Nara baru saja bangun dari tidurnya, dia menapakkan kaki telanjangnya diatas lantai yang terasa begitu dingin. Jam juga sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Dan pagi ini dia harus kalah dengan matahari yang telah bersinar dengan cerah diluar sana.
Hari ini begitu cerah, dan semoga saja panasnya bisa bertahan hingga senja nanti.
Wajah Nara begitu sembab, matanya terlihat membengkak dengan lingkar hitam yang menghiasi disekitar kelopak matanya. Dia sudah seperti mayat hidup sekarang. Yah, memang begitu adanya, tapi dia cukup bersyukur pagi ini dia masih bisa membuka matanya kembali. Padahal dia sangka malam tadi dia sudah tidak bisa lagi melihat dunia, nyatanya Tuhan masih begitu berbaik hati untuk memberikan nya sebuah kesempatan hidup. Entah dia harus bersyukur atau tidak, tapi mungkin saja masa hidupnya didunia memang belum habis.
Nara berjalan kekamar mandi untuk membersihkan diri, gaun tidurnya sudah begitu dipenuhi oleh darah yang telah mengering dan berbau anyir. Menyedihkan sekali hidupnya, dia sekarat, tapi dia harus tetap bisa merawat dirinya sendiri, bahkan Reynand saja langsung pergi melihat dia berdarah, bukan bertanya ataupun khawatir, lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu malah entah sudah kemana dini hari tadi. Nara tidak tahu.
Setelah membersihkan diri, Nara berjalan keluar rumah. Panas matahari yang hangat itu bisa sedikit membuat tubuhnya merasa lebih baik. Dia duduk ditaman samping rumahnya, memandang nanar tanaman tanaman nya yang sudah tidak lagi terawat seraya berjemur untuk menghangatkan tubuhnya yang sudah lama kedinginan.
Nara menarik nafasnya dalam dalam dan menghembuskan nya secara perlahan. Memejamkan matanya dan menikmati kehangatan yang sedikit demi sedikit menjalar ketubuhnya. Hari ini dia akan berdiam diri dulu dirumah, semoga Arya bisa menghandle perusahaan dengan baik disana. Dia pasti mengerti jika Nara tidak datang hari ini.
Namun bukan nya bisa menenangkan diri, fikiran Nara malah melayang ke laki laki yang menjadi suami nya itu. Akhir akhir ini bukankah Reynand terlihat berbeda? Dia lebih sering kembali kerumah, ya meskipun jika pulang dia selalu saja membuat Nara sakit. Tapi bukan itu yang menjadi masalah nya, Nara memiliki firasat jika Reynand pasti sedang memiliki masalah saat ini.
Sekarang Reynand menjadi lebih pendiam seperti memendam sesuatu. Nara ingat sewaktu dia demam tinggi kemarin, dia sempat mengigau memanggil nama ayah nya, dan malam tadi dia juga aneh saat melihat darah Nara. Seperti ada sesuatu yang terjadi pada lelaki itu. Apa ini ada hubungan nya dengan rencana Cleo? Jika iya, bukankah mereka sudah mulai bertindak. Reynand adalah seseorang yang angkuh dan sombong, dia selalu memiliki tatapan mata yang begitu meyakinkan, dan saat ini Nara selalu melihat tatapan keraguan dan ketakutan disana.
Tidak ingin perduli, tapi itu suaminya.
"Aku harus mencari tahunya" gumam Nara tiba tiba. Dia beranjak dari duduknya dan berjalan masuk kembali kerumah untuk mengambil jaket dan tas nya. Dia akan pergi kesuatu tempat. Selagi tubuhnya masih sanggup bergerak, maka dia harus mencari kebenaran nya. Menunggu Reynand yang membuktikan sendiri, tentu itu hal yang mustahil, sedikitpun Reynand tidak pernah mempercayai perkataan nya.
Nara pergi dengan mobilnya, dia sudah meminum obatnya sebelum pergi. Berharap rasa sakit itu tidak datang sebelum masalah nya hari ini menemui titik temu. Jika tempat itu kosong, maka Nara harus ketempat lainnnya. Semoga saja dia masih mengingat jalan nya.
