Detik jam dinding disebuah ruangan bewarna putih yang beraroma obat obatan dan karbol menyambut mata Nara yang mulai terbuka perlahan. Tubuh nya lemas bahkan mata nya masih belum bisa melihat dengan jelas. Dia hanya berusaha melirik pelan dimana dia kini telah berada. Kamar rumah sakit, apa yang terjadi? Nara memejamkan mata nya dengan lembut, mencoba mengingat kembali apa yang telah membuat nya berada ditempat ini. Ya, dia ingat, ada rasa sakit yang menekan nya begitu kuat hingga dia tidak sanggup lagi bertahan tadi. Dan Nara yakin yang membawa nya kemari adalah Arya.
Pintu kamar nya terbuka, menampakan Arya yang masuk dengan wajah yang tidak bisa diartikan. Rasa kecewa, sedih, iba dan khawatir yang mendalam terpancar jelas diwajah lelaki itu. Meski dia hanya menatap datar pada Nara, namun Nara tahu arti pandangan itu, mereka sudah lama hidup berdua.
"Kamu sudah bangun" ucap nya sembari berdiri dan menghadap Nara ditempat tidur
"Bukankah kita harus kekota B?" tanya Nara. Dia berusaha untuk tidak terlalu memikirkan tentang kondisi tubuh nya. Membuat Arya tampak menghela nafas lelah.
"Disaat saat seperti ini kamu masih memikirkan pekerjaan. Apa kamu masih punya akal Nara" kata Arya yang tidak bisa lagi membendung emosi nya. Sebagai teman dekat Nara, Arya merasa tidak berguna, bagaimana mungkin dia tidak bisa tahu jika telah terjadi sesuatu yang mengerihkan pada Nara.
Nara tersenyum, mata nya memandang langit langit kamar yang terasa jauh
"Kamu sudah tahu" gumam nya
"Bahkan kamu merahasiakan masalah sebesar ini dariku" jawab Arya tidak habis fikir. Dia meneliti seluruh tubuh Nara yang memang sudah sangat berubah jauh, layu, kurus dan pucat. Bagaimana mungkin Nara yang dia kenal gadis kecil yang takut sakit bisa menahan sakit karena serangan kanker ginjal. Sungguh Arya benar benar masih tidak menyangka
"Kamu harus melakukan pengobatan Nara" kata Arya lagi
Nara hanya melirik nya sekilas dan kembali memandang langit langit kamar
"Apa dengan begitu aku bisa sembuh?" tanya Nara. Arya tampak terdiam, dia sudah berdiskusi dengan dokter Sebastian tadi. Kebetulan Nara memeriksakan penyakit nya dirumah sakit di tempat dan pada dokter yang sama pula. Jadi sedikit banyak nya Arya tahu jika penyakit Nara cukup serius, apalagi dia memiliki golongan darah yang begitu langka
"Kamu pasti sembuh" jawab Arya pelan
Nara tersenyum dengan getir, mata nya membendung air kembali
"Kamu sudah tahu jawaban nya Yo. Penyakitku seperti daun yang telah membusuk, tidak perduli seperti apa dirawat kembali, tetap akan berakhir ditanah" jawab Nara
"Nara, masih ada peluang. Bagaimana kamu bisa tahu jika kamu tidak mencoba nya. Kamu bisa bekerja siang dan malam, juga bisa menghabiskan waktu dua tahun untuk menyenangkan lelaki yang tidak mencintaimu, tapi kenapa kamu tidak bisa meluangkan sedikit waktu untuk tubuh mu sendiri?" tanya Arya begitu miris.
Nara masih berusia dua puluh enam tahun, masih muda. Seharusnya dia sehat, bahagia dan bisa menikmati hidup nya, bukan nya mengabdikan diri dengan pernikahan yang menyakitkan, mengurung diri dalam tekanan pekerjaan, ditambah dengan siksaan penyakit nya yang sekarang.
Arya berjalan mendekat dan mengusap pucuk kepala Nara dengan lembut dan penuh kasih, seperti yang selalu dia lakukan jika Nara sedang ketakutan dengan sesuatu seperti waktu dulu
"Dokter Sebastian berkata, kamu masih memiliki peluang untuk bertahan. Aku sudah meminta nya untuk mencari pendonor ginjal buat kamu, kamu pasti akan......" perkataan Arya langsung terhenti saat melihat Nara menjatuhkan setitik air mata disamping wajah nya
"Kamu bahkan tahu jika aku memiliki darah yang langka. Apalagi pendonor ginjal" jawab Nara yang tersenyum dengan begitu getir
"Nara" gumam Arya menatap lirih Nara yang berwajah pucat. Dia sakit tapi dia tetap selalu menampilkan senyum nya. Bahkan ini bukan Nara yang dia kenal dulu. Nara yang dulu adalah Nara yang manja, ceria dan polos. Sekarang, Nara nya telah berbeda, Nara yang penuh dengan kepalsuan dan ketidakberdayaan yang hampir membunuh nya
"Lupakan Yo, aku hanya harus bertahan saja sampai masa kontrak ku didunia habis. Setelah itu bukankah semua nya hilang" ungkap Nara. Ya, hanya bertahan sampai batas waktu dia bisa bertahan. Rasa sakit yang dia derita, rasa sedih, kecewa dan beban yang dia tanggung selama ini tidak akan dia rasakan lagi. Hanya perlu bertahan.
