Kau nyata, tapi seolah tak nyata untukku. Kau adalah pemeran utama dalam setiap cerita hidupku, tapi aku hanya menjadi figuranmu.
Kemanakah pulangku jika hadirku tak lagi kau rindu
Untuk sejenak, lihatlah cintaku
Cinta yang semakin kuat meski hari berlalu
Namun akan lebur bersama tubuh yang kau bunuh
....
Lagi lagi, pagi Nara disambut dengan hujan yang merintik sejak semalam. Dia sudah berdiri didepan rumah menunggu hujan reda, namun nampak nya semesta lagi lagi masih tidak ingin berpihak padanya.
Mata Nara tampak membengkak dengan wajah pucat yang tertutupi make up cerah, pandangan mata yang sayu itu seolah menggambarkan musim hujan yang terus mendera dibulan kesepuluh tahun ini.
Entah kapan rasa sakit dan semua beban yang dia rasakan akan hilang. Saat ini Nara seperti menjadi orang yang tidak tahu bersyukur, dia merasa jika hidupnya benar benar menyedihkan. Perusahaan yang hampir bangkrut, suami yang masih tidak bisa menerima nya, dan tubuhnya yang sudah mulai sekarat. Miris sekali bukan.
Pandangan mata Nara menengadah, menatap langit yang masih betah menangis. Haruskah dia seperti ini terus, menangis terus menerus tanpa orang perduli? Padahal dia masih bisa makan, masih diberi nafas untuk hidup disetiap pagi, masih diberi kesempatan untuk melihat orang orang yang dia sayangi. Apa dia harus melupakan nikmat yang tersisa hanya karena dia merasa beban hidupnya begitu berat. Tidak, tidak boleh. Nara masih hidup, berarti Tuhan masih mempercayakan nya untuk tetap bertahan dan semangat untuk menjalani sisa waktunya.
Lamunan Nara langsung meredup saat sebuah mobil berhenti didepan pagar rumah nya. Seseorang keluar dengan sebuah payung biru muda. Berjalan sedikit berlari mendapati Nara yang berdiri didepan teras rumah minimalis itu.
"Ah, hari selalu hujan. Bahkan aku sudah mengganti jaket ku tiga kali pagi ini" gerutu Arya. Tangan nya mengusap jaket yang membalut jas kerja nya
Nara tersenyum. Dia meraih tas yang ada dikursi dan merapatkan kembali jaket ditubuhnya
"Tidak ada guna nya menggerutu. Ayo pergi" ajak Nara
Arya melirik sekilas kedalam rumah yang tampak sepi dan sudah dikunci oleh Nara. Gelap dan tampak suram
"Kamu sendirian?" tanya Arya menatap Nara yang masih sibuk dengan jaket nya
"Hmm, Reynand sudah pergi duluan" jawab Nara
"Pergi duluan atau tidak pulang" sindir Arya
"Sudah lah ayo pergi, kamu sudah seperti wartawan saja" sahut Nara yang meraih payung ditangan Arya dengan cepat. Malas sekali dia membahas hal itu. Arya pasti akan bertanya lebih jauh. Bahkan yang ditanyakan saja entah dimana keberadaan nya. Setelah malam tadi, setelah Nara memelas dan memohon, Reynand langsung pergi dari rumah itu, tidak tahu kemana, mungkin kerumah utama nya, atau rumah Cleo?
"Kamu jika tidak ada wartawan seperti ku, matipun kamu tidak akan ada yang tahu" sahut Arya yang mengejar langkah Nara untuk masuk kedalam mobil
Nara duduk didalam mobil dan langsung menyalakan pemanas didalam mobil nya. Suhu udara benar benar rendah membuat tubuh nya sedikit menggigil kedinginan. Tangan nya beberapa kali saling mengusap, berharap kehangatan dia dapatkan dari sana.
