suamiku sudah tidak menatapku kembali." 

Sungguh hatiku gusar memikirkan ini, jika aku hamil kembali, bagaimana sikap suamiku? Pikiran-pikiran bertengker diotakku. Sesak dada ini aku rasakan, jantungku berdegub kencang. 

 

Kaila berniat untuk membeli test pack di apotik setelah ia mengantarkan Cia pergi ke sekolah. 

“Mamah kita mau kemana?” Tanya Caca.

“Mampir dulu sebentar sayang ke apotik,” jawabanku membuat wajah imut Caca menjadi berubah.

“Mamah sakit?” Caca kembali bertanya kembali.

“Alhamdulilah, Mamah baik-baik aja sayang,” jawabku.

“Kok ke apotik, 'kan di sana tempat jual obat.” Aku tersenyum menatap lekat mata hitam Caca.

“Mamah mau beli sesuatu, untuk periksa perut Mamah ada dede bayi atau tidak,” sambil mengelus perutku yang masih rata.

“Oh ada benda ajaib yang bisa tahu diperut Mamah ada dede bayi atau gak yah di apotik ini?” tanya Caca.

“Iya sayang namanya test pack,” ucapku.

“Wah! adikku dua dong kalau Mamah hamil lagi.” Caca senang, dia berjingkrak.

Aku hanya tersenyum dan menganggukan kepala kepada Caca lalu tak terasa kami sudah di depan apotik. Adam yang tadinya aku gendong dia meminta turun. Aku membeli test pack sebanyak 2 buah. 

Aku tidak memakai langsung test pack tersebut, karena pemakaian test pack di siang hari kondisi urine encer sehingga hormon sCG sulit terdeteksi. Aku gunakan test pack di pagi hari setelah aku bangun tidur, karena kondisi urine pekat pada pagi hari dapat membuat hasil menjadi lebih akurat.

💔💔💔

Selesai aku salat subuh, kuambil test pack yang aku beli kemarin bersama Caca dan Adam. Jantungku berdebar, aku takut hamil lagi, aku takut jika hamil anak ini akan menderita karena ayahnya sudah buta dengan si pelakor. Suamiku pulang ke rumah hanya sesekali untuk memberi uang untuk kebutuhan sehari-hari. Aku menarik nafas lalu membuang dengan perlahan ketika aku mencelupkan test pack kedalam wadah yang sudah ada urineku, aku menunggu beberapa saat sambil menutup mataku. Gugup, takut, saat ini yang aku rasakan. Kubuka perlahan kelopak mataku, kulihat test pack yang kupegang saat ini.

Tubuhku menjadi lemas, hasil dari test pack itu menunjukan garis merah dua. Aku menangis atas hasilnya, aku masih ingat ketika aku mengetahui diriku hamil Cia, bukan tangisan yang aku keluarkan tapi tawa kebahagian. Tapi aku malah menangis ketika aku mengetahui bahwa aku hamil anak keempat. Ya Rabb bukannya aku tidak bersyukur apa yang Engkau beri, tapi aku takut tak kuat untuk mengandungnya. Aku elus perutku dan berbicara monolog terhadap bibit anakku.

“Sayang maafkan Mamah, menangisi kehadiranmu karena keadaan Mamah saat ini. Apapun nanti, kamu harus berjuang yah Nak, bersama Mamah. Kelak kamu akan menjadi anak yang besar kebanggaan Mamah.”

Aku mengambil handphoneku di dalam kamar

Kaila \= ["Assalamu'alaikum, Bunda."] suaraku serak karena menahan tangisku ketika  aku menggenggam handphoneku. Kupejam mataku menghembuskan nafas perlahan.

Bunda \= ["Wa'alaikumsalam, Nak, kamu tidak apa-apa? Suara kamu seperti habis menangis. Ada apa sayang?"]

Kaila \= [“Ah, tidak apa-apa Bunda. Aku hanya mengabarkan kabar gembira. Bunda, aku sedang hamil kembali, anak keempat.”]

Bunda \= [“Alhamdulilah, jaga kesehatan kamu sayang. Rangga masih sering keluar kota? Kamu lagi hamil muda, harus dijaga.”]

Kaila \= [“Tidak apa-apa Bunda, Insha Allah aku akan sehat-sehat saja. Bunda doakan saja aku yah.”] Aku menitikkan air mata, perih hati ini menahan beban ini sendirian. Tapi aku tidak mau untuk membuat khawa.tir kedua orang tuaku.

Bunda \= [“Kaila, kok kamu menangis sayang? Sebenarnya ada apa? katakan kepada Bunda.”]

