Cengkraman tangan kekar itu benar benar membuat lengan nya berdenyut ngilu. Reynand menarik nya sangat kuat seakan penuh dendam dan kemarahan. Entah apa yang terjadi pada lelaki ini, kenapa dia bisa tahu Nara ada ditoilet dan kenapa dia malah menyusulnya kemari, bahkan menarik nya dengan paksa kesebuah lorong yang begitu sepi.
"Eughh" Nara langsung melenguh saat tubuhnya dihempaskan kedinding dengan kasar. Reynand langsung mencekik leher Nara dengan kuat membuat Nara langsung memejamkan matanya karena menahan sakit dan sesak yang datang bersamaan. Apa Reynand akan membunuhnya disini? Apa dia tidak akan takut ada orang yang akan melihat mereka.
"Kamu memang seperti ****** yang menjual tubuhmu pada semua lelaki" ungkapan Reynand benar benar terasa begitu tajam dan menghunus.
Nara membuka matanya perlahan dan memandang wajah tampan yang tampak begitu beringas. Apa dia marah?.
"Apa maksudmu?" tanya Nara dengan suara yang terputus putus, nafas nya benar benar sesak karena cekikan dilehernya, bahkan dia merasa dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi jika Reynand masih mencekik nya begini
Reynand tersenyum sinis dan mendekatkan wajah nya kewajah Nara yang mulai memerah kehabisan nafas
"Kamu sengaja merayu Bimantara agar dia menolong perusahaan mu bukan" tuding Reynand dengan kilatan matanya yang begitu tajam.
Nara terdiam, tangan nya masih memegang lengan Reynand yang masih mencekik leher nya. Kenapa fikiran Reynand selalu seperti ini, kenapa dia tidak pernah berbaik sangka sedikitpun pada istrinya sendiri?
"Kamu memang wanita yang licik Nara. Bisa bisa nya kamu menghalalkan segala cara untuk ambisi mu, menjijikkan" desis Reynand semakin mengeratkan cengkraman nya dileher Nara, membuat Nara semakin kesulitan untuk bernafas
"Rey......lepas..." pinta Nara sekuat tenaga nya
"Aku tidak suka dipermainkan, apa kamu masih kurang puas dengan ku selama ini ha" ucap Reynand lagi. Dia benar benar tidak bisa mengontrol emosinya sekarang. Apalagi melihat Nara dan Bimantara tadi, entah kenapa dia ingin menghancurkan mereka berdua jika tidak ingat dengan situasi dan kondisinya. Dia tidak suka dipermainkan, dan Anara, dia seolah menabur genderang perang yang memang sedang bergejolak dihati Reynand.
Reynand menarik leher Nara dan mendekatkan wajah itu kepada nya. Cekikan dileher Nara terlepas dan berganti dengan tengkuk nya yang diraih kasar oleh Reynand. Bahkan Nara belum sempat untuk menarik nafas namun Reynand sudah kembali menyerang bibir nya dengan begitu buas. Nara memukul mukul dada Reynand, namun lelaki itu tidak perduli. Dia terus saja memangsa bibir merah yang terasa begitu dingin, entah kenapa dia seolah ingin melampiaskan semua kekesalan hatinya pada Nara.
Nara sudah seperti kehabisan nafas saat Reynand tidak juga melepaskan bibirnya, hingga dia mulai lunglai barulah Reynand melepaskan nya. Dan tentu saja itu membuat Nara langsung rebah kepelukan Reynand yang dengan segera menangkap nya.
Tubuh Nara tidak bisa lagi berdiri, dia lemas karena kesulitan bernafas, apalagi pinggang nya yang berdenyut dengan kuat membuat nya hampir tidak sadarkan diri.
Reynand berlutut dan memangku kepala Nara. Dia sedikit menepuk wajah Nara yang begitu pucat dan dingin. Apa Nara pingsan, batin nya. Tapi dia sedikit bernafas lega saat melihat mata Nara kembali terbuka dan memandang nya begitu sayu dan sendu.