"Kamu sudah meminum obatmu?" tanya Arya yang mulai menjalankan mobil menuju perusahaan Polie
"Sudah" jawab Nara, mata nya memandang kearah luar jendela dimana jalanan tidak begitu ramai oleh pengendara lain
"Jadi apa kamu sudah memikirkan untuk menyisakan sedikit waktu mu dirumah sakit?" tanya Arya lagi
Nara melirik Arya sekilas dan menggeleng pelan
"Belum, kamu tahu perusahaan Polie masih membutuhkan kerja kerasku, jika aku dirawat, bagaimana nasib ratusan karyawan itu" jawab Nara
"Kamu memang keras kepala, selalu memikirkan orang lain tapi diri sendiri sudah hampir menyerah" gerutu Arya
Nara hanya tersenyum tipis menanggapi nya.
Mata Nara langsung mengerjap pelan saat tiba tiba mobil yang Arya kemudikan berhenti mendadak. Dan dapat Nara lihat didepan sana ada seorang gadis dengan jas hujan merah muda nya berdiri ditengah jalan menghambat perjalanan mereka.
"Siapa itu?" gumam Arya
Gadis bermantel itu tampak berlari kecil dan mendekati mobil Nara. Dia mengetuk kaca mobil Arya dengan pelan.
Arya melirik Nara yang mengangguk pelan. Mungkin gadis itu butuh pertolongan, fikirnya.
Dan benar saja, saat ini wajah gadis itu tampak begitu cemas dan khawatir. Meski basah dengan air hujan, namun Nara tahu jika dia habis menangis, bahkan sisa isak tangis nya masih ada.
"Tuan, tolong bantu saya" pinta gadis itu dengan begitu memelas
"Ada apa?" tanya Arya heran, apalagi wajah gadis itu yang terlihat menyedihkan
"Ibu saya masuk rumah sakit, mobil saya mogok. Saya tidak tahu harus meminta tolong pada siapa. Bisakah tuan mengantarkan saya kerumah sakit?" tanya gadis itu dengan bahasa yang sedikit berantakan karena nafas nya yang tersengal
"Tapi nona..." Arya terlihat menolak, namun Nara langsung membuka pintu mobil dan sedikit mengintip keluar
"Masuklah" ajak Nara
Gadis itu tampak begitu senang, dia langsung tersenyum dan segera melepas jas hujan nya dan mencampakkan nya begitu saja. Nara yang melihat nya hanya tersenyum tipis. Dia menggeser duduk nya dan membiarkan gadis itu duduk disamping nya.
"Nona terimakasih" ucap gadis itu menatap Nara dengan begitu haru.
Nara tersenyum dan mengangguk. Gadis muda yang sangat cantik.
"Kerumah sakit mana?" tanya Nara
Gadis itu tampak terdiam sejenak, mungkin sedang mencoba mengingat rumah sakit mana yang disebutkan oleh pelayan nya tadi
"Rumah sakit Medica Putri" gumam nya
"Iya nona, rumah sakit itu" ucap nya lagi
"Tapi itu lumayan jauh dari sini Nara. Kita bisa terlambat meeting" kata Arya keberatan. Gadis cantik itu tampak muram, namun Nara langsung mengusap lembut lengannya dan menoleh pada Arya
"Tidak apa apa, meeting bisa ditunda. Kita antar dulu dia" jawab Nara
"Nona" lirih gadis itu dengan mata yang berkaca kaca
"Ibu kamu sakit?" tanya Nara lagi. Namun gadis itu malah menggeleng pelan dengan mata yang berkaca kaca
"Tidak tahu, malam tadi ibu masih baik baik saja. Tapi pagi ini pelayan dirumah bilang ibu jatuh dikamar mandi" jawab gadis itu
"Dia pasti baik baik saja" kata Nara mencoba menenangkan perasaan gadis itu
"Apa kamu sudah menelpon orang untuk mengambil mobil kamu?" tanya Nara
"Tidak nona. Saya baru tiga hari di Indonesia, saya kuliah di London. Pagi ini saya berniat untuk jalan jalan, tapi mobil malah mogok, dan sial nya ibu saya juga kecelakaan. Saya tidak tahu ingin menghubungi siapa. Saya tidak berani menghubungi kakak saya yang entah dimana" gerutu nya terdengar sedih
"Hujan begini kenapa juga kamu jalan jalan. Aneh" sahut Arya dari depan. Kelihatannya dia masih kesal karena harus menolong gadis ini
"Saya jalan jalan sekalian ingin mencari kakak saya tuan sopir. Sudah beberapa hari dia tidak pulang" jawab gadis itu.