Walaupun aku berbohong, tapi ikatan perasaan antara Bunda dan aku sangat erat. Beliau seperti merasakan aku sedang sedih dan tertekan.

Kaila \= [“Aku menangis bahagia Bunda, karena Allah masih mempercayai aku untuk mempunyai anak kembali.”]

Bunda \= [“Cerita sama Bunda yah, jika ada masalah.”]

Kaila \= [“Insha Allah Bunda, yah sudah aku hanya mengabari itu saja. Jaga kesehatan Bunda yah dan salam sama abah. Assalamu'alaikum Bunda.”]

Bunda \= [“Iya, nanti Bunda sampaikan ke abah. Kamu juga jaga kesehatan. Wa'alaikumsalam.”]

Entah apa yang aku akan katakan ketika aku bertemu dengan suamiku. Dia akan melihatku lagi karena aku sedang hamil anak keempatnya atau malah dia malah menghempaskan jauh-jauh diriku agar tidak lagi mendekat kepadanya. Karena ketika aku bertemu dengan suamiku dan berkomunikasi, dia selalu mencaci maki aku. Suamiku seperti sudah tersihir, terpelet atau apalah. Yang pasti dia seperti bukan dirinya lagi yang dulu, seperti kepribadiannya hilang lenyap dari jati dirinya.

Ku masih menggema hasil test pack ku, kupaksa senyum ini mengembang.

"Jangan berkata Kaila bodoh karena gak mau cepat cerai yah, karena Kaila ini anak yang pendiam sebenarnya. Permasalah rumah tangganya, dia gak cerita sama ortu. Banyak pertimbangan kalau dia menggugat cerai Rangga," kata Author.

 

 Bersambung

***

Hai para reader, bagaimana nih Sukma? keterlaluan banget yah, menggunakan ilmu hitam untuk menghancurkan keluarga Kaila.

Terima kasih reader sudah mampir

Bantu like, komen, vote dan follow aku yah.

Baca Novel ku yang lain

5 tahun menikah tanpa cinta

Salah lamar

Berteman di sosmed sama aku yuk

fb @Farida (R)

ig @kak_farida

Terpopuler

Comments

Dewi Dama

Dewi Dama

Allahu Allahu..kenapa bukan Allahuakbar..thoor...