"Apa jika aku mati kamu akan senang?" tanya Nara begitu pelan dan lemah
"Kamu tidak akan mati dengan mudah" desis Reynand begitu tega. Dia masih memangku kepala Nara yang memang terlihat sangat lemah, dan sebenar nya Reynand tahu itu, tapi entah kenapa hatinya seakan masih membatu dan masih ingin melihat Nara kembali memohon ampun padanya
Nara tersenyum tipis dan kembali memejamkan matanya. Mencoba menarik nafas nya perlahan dengan ringisan diwajah nya
"Apa kamu marah melihat ku bersama dengan lelaki lain?" tanya Nara lagi
Reynand terdiam dan memandang Nara dengan tajam, Nara kembali membuka matanya dan memandang wajah marah itu
"Kamu tahu tidak ada seorang pun yang berani mempermainkan ku seperti dirimu didunia ini" jawab Reynand
"Aku tidak mempermainkan mu, aku hanya ingin kamu tahu bagaimana melihat seseorang yang telah menjadi milik kita dekat dengan orang lain. Rasanya sakit Rey" ungkap Nara begitu lirih.
Reynand mendengus sinis, dan melepaskan kepala Nara hingga gadis itu langsung terhempas kelantai. Nara meringis menahan sakit dikepala dan pinggang nya. Reynand memang benar benar tega.
"Sakit mu belum seberapa, aku akan menambah nya dengan luka yang baru karena kamu sudah berani mempermainkan aku malam ini" bisik Reynand begitu mengerihkan.
Nara hanya diam dan menggigit bibirnya menahan sakit. Dia memiringkan tubuhnya dan berusaha untuk bangun, namun percuma, dia sudah tidak punya tenaga lagi.
"Nara" panggil seseorang dari jauh. Reynand langsung menoleh, dia tahu itu pasti Arya yang mencari Nara. Ya, memang hanya pria itu yang memperdulikan Nara selama ini
"Kamu tunggu aku dirumah" desis Reynand yang kemudian langsung beranjak dan pergi meninggalkan Nara dengan begitu tega.
Nara memandang kepergian Reynand dengan hati yang begitu sakit. Kenapa ada orang sekejam Reynand didunia ini. Kenapa dia tidak bisa mempunyai hati sedikitpun. Apa dia tidak bisa melihat kesakitan Nara sedikitpun. Apa dia tidak kasihan sedikit saja pada Nara, sedikit saja, kenapa dia begitu kejam, dan sayang nya lelaki yang kejam itu adalah suami nya sendiri.
Nara menelungkupkan wajah nya dan menyembunyikan air mata nya disana, apalagi melihat Arya yang datang dengan sedikit berlari. Dia langsung mengusap air matanya yang mulai mengalir. Sejak tadi dia tidak menangis meski Reynand menyakitinya, tapi kenapa setelah lelaki itu pergi, rasa sakitnya begitu terasa?
"Nara, ya Tuhan, kenapa kamu disini?" tanya Arya begitu panik. Dia langsung membantu Nara untuk duduk dan merapikan rambut Nara yang berantakan
"Pinggang ku sakit Yo" jawab Nara dengan ringisan diwajahnya
"Kenapa kamu tidak bilang, ayo kita pulang" ajak Arya yang kembali membantu memapah Nara untuk berdiri. Membawa Nara pulang melewati pintu belakang gedung.
Malam yang berat untuk Nara, rasa sakit dan kesedihan nya seolah bercampur menjadi satu, dan entah sampai kapan dia akan mendapatkan setitik kebahagiaan seperti mereka diluar sana.
....