"Yang ada kamu yang tersesat dikota besar ini. Lihat untuk meminta tolong orang lain saja kamu tidak tahu" gerutu Arya, gadis itu hanya mengerucutkan bibir nya dengan kesal
"Yo, sudah lah" kata Nara menengahi perdebatan mereka berdua
"Siapa nama kamu?" kini Nara beralih pada gadis itu
"Zelina nona, Zelina Adiputra" jawab gadis cantik itu
Nara terdiam, membeku ditempat nya. Matanya menatap lekat wajah gadis muda ini. Zelina Adiputra. Adiputra? Bukankah itu juga nama belakang Reynand. Apakah mereka saudara?
Arya juga tampak terkesiap didepan kemudi, dia melirik Nara sekilas dan kembali fokus pada kemudi nya
"Nona" panggil Zelina.
"Kenapa nona menatap saya seperti itu?" tanya Zelina lagi. Dia merasa aneh kenapa Nara menatapnya seperti terkejut begitu.
Nara langsung menggeleng dan tersenyum sedikit
"Tidak, nama kamu cantik, sama seperti orang nya" jawab Nara
"Nona pandai merayu. Padahal nona jauh lebih cantik dari saya. Jika boleh tahu, siapa nama nona?" tanya Zelina
"Panggil saja Nara" jawab Nara
"Baiklah, nona Nara" jawab Zelina
Disepanjang perjalanan menuju rumah sakit yang memakan waktu hampir dua jam, mereka lebih banyak diam. Apalagi Nara, dia hanya tidak membayangkan jika benar gadis ini adalah saudara Reynand, berarti Zelina adalah adik iparnya. Dan sekarang dia sedang pergi menuju rumah sakit tempat dimana mertuanya dirawat. Yah, lelucon yang begitu lucu bukan. Hidup sebagai suami dan istri selama dua tahun tapi hanya dibalik layar. Bagaimana keluarga Reynand bahkan Nara tidak tahu.
Dia hanya pernah beberapa kali bertemu dengan ayah Reynand, itupun dalam acara penting diperusahaan nya sebagai tamu undangan, bukan sebagai menantu.
Mobil berhenti tepat didepan rumah sakit besar, membuat jantung Nara seketika bergemuruh, apalagi saat Zelina mengajak nya masuk dan melihat ibunya. Nara ingin, ingin sekali, tapi bagaimana jika dia bertemu dengan Reynand? Apa pria itu tidak akan mengusirnya, atau bahkan menyeret nya dengan paksa?
"Nona, ayolah. Saya takut jika harus masuk sendiri" pinta Zelina dengan begitu memelas. Bukan Nara yang kesal, tapi Arya
"Kami sudah jauh kemari, dan kamu masih memaksa juga" gerutu Arya
"Tapi saya tidak bisa lama ya" kata Nara dan Zelina langsung mengangguk cepat
"Iya nona, tidak apa apa. Ayo" ajak Zelina yang langsung keluar dari mobil nya dan sedikit berlari masuk kelobi rumah sakit
"Nara kamu yakin masuk kedalam, bukan nya jika dia adik Reynand, maka kamu yang akan mendapatkan masalah" ucap Arya. Sebab dia tahu pernikahan mereka tidak ada yang tahu, bahkan Nara tidak diperbolehkan untuk menemui Reynand jika diluar
"Hanya sebentar. Jika memang ada Reynand. Aku tidak akan masuk. Bukankah tadi dia bilang jika kakak nya sudah beberapa hari tidak pulang" jawab Nara. Dia meraih tas nya dan keluar menyusul Zelina yang sudah tidak sabar menunggu nya
Arya langsung menggeleng cemas. Anara memang keras kepala. Bukan nya menyerah, dia malah bersikap baik pada keluarga Reynand.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Putri Minwa
semangat terus
2023-04-02
1
Mhey
bodoh kali lah kau ini nara🤣
2023-02-27
1
Nala Ratih Soemarna
Keluarga nya saja tidak ada yang tau, mereka punya menantu, miris bet nasib u Nara
2023-02-07
1