Hampir dua jam kemudian akhirnya mobil yang Nara kendarai memasuki wilayah komplek perumahan asing, seperti perumahan zaman dulu dengan gaya arsitektur Eropa. Nara mengernyit heran seraya memelankan laju mobilnya, komplek perumahan ini nampak begitu sepi bahkan sepertinya sudah banyak rumah yang kosong dan tidak berpenghuni lagi. Rumah rumah ini sudah tampak begitu usang dan tidak terawat. Terakhir kali dia kemari bersama Cleo dulu, ini adalah komplek perumahan dimana nenek nya tinggal, Cleo pernah sekali membawa Nara kemari. Dan tentu saja Nara sudah lupa dimana rumah itu, semua bangunan nya tampak sama.
Nara mencoba mengingat seluruh tempat yang pernah dia datangi dengan Cleo dulunya, berharap dia bisa menemukan orang yang mereka sekap dulu. Entah orang itu masih hidup atau tidak karena sudah beberapa tahun yang lalu. Tapi Nara yakin, jika orang itu adalah sumber dari semua masalah yang ada, dan entah kenapa perumahan ini adalah objek yang sangat ingin Nara datangi.
"Yang mana ya rumahnya" gumam Nara sembari memperhatikan sisi kanan dan kiri semua bangunan yang tampak sama. Tidak berpagar, semua pagar sudah tampak rusak sehingga bisa dengan mudah memandang sisi depan rumah itu.
Dan saat sudah hampir tiba diperumahan yang berada dipaling ujung, mata Nara sedikit memicing saat melihat sebuah mobil hitam metalik terparkir rapi disalah satu rumah disebelah kiri Nara. Dia memelankan laju mobilnya, sangat pelan. Dia memperhatikan dua orang yang baru turun dari mobil itu, dua orang paruh baya yang sepertinya Nara mengenalnya.
Dia semakin menajamkan pandangan nya, dan seketika jantung nya seperti terhantam sesuatu melihat siapa dua orang itu
"Tuan Abas dan tante Guzel?" gumam Nara dengan wajah yang begitu terperangah, melihat yang ada disana adalah ayah Reynand dan juga ibu Cleo.
"Apa yang mereka lakukan disini, dan kenapa tuan Abas bisa bersama ibu Cleo?" gumam Nara begitu tidak percaya. Dia bahkan menghentikan laju mobilnya dan memperhatikan dua orang itu, memastikan jika penglihatan nya memang tidak salah.
Dan Nara sedikit terkesiap saat nyonya Guzel menunjuk mobil nya membuat tuan Abas juga menoleh kearah Nara. Nara kelebakan, dia segera melajukan kembali mobilnya, jangan sampai dia tertangkap basah telah mencari tahu sesuatu disini.
..
"Siapa itu?" tanya nyonya Guzel pada orang yang Nara fikir adalah ayah Reynand
"Mungkin orang yang ingin membeli perumahan ini" jawab lelaki paruh baya itu begitu acuh. Dia langsung berjalan masuk kedalam rumah mewah yang tampak tidak berpenghuni itu dan diikuti oleh nyonya Guzel.
"Aku hanya takut ada orang yang mengetahui kamu berada disini" ucap nyonya Guzel namun lelaki itu malah terkekeh pelan
"Tenang saja, tidak akan ada yang tahu. Semua masih aman" jawab lelaki itu
"Bagaimana dengan Reynand, apa kamu sudah bisa membuat nya menyerahkan aset aset itu?" tanya nyonya Guzel lagi. Namun lelaki itu tampak menghela nafas nya dengan berat
"Anak itu cukup susah untuk ditaklukan, dia memiliki pengaruh yang cukup kuat diperusahaan" jawab lelaki itu
"Bukankah perusahaan masih atas nama kakakmu?" tanya nyonya Guzel lagi
"Walaupun masih atas nama kakakku, tapi semua sudah dia yang memegang dan mengatur. Jika aku merebut nya sekarang, perusahaan itu akan hancur, kamu tahu aku tidak bisa menjalankan nya, selain menggunakan dia sebagai alat untuk memajukan perusahaan dan menghasilkan pundi pundi uang untuk kita" jawab lelaki itu terdengar kesal
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, apa akan begini terus, aku tidak yakin pria tua itu bisa bertahan lebih lama" ungkap nyonya Guzel. Saat ini mereka duduk berdua disofa ruang tamu rumah yang sudah tertutupi oleh kain putih seluruhnya
"Tenang saja, hari ini aku akan mengambil sidik jarinya untuk membuka brangkas perusahaan, disana ternyata tertanam berbagai aset aset yang bisa dicairkan. Sudah bertahun tahun aku mencari aset keluarga itu, dan baru ini aku menemukan nya, itu juga harus beradu mulut dan mengancam bocah sialan itu" kata lelaki itu dengan senyum yang begitu licik
Nyonya Guzel tampak mendengus senyum dan mengangguk, wanita dengan gaya yang elegan namun mempunyai seribu dendam dihatinya.