Hari sudah larut malam, bahkan hujan mengguyur dengan sangat deras dimalam itu. Nara sudah berada dirumahnya. Arya ingin membawa nya kerumah sakit, namun Nara menolak, karena untuk apa dibawa kerumah sakit. Hasil nya akan tetap sama. Rasa sakit itu tidak akan pernah hilang meski sudah diobati. Ya, begitu lah pemikiran Nara, hingga saat ini dia harus kembali menahan sakit yang teramat luar biasa dipinggang nya. Dia baru saja menelan dua butir obat sekaligus, berharap rasa sakit itu bisa sedikit berkurang dan dia dapat tertidur dengan damai malam ini.
Nara duduk meringkuk diatas sofa, tubuhnya berbalut selimut tebal untuk menahan dingin yang terasa menggigit. Dia masih belum bisa membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur, karena jika dia berbaring, rasa sakit itu datang lagi, dan matanya juga belum bisa terpejam. Alhasil dia hanya duduk memandang nanar keluar jendela dimana hujan membasahi taman samping rumah nya.
Mata Nara berkaca kaca. Disetiap hujan seperti ini, entah kenapa dia selalu merasa kesedihan itu seperti berkali lipat terasa sakit nya. Dan sayang nya, hujan hampir setiap hari, sehingga dia merasakan kesedihan yang tiada berhenti setiap harinya juga.
Ya, bukankah takdir terasa begitu kejam.
Nara ingin selalu menjadi orang yang bersyukur. Bersyukur atas segala nikmat yang pernah dia peroleh. Tapi hati kecilnya juga selalu membangkang, selalu ada harapan yang terlintas begitu saja meski Nara tidak ingin berharap. Selalu ada rasa sesak yang membuat nya ingin menyerah pada kejam nya dunia ini. Tapi juga rasa cinta yang membuat nya menjadi keras kepala dan membiarkan orang orang itu terus menerus menyakitinya tanpa henti.
Nara lelah, dia ingin pergi, tapi bagaimana dengan sesuatu yang belum terungkap itu. Apa dia akan membiarkan mereka menjalankan rencana nya begitu saja? Dan membiarkan orang yang dia cintai hancur dan tidak tersisa? Tidak, Nara tidak bisa sekejam itu. Hati Nara bukan terbuat dari batu, meski sudah disakiti berkali kalipun, rasa cintanya masih tetap ada.
Nara merebahkan kepala nya disandaran sofa. Mencoba memejamkan mata yang sebenar nya belum ingin terpejam. Ada rasa sakit, rindu, dan ketakutan yang begitu besar didalam hatinya, sehingga dia selalu sulit untuk memejamkan matanya setiap malam.
Nara mencoba merilekskan semua fikiran buruk yang ada dikepalanya, berharap suara hujan diluar sana juga bisa membawa pergi semua rasa sakit nya.
Namun tiba tiba saja pintu kamar nya terbuka dengan kasar membuat Nara langsung terlonjak kaget.
Matanya melebar saat melihat Reynand berdiri diambang pintu dengan wajah yang begitu kelam, memandang dirinya dengan tatapan yang benar benar tajam dan menghunus.
Tubuh tinggi yang tertutupi dengan jaket tebal itu terlihat begitu mengerihkan untuk Nara. Dia langsung beringsut merapat kesofa saat Reynand mendekat kearah nya dengan tatapan yang begitu buas. Seolah olah ingin menerkam nya dengan sadis.
Ada apa dengan lelaki ini, kenapa dia datang dengan wajah yang seperti ini. Apa dia belum puas hampir membunuh Nara dihotel tadi. Apa dia akan melanjutkan penyiksaan nya lagi sekarang.
"Kamu takut Anara" desis Reynand dengan suara berat nya
"Mau apa?" tanya Nara begitu lirih
Reynand tersenyum begitu sinis. Dia membuka jaket nya dan mencampakkan nya begitu saja kesembarangan arah. Memandang Anara dengan penuh nafsu dan rasa kesal yang begitu mendalam. Malam ini hatinya benar benar dibuat bergejolak dengan sangat oleh Anara. Dia tidak bisa untuk tidak melampiaskan nya sekarang. Anara harus tahu siapa Reynand Adiputra yang sesungguhnya.
