Menyerah Diantara Cinta Yang Terabaikan
Terik matahari begitu panas siang itu, membuat wajah pucat Anara langsung mengernyit dan dia sedikit menutupi dahi nya dengan tangan. Dia baru saja turun dari mobil yang berhenti tepat didepan sebuah rumah sakit besar dikota itu.
Anara menoleh sejenak kearah gapura rumah sakit, ini yang kedua kali nya dia menginjakkan kaki ditempat itu, setelah sebelum nya seminggu yang lalu dia juga kesini. Anara hanya menarik nafas nya sejenak, rasa sakit yang mendera pinggang nya beberapa minggu ini membuat nya terasa kesulitan untuk bergerak. Apalagi dia juga mempunyai banyak pekerjaan diperusahaan.
Anara Polie, wanita berumur dua puluh enam tahun yang terlahir dari keluarga kaya namun tetap harus bisa bekerja keras untuk membuat perusahaan nya tetap berdiri kokoh. Perusahaan peninggalan ibu nya yang dia bangun kembali dengan susah payah ditengah tengah tekanan ayah tiri yang selalu mengusik nya.
Anara berjalan masuk kedalam ruang pemeriksaan dimana dia sudah melakukan janji temu dengan dokter yang menangani keluhan nya.
Anara mengetuk pintu terlebih dahulu dan setelah mendengar sahutan dari dalam, dia langsung masuk. Seorang dokter pria paruh baya tampak tersenyum dengan lembut menyambut kedatangan nya. Dan Anara langsung duduk dihadapan dokter itu
"Nona Nara, anda datang sendiri?" tanya dokter Sebastian, Nara dapat melihat diname tag nya
"Ya" jawab Nara dengan anggukan tipis
"Anda tidak ditemani keluarga atau suami?" tanya dokter itu lagi, tangan nya sibuk mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam sebuah amplop cokelat
Anara langsung mengeryit dan terdiam, keluarga? Rasa nya dia sudah lupa jika dia mempunyai keluarga saat ini. Ayah nya sudah meninggal sejak dia masih berusia lima belas tahun, dan ibu nya menikah lagi dengan pria lain, namun ibu nya juga sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Nara hanya anak tunggal, meskipun dia mempunyai adik tiri, namun dia tidak menganggap itu sebagai keluarga nya, bagaimana mungkin dianggap keluarga jika mereka hanya menganggap Nara sebagai mesin cetak uang saja.
Sedangkan suami, Nara langsung tertunduk sedih, jangan kan untuk menemani nya kerumah sakit, untuk berbicara beberapa kata juga pria itu begitu enggan. Ya, Reynan Adiputra, pria dua puluh delapan tahun yang dinikahi nya sejak dua tahun lalu. Mereka menikah karena sesuatu hal, dan tentu nya bukan keinginan pria itu, sehingga sekarang rasa nya Nara hanya menjalani hari dan berjuang sendirian.
Hidup nya memang semenyedihkan itu.
Nara langsung memandang dokter Sebastian dengan gelengan pelan dan tersenyum tipis, senyum yang selalu dia buat untuk menutupi rasa pahit dihati nya.
Dokter Sebastian terlihat menghela nafas nya saat melihat beberapa tumpukan kertas yang berisi beberapa gambar dan tulisan tulisan rumit. Dia memandang Nara dengan senyuman tipis namun Nara tahu jika pandangan mata itu adalah pandangan mata mengiba.
Dia menyerahkan kertas kertas kehadapan Nara yang juga ikut tertunduk dan menatap nanar pada kertas yang hanya diam, namun menyimpan berita yang begitu besar.
"Hasil lab anda sudah keluar nona" ucap dokter Sebastian begitu hati hati
Nara masih diam, tangan nya langsung meraih kertas kertas yang belum dia mengerti apa isi nya, namun melihat ekspresi dokter Sebastian, seperti nya Nara tahu jika ini bukan hal yang sepele. Kening nya mengkerut saat membaca berbagai tulisan dan hasil lab nya kemarin.