"Aku benar benar sudah tidak sabar melihat mereka hancur dan tidak tersisa" geram nya dengan senyum yang begitu tajam
"Kamu masih membenci kakak iparku itu karena merebut kekasihmu hmm?" ucap lelaki itu dengan senyum sinis nya
"Aku masih ingat bagaimana dia menghancurkan kehidupanku dulu, menghina ku dan merebut apa yang aku punya. Aku tidak akan bisa melupakan nya" jawab nyonya Guzel yang sepertinya hatinya memang sudah dipenuhi oleh dendam yang tidak berujung
"Sekarang kamu sudah merebut semuanya Guzel, suami yang sangat dia cintai dan juga kebahagiaan nya" jawab lelaki itu
"Kamu benar, dan tinggal kehancuran nya lagi, aku ingin melihat dia hancur sehancur hancurnya" sahut nyonya Guzel
"Kamu terdengar jahat" kata lelaki itu seraya menyulut rokok nya
"Bukankah kamu lebih jahat Agas? Aku berniat menghancurkan orang lain, tapi kamu menghancurkan kakakmu sendiri" balas nyonya Guzel
Lelaki paruh baya itu hanya tersenyum sembari menghembuskan asap rokok dari dalam mulut dan hidung nya dengan tatapan mata yang begitu kosong namun juga menyimpan sejuta luka penuh dendam....
....
Nara duduk disebuah cafe dipinggir danau dengan pandangan mata yang memandang nanar danau itu. Dia masih tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya hari ini. Seribu pertanyaan seketika langsung memenuhi otak kecilnya, tentang apa yang dilakukan ayah Reynand disana, kenapa dia bisa bersama dengan ibu Cleo. Apa ada sesuatu yang sedang mereka kerjakan, atau apa mereka sudah saling kenal? Seharusnya memang mereka sudah saling mengenal, apalagi Reynand dan Cleo adalah sepasang kekasih. Tapi tentu tidak sedekat itu juga bukan? lagipula untuk apa mereka berdua kerumah tua yang seharusnya sudah tidak ada lagi penghuni nya disana. Ah, Nara semakin dibuat penasaran dengan ini. Dia memang harus segera menyelidikinya. Dia harus pergi kesana lagi nanti.
Suasana kota Jakarta siang itu cukup cerah bahkan terkesan terik, membuat Nara betah berjemur diluar ruangan seperti ini. Apalagi makan siang sembari memandang danau hijau yang menyejukkan hatinya. Cukup mampu membuat hati Nara yang sedang mendung sedikit cerah.
"Nona Anara" sapa seorang pria. Nara yang sedang menikmati makan siang nya langsung mendongak dan memandang orang itu. Pria tampan dengan senyum teduhnya
"Tuan Bima" Nara sedikit terkejut setelah mengetahui yang menyapanya adalah Bimantara, dibelakangnya ada asisten nya yang berdiri tegak
"Anda sendirian saja nona?" tanya Bimantara dan Nara langsung tersenyum dan mengangguk
"Anda mau makan siang juga tuan?" tanya Nara pula
"Ya, boleh saya bergabung" tawar Bima. Nara ingin menolak, namun terasa sungkan. Hingga akhirnya dia memilih mengangguk dan mengiyakan permintaan Bima
Bima langsung tersenyum dan menoleh pada asisten nya, hanya menoleh tapi asisten nya sudah mengerti dan langsung pergi meninggalkan Bima bersama Nara berdua.
"Dimana Arya?" tanya Bima seraya duduk dihadapan Nara
"Arya diperusahaan" jawab Nara
"Apa anda keluar untuk mengerjakan sesuatu?" tanya Bima lagi. Nara yang sedang mengunyah makanannya hanya mengangguk saja. Dan Bima langsung tersenyum dan terus memandang Nara yang sedang makan. Dia hanya diam dan tidak lagi mengajak Nara berbicara. Sesekali dia memandang hamparan danau hijau yang dihiasi oleh tumbuhan teratai yang begitu indah disana. Perpaduan yang sempurna, apalagi dengan tambahan satu objek yang juga tidak kalah indah, gadis anggun dengan dress biru mudanya.