"Kamu harus tahu siapa aku. Agar kamu tidak lagi bisa mempermainkan aku sesuka hatimu" Reynand kembali membuka baju kemeja nya, hingga menampakkan tubuh kekar nya yang begitu berkahrisma. Tapi untuk malam ini, Nara benar benar takut melihat tubuh itu. Dia tahu apa yang ingin dilakukan Reynand. Dia pasti ingin melampiaskan nya ketubuh Nara. Tidak, dia tidak boleh melakukan nya. Saat ini tubuh Nara sedang drop, bahkan darah masih terus mengalir sejak tadi dibawah sana. Jika dia melakukan itu, maka Nara akan benar benar bisa mati.
"Rey jangan" pinta Nara begitu memelas. Namun Reynand tidak perduli, ada sesuatu yang membuat hatinya begitu murka malam ini. Melihat Nara bersama lelaki lain, dan juga perkataan Cleo yang membuat hatinya lagi lagi tidak menentu, membuatnya tidak bisa diam dan mengontrol emosinya.
Reynand langsung menarik selimut ditubuh Nara, membuat Nara juga ikut tertarik dan jatuh terjerembab dibawah sofa
Nara hanya mampu meringis, namun dia tidak bisa berbuat apa apa selain melawan. Matanya memandang takut Reynand yang langsung menarik nya dengan kuat dan menghempaskan nya kembali kesofa
"Sakit Rey" gumam Nara namun Reynand tetap tidak perduli. Dia kembali mendekatkan wajahnya kewajah Nara dan menyerang bibir itu dengan buas. Tentu saja Nara tidak berkutik, dia hanya mampu memukul mukul dada telanjang itu dengan penuh harap. Nafasnya baru saja kembali tapi Reynand sudah mencoba merebutnya kembali.
Reynand melepaskan ciuman nya saat lagi lagi Nara terkulai begitu lemah seperti tidak bertenaga sama sekali
"Jangan, aku.... aku berdarah Rey" kata Nara dengan nafas yang terputus putus dengan tubuh yang merebah diatas sofa
Reynand menarik rambut Nara dengan kasar
"Kau mau membohongiku haa" bentak Reynand yang emosi karena Nara mencoba menolak nya secara halus
Namun Nara langsung menggeleng pelan, dia sedikit membuka paha nya yang malam itu memang hanya menggunakan drees tidur tipis bewarna biru muda.
Reynand melirik kearea paha Nara dimana memang ada bercak darah ada disana, bukan lagi bercak, melainkan darah yang mengalir dan cukup banyak membuat dress itu bewarna merah dan basah.
Reynand terkesiap dan langsung melepaskan cengkraman nya dari rambut Nara. Dia mundur kebelakang dan menatap ngerih Nara yang ternyata memang berdarah, atau malah pendarahan?
"Nara kamu" ucapan Reynand langsung terhenti saat kepala nya tiba tiba saja pusing dan dia sedikit oleng.
Nara ingin beranjak dan mendekat kearah nya, namun Reynand malah semakin mundur dan memegang kepala nya dengan wajah yang meringis
Dia langsung memutar tubuhnya dan keluar dari kamar Nara dengan langkah terhuyung huyung.
Nara memandang bingung kepergian Reynand, apa yang terjadi dengan pria itu? Kenapa dia langsung memegang kepalanya ketika melihat darah Nara? Apa dia mabuk darah? Namun Nara langsung menggeleng, tidak mungkin Reynand mabuk darah. Dulu sewaktu mereka masih remaja Reynand bahkan bisa memukul orang orang yang ingin menculik Nara hingga kepala mereka pecah. Tapi apa yang terjadi pada Reynand sekarang?????
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Roselya Roselya
anara goblok
2024-05-23
1
christina paya wan
sampai bab 18 tp Jln cerita yg sama brulang2.Anara yg bodoh
2023-09-14
2
Listati Manalu Tati
tor jgn terlalu sadislah buat cerutanya
2023-04-04
1