2024-12-27

0

Putri Minwa

Putri Minwa

bodoh nya jangan dibilangin dong

2023-03-27

0

Nolyathi Puding

Nolyathi Puding

hama hama bodoh,tunggu ada waktu nya utk Rangga dan sukma

2023-03-17

0

lihat semua
Episodes
1 Lipstik di Kemeja Suamiku
2 Bentakkan Suamiku
3 Struk Belanja di Saku
4 Mobil Bergoyang
5 Labrak Pelakor
6 Malam Panas yang Tidak Aku Inginkan
7 POV Sukma
8 Garis Merah 2
9 Kehamilan yang Tidak di Rencanakan
10 Curhat
11 Jatuh Talak
12 Pulang ke Rumah Orang Tua
13 POV Bunda Kaila
14 Suami selingkuh
15 Keterpurukan Kaila
16 POV Lili
17 Jeritan Isi Hati Kaila
18 Nasib Kehidupan Kaila Saat ini
19 Memang Ada yang Mau Menerima Kami.
20 Pembullian di Sekolah
21 Undangan
22 Pendekatan
23 Minta Ibu
24 Jadilah Ibuku
25 Permintaan Andi
26 Lamaran
27 Jawaban Kaila
28 Pernikahan
29 Satu Ranjang
30 Ciuman Pertama
31 Rindu
32 Biar Aku Peluk kamu
33 Bertemu Mantan
34 Mantan Janda dan Duda bersiap MP
35 Puncak Singgasana
36 Rasa Sesal
37 Membuka Hati
38 Membungkam tukang gosip dengan undangan
39 Resepsi
40 Cemas
41 Kebahagiaan
42 Kenyamanan
43 Pengantin Alam Gaib
44 Bucin Akut
45 Curhatan Anak Sambung
46 Cinta Monyet
47 Sensitif
48 Persalinan
49 Kepulangan
50 Kak Amanda
51 Belajar Masak
52 Caca di Culik
53 Pengobatan Caca
54 Kesembuhan Caca
55 Kekesalan Sukma
56 Masalah Anak Remaja
57 Cia dan Juna
58 Cinta Pertama
59 Perasaan Cia
60 Menolak Juna
61 Gara-gara Facebook
62 Salah Paham
63 Juna mengiris lengannya
64 Cinta monyet bersemi kembali
65 Suka tapi nggak mau pacaran
66 Amanda ketahuan
67 Wejangan seorang Ibu
68 Kelulusan
69 Aku Rindu Kamu
70 Gaya pacaran Cia dan Juna
71 1 mobil dengan Juna
72 Lampu Hijau
73 Rasa trauma Cia
74 Cia sekeluarga ke Jogja
75 Cinta itu tak mudah
76 Balasan perbuatan masa lalu
77 Kena guna guna
78 Prambanan
79 Perpisahan
80 Tak ada kabar dari Emir
81 Pindah ke lain hati
82 Temui Ayahku
83 Mempertanyakan Amanda
84 Lamaran untuk Amanda
85 Bertemu Mantan?
86 I love you so much
87 Emir menteror Amanda
88 Lamaran yang di tolak
89 Cia Kabur
90 Curahan hati Cia kepada Kaila
91 Penyesalan
92 Rangga ingin bertemu anak-anaknya
93 Kaila ke rumah Rangga
94 Pelecehan terhadap Amanda
95 Cia jadi Tumbal
96 Cia
97 Permohonan keluarga Emir
98 Tumbal yang berbalik
99 2 couples
100 Pengantin Baru Cia dan Juna
101 Melepas Mahkota
102 Sesuatu yang tertunda
103 Kebencian Cia
104 Penyakit mematikan
105 Extra part- Karma bagi selingkuhan (Tamat)
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Lipstik di Kemeja Suamiku
2
Bentakkan Suamiku
3
Struk Belanja di Saku
4
Mobil Bergoyang
5
Labrak Pelakor
6
Malam Panas yang Tidak Aku Inginkan
7
POV Sukma
8
Garis Merah 2
9
Kehamilan yang Tidak di Rencanakan
10
Curhat
11
Jatuh Talak
12
Pulang ke Rumah Orang Tua
13
POV Bunda Kaila
14
Suami selingkuh
15
Keterpurukan Kaila
16
POV Lili
17
Jeritan Isi Hati Kaila
18
Nasib Kehidupan Kaila Saat ini
19
Memang Ada yang Mau Menerima Kami.
20
Pembullian di Sekolah
21
Undangan
22
Pendekatan
23
Minta Ibu
24
Jadilah Ibuku
25
Permintaan Andi
26
Lamaran
27
Jawaban Kaila
28
Pernikahan
29
Satu Ranjang
30
Ciuman Pertama
31
Rindu
32
Biar Aku Peluk kamu
33
Bertemu Mantan
34
Mantan Janda dan Duda bersiap MP
35
Puncak Singgasana
36
Rasa Sesal
37
Membuka Hati
38
Membungkam tukang gosip dengan undangan
39
Resepsi
40
Cemas
41
Kebahagiaan
42
Kenyamanan
43
Pengantin Alam Gaib
44
Bucin Akut
45
Curhatan Anak Sambung
46
Cinta Monyet
47
Sensitif
48
Persalinan
49
Kepulangan
50
Kak Amanda
51
Belajar Masak
52
Caca di Culik
53
Pengobatan Caca
54
Kesembuhan Caca
55
Kekesalan Sukma
56
Masalah Anak Remaja
57
Cia dan Juna
58
Cinta Pertama
59
Perasaan Cia
60
Menolak Juna
61
Gara-gara Facebook
62
Salah Paham
63
Juna mengiris lengannya
64
Cinta monyet bersemi kembali
65
Suka tapi nggak mau pacaran
66
Amanda ketahuan
67
Wejangan seorang Ibu
68
Kelulusan
69
Aku Rindu Kamu
70
Gaya pacaran Cia dan Juna
71
1 mobil dengan Juna
72
Lampu Hijau
73
Rasa trauma Cia
74
Cia sekeluarga ke Jogja
75
Cinta itu tak mudah
76
Balasan perbuatan masa lalu
77
Kena guna guna
78
Prambanan
79
Perpisahan
80
Tak ada kabar dari Emir
81
Pindah ke lain hati
82
Temui Ayahku
83
Mempertanyakan Amanda
84
Lamaran untuk Amanda
85
Bertemu Mantan?
86
I love you so much
87
Emir menteror Amanda
88
Lamaran yang di tolak
89
Cia Kabur
90
Curahan hati Cia kepada Kaila
91
Penyesalan
92
Rangga ingin bertemu anak-anaknya
93
Kaila ke rumah Rangga
94
Pelecehan terhadap Amanda
95
Cia jadi Tumbal
96
Cia
97
Permohonan keluarga Emir
98
Tumbal yang berbalik
99
2 couples
100
Pengantin Baru Cia dan Juna
101
Melepas Mahkota
102
Sesuatu yang tertunda
103
Kebencian Cia
104
Penyakit mematikan
105
Extra part- Karma bagi selingkuhan (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!