Dia bukan orang yang mengerti tentang dunia kedokteran, namun sebagai orang awam dia tahu jika dia memang mengalami hal yang serius pada tubuh nya.
"Anda mengidap kanker ginjal hampir stadium tiga. Keadaan ginjal anda sudah parah dan harus segera ditangani" ungkap dokter Sebastian begitu menyesal, dia tahu seharusnya diusia semuda Nara, wanita ini masih bisa menjaga pola hidup nya dengan baik, namun yang terjadi dia sudah harus mengalami penyakit mengerihkan seperti ini.
Nara masih terdiam dengan pandangan yang begitu nanar, dokter Sebastian terus saja menjelaskan hal yang sebenar nya tidak dia mengerti. Yang Nara tahu, jika sudah begini pasti hidup nya tidak akan lama lagi. Ya, takdir begitu kejam bukan, disaat dia sedang memperjuangkan cinta suami nya, dia malah harus dihadapkan dengan kenyataan ini. Ini bukan kabar menyedihkan yang pernah Nara dengar, dia sudah cukup sering mengalami kepahitan dan kesedihan lain nya, apalagi tentang cinta nya. Tapi kenapa hati nya tetap saja belum bisa untuk kuat meski sudah ditempah berkali kali?
Mata Nara mengerjap beberapa kali dan meletakan kembali kertas kertas jahat itu diatas meja, begitu pelan dan lembut, mungkin karena rasa nya dia sudah kehilangan tenaga
"Nona Nara, sebaiknya anda segera dirawat agar mendapatkan penanganan secepat nya, penyakit anda masih bisa disembuhkan jika anda melakukan pengobatan sesuai dengan prosedur yang dianjurkan" ungkap dokter Sebastian
"Operasi?" tanya Nara dan dokter Sebastian langsung mengangguk dengan tenang
"Setidak nya ginjal anda yang telah rusak harus diangkat, dan jika memungkinkan anda harus mendapatkan donor ginjal secepatnya" kata dokter Sebastian lagi, wajah nya nampak tenang namun menyiratkan kesedihan yang mendalam, apalagi melihat wajah pucat Nara yang tampak lesu
"Jika aku tidak mendapatkan donor ginjal, apa aku akan.....mati?" tanya Nara dengan kerongkongan yang begitu terasa mencekat
Dokter Sebastian tidak ingin menjawab, dan Nara tahu apa jawaban nya, dia tahu penyakit ini memang berbahaya, mana ada kanker yang bisa sembuh, setiap orang yang menderita penyakit ini pasti akan berakhir begitu saja, lantas, apa yang harus dia lakukan?
Nara langsung tersenyum dan meraih kembali kertas kertas itu lalu memasukan nya kedalam tas
"Nona, anda harus segera bertindak sebelum sel kanker menyebar keanggota tubuh yang lain" dokter Sebastian terdengar mengingatkan Nara, namun Nara hanya mengangguk dan tersenyum tipis dengan mata yang berkaca kaca, dia sudah tidak tahan lagi untuk tidak menangis.
"Akan saya pertimbangkan dokter. Permisi" ucap Nara yang langsung berdiri dan meninggalkan ruangan itu.
Langkah kaki Nara berjalan gontai menuju parkiran mobil. Rasa nya dia ingin menangis sejadi jadi nya, mengeluarkan semua sesak dan sakit yang begitu mendera. Tidak cukupkah hati nya saja yang sakit, kenapa sekarang tubuh nya juga?
Nara duduk didalam mobil dengan pandangan begitu getir. Dia ingin menangis, namun dia merasa jika air mata nya sudah mengering dan terkuras habis. Dia butuh sandaran, namun yang dia harapkan sama sekali tidak memperdulikan.