Melihat Bima yang diam saja, Nara langsung mendongak dan menatapnya, dapat dia lihat pria itu tampak begitu menikmati pemandangan ini
"Anda sering kemari?" tanya Nara. Dia sudah menyelesaikan makan nya
Bimantara mengangguk dan menoleh pada Nara
"Ini tempat favorite saya, setiap ada waktu saya pasti kemari. Dan hari ini anda yang mengambil kursi saya"jawab Bima
Nara langsung mengeryit heran, namun Bima malah tertawa melihat wajah bingung Nara
"Saya biasa duduk disini nona Anara, dan hari ini saya tidak menyangka anda juga kemari" kata Bima lagi
Nara tersenyum dan ikut memandang danau itu
"Tempat nya memang indah dan cocok untuk menenangkan diri" gumam Nara
"Ya, apalagi untuk jiwa yang sedang kesepian" sahut Bima
"Apa itu sebuah ungkapan hati?" tanya Nara
"Tentu saja" jawab Bima dengan tawa kecil nya hingga menular pada Nara yang juga ikut tersenyum melihat tawa itu.
"Indah sekali" gumam Bima memandang wajah Nara yang menatap heran kearahnya membuat Bima seketika terkesiap
"Tempat ini indah, apalagi disaat musim hujan seperti ini. Tumbuhan teratai itu tampak menambah kesan hidup pada danau yang terasa gelap" ungkap Bimantara yang langsung mengganti topik, dia selalu tidak bisa mengendalikan diri jika dihadapan Nara
Nara memandang jauh danau itu
"Tapi itu hanya bunga yang dianggap sebagai benalu dan terlupakan" gumam Nara begitu dalam
"Meskipun begitu dia tetap berharga, dia memang kalah dengan bunga lain, tapi tahukah anda nona Nara, jika teratai adalah bunga yang kuat. Dia tetap berdiri kokoh meski pijakan nya tidak kuat, dia tetap berdiri kokoh meski hujan dan angin terus menerus berusaha menumbangkan nya. Dia terlupakan tapi dia tetap ada dan menghiasi apa yang menjadi tempatnya berpijak. Dia tidak menyerah untuk hidup, dia ada dan terus ada untuk menghiasi danau yang menjadi rumah nya tumbuh" ungkapan Bimantara membuat Nara langsung memandang wajahnya. Entah kenapa jawaban itu terasa mengena dihatinya yang sedang rapuh. Ungkapan yang seolah sedang menggambarkan tentang keadaan dirinya yang sekarang, meskipun sebenarnya Bimantara tidak tahu hal itu, dia hanya menguraikan arti keindahan menurut pandangan nya.
Bimantara tersenyum dan juga memandang Nara
"Tidak ada hal yang tidak berharga didunia ini. Semua tergantung bagaimana cara kita memandang" ungkap Bimantara lagi
Anara langsung mengangguk dan mendengus senyum, sepertinya Bimantara memang orang yang begitu lembut hingga tahu arti keindahan yang sesungguhnya.
"Anda memang orang yang melankolis" jawab Nara membuat Bimantara tertawa kecil
Siang itu, tawa dan senyum Nara terlepas karena kehadiran Bimantara. Tapi masalah juga akan datang karena dia telah dengan berani tersenyum untuk orang lain selain suaminya.
Tanpa mereka sadari, seseorang ada disana dan berhasil mengabadikan senyum indah Nara siang itu..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
💓🌹Nai_Zalfa🌹😘💓
oke aku mulai paham kyknya papa asli reynand di sekap dan posisi nya di oleh adiknya yg kebetulan berwajah sama,yg otomatis sifat nya juga berubah yg di artikan reynand dan ibu nya bahwa suaminya telah berubah pdhl itu orang lain.
2023-03-30
0
Nuranita
oala ya Allah....kasian nara.....tolong gerakin hatix utk berobat
2023-03-01
0
Esti Restianti
kayanya sudah mulai terbuka akar dari masalahnya apa,laki" yang bersama mama nya Cloe itu adalah kembaran ayahnya Rey,dia menyimpan dendam kepada kakaknya kayanya karna masalah harta,atau mungkin dulu di keluarganya dia terbuang atau tersisihkan,dan mamanya Cloe dendam sama ibunya Rey karna dulu kekasihnya di rebut ibunya Rey,jadi mereka bekerja sama untuk merebut harta dan menghancurkan keluarga Rey.
maaf kalau salah Thor🙏😁
2022-12-19
1