Dua tahun Nara menjalani pernikahan dengan Reynand, setiap hari dia mencoba menjadi istri yang baik untuk pria itu, menyiapkan keperluan nya, memasak makanan yang enak untuk dia santap, dan juga melayani kebutuhan biologis nya meski harus selalu tersiksa dengan cara kasar pria itu. Semua Nara lakukan dengan hati yang sabar atas dasar cinta. Namun yang dia terima malah kesakitan yang terus menerus menggerogoti batin nya dan sekarang fisik nya.
Meski sekejap, namun Nara sempat membaca, jika penyakit yang dideritanya adalah karena pola hidup nya yang tidak sehat. Fikiran nya yang stres dan sering meminum obat obat penenang bahkan setiap malam dia selalu meminum obat tidur jika Reynand tidak pulang kerumah. Ya, sesusah itu dia berusaha menenangkan hati nya saat Reynand lebih memilih berdua dengan kekasih nya, dan sekarang tubuh nya lah yang terkena imbas nya.
Nara mulai melajukan mobil nya menuju rumah yang selama ini dia tinggali, rumah yang seharus nya menjadi tempat yang paling nyaman, namun nyata nya rumah itu adalah rumah yang hanya berisi dengan kesakitan.
Nara meringis perih saat dia rasa pinggang nya kembali berdenyut, seperti nya memang sudah hancur, maka dari itu dia selalu merasakan kesakitan seperti ini. Dengan cepat Nara turun dari mobil dan masuk kedalam rumah dengan sedikit berlari menuju dapur. Rumah itu tidak begitu besar, bahkan terkesan minimalis, namun jika sedang sakit begini semua terasa begitu sulit untuk diraih.
Tangan Nara bergetar menuangkan air kedalam gelas dan dengan cepat dia meminum hingga dua gelas bersamaan dengan obat pereda nyeri yang diberikan dokter Sebastian minggu lalu.
Nara terduduk lemas dengan keringat yang mengalir dikening nya, wajah nya semakin pucat, apalagi jika tengah kesakitan seperti ini.
Entah apa yang harus dilakukan nya, Nara benar benar bingung. Apa dia harus memberitahukan pada suami nya tentang penyakit nya, dan berkata jika dia sekarat sekarang? Jika begitu apa suami nya bisa berbelas kasihan kepada nya.
"Nona sudah pulang?" sapa bibi Jum, pekerja yang membantu Nara membersihkan rumah
Nara menoleh kearah nya dan tersenyum tipis
"Wajah nona pucat sekali, nona sakit?" bibi Jum kembali bertanya dengan wajah yang begitu cemas
"Enggak apa apa bi, cuma capek aja" jawab Nara
"Yauda, nona istirahat dulu, nanti bibi buatkan wedang jahe" kata bibi Jum dan Nara hanya mengangguk tipis. Ya, setidak nya disaat semua orang tidak memperdulikan nya, masih ada bibi Jum yang memberikan nya perhatian kecil
"Tuan tadi pulang sebentar, dia mau ngambil baju, kata nya mau pergi lagi" ucap bibi Jum yang kini sedang membereskan meja makan bekas tumpahan kopi, seperti nya Reynand sempat minum kopi tadi
Nara hanya mengangguk dan beranjak dari duduk nya. Reynand pasti pergi menemui Cleo, wanita yang menjadi cinta pertama nya, wanita yang juga sekarat dan selalu membutuhkan donor darah dari Nara. Wanita yang pernah ingin sekali dinikahi oleh Reynand namun Nara yang terlebih dahulu merebut posisi itu. Dan itulah yang membuat Reynand tidak pernah mencintai nya hingga kini. Mereka terjerat dalam hubungan cinta yang cukup rumit.
...
*Selamat datang dikarya baru aku, jangan lupa kasih like dan koment kalian ya guys.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Tio Oit
KEREN
2024-03-21
0
Tiana
judulnya hmmmm/Sob/
2023-10-07
1
guntur 1609
sungguh ironid
2023-10-01
1