Tatapan mata Nara sangat kosong, seperti tidak ada keinginan untuk bertahan hidup lebih lama. Dan tentu saja itu membuat Arya benar benar sedih.
"Nara, aku tahu kau sudah merasakan semua kebahagiaan dan penderitaan hidup sekaligus. Aku mengenal mu sebagai gadis yang ceria dan penuh semangat. Lalu kemana Nara ku yang dulu? kenapa kau malah tidak ingin melanjutkan hidup mu dengan lebih baik?" tanya Arya
Nara memandang Arya dengan senyum tipis
"Semua orang punya masa nya masing masing Yo. Aku hanya sedang menunggu masa ku datang dan tidak ingin lagi memaksakan kehendakku, yang akhirnya akan berujung dengan kesakitan lagi" jawab Nara
Ya, dia hanya bisa pasrah. Lima belas tahun Nara hidup dalam kebahagiaan yang berlimpah, kasih sayang, cinta dan semua nya telah dia dapatkan. Dan sebelas tahun setelahnya baru lah roda berputar drastis. Kebahagiaan Nara hilang dan berganti dengan beban yang sangat berat.
Mempertahankan perusahaan yang diambang kehancuran, mencintai lelaki yang hanya memberinya rasa sakit, dan bertahan menahan sakit yang semakin lama semakin menggerogoti tubuh nya, membuat Nara tidak bisa lagi menjadi gadis manja dan polos seperti dulu.
Takut, tentu saja dia takut. Sedih? sudah pasti. Tapi untuk apa mengeluh, Nara tidak ingin lagi memaksakan sesuatu, sudah cukup sekali dia memaksakan kehendak nya dulu untuk memaksa Reynand menikah dengan nya, dan hanya berujung dengan rasa sakit yang tiada tara sekarang.
Arya hanya diam dan tertunduk. Nara memang keras kepala, tapi bagaimana pun Arya akan tetap membuat nya ingin untuk menjalani pengobatan
"Apa Reynand tahu kamu sakit?' tanya Arya. Membuat lamunan Nara memudar dengan sendiri nya
"Tidak, dan dia tidak perlu tahu" jawab Nara. Reynand tidak akan perduli. Bahkan dia mungkin senang jika Nara mati.
Arya terdiam, dan dia hanya bisa menghela nafas nya kembali sembari mengeluarkan dua botol obat dari dalam saku nya
"Dokter Sebastian sudah pulang, dia memberikan ini untuk mu. Hanya obat pereda nyeri. Kamu harus meminum nya jika tidak ingin suami mu tahu" ucap Arya
Dan Nara hanya mengangguk saja
.....
Hari sudah pukul sepuluh malam saat Nara tiba dirumah. Arya yang mengantar nya, bahkan lebih tepat memaksa nya.
Rumah tampak sepi, namun lampu diruang tengah telah menyala. Apa bibi Jum yang menyalakan nya.
Nara memutar knop pintu, dan ternyata tidak dikunci. Dia langsung masuk kedalam dengan tubuh yang sedikit lebih baik setelah menghabiskan dua botol infus dan obat pereda rasa sakit tadi. Kepergian nya kekota B terpaksa dibatalkan karena tubuh nya yang tiba tiba saja tumbang.
Mata Nara sedikit mengerjap saat melihat penampakan seorang lelaki yang duduk diruang tamu dibawah kegelapan sedang duduk dan menatap nya dengan tajam. Reynand, suami nya ada dirumah, tumben sekali, batin Nara. Tapi kenapa mobil nya tidak ada didepan?
"Kamu sudah pulang. Maaf aku terlambat" ucap Nara dengan senyum manis seperti biasa
Nara menghidupkan lampu diruangan itu sehingga wajah tampan nan tajam itu tampak dengan jelas.
"Apa kamu suka bersenang senang diluar sana?" tanya Reynand dengan begitu dingin
"Maksud kamu apa?" tanya Nara tidak mengerti. Dia masih berdiri didepan kursi yang membatasi jarak mereka berdua
Reynand berdecih sinis. Dia memperhatikan seluruh lekuk tubuh Nara dan terakhir berakhir dipunggung tangan Nara yang dibalut perban kecil. Ada rasa ingin tahu, tapi ego langsung menghempas keingintahuan nya itu
"Aku sudah membuat keputusan" kata Reynand tiba tiba. Dan entah kenapa jantung Nara langsung berdetak dengan kencang, seolah bersiap untuk mendapatkan sesuatu yang membuat nya sakit kembali
"Keputusan" gumam Nara
"Cleo sudah tidak lagi menginginkan darahmu, dan pekerjaan mu sudah selesai. Aku tidak lagi menghalangi kamu untuk pergi. Kamu sudah tidak lagi berguna untuk kami" ungkap Reynand dengan begitu kejam
Nara mematung ditempat nya, dia memandang Reynand dengan getir. Secepat itukah dia dicampakkan. Bahkan sampai sekarang Nara belum bisa membuktikan pada Reynand tentang kebusukan Cleo dan ibu nya. Tidak, tidak boleh sekarang. Jika Nara pergi, setidak nya Reynand jangan bersama Cleo, wanita licik itu tidak boleh memanfaatkan cinta Reynand.
"Tidak bisakah biarkan aku disini" pinta Nara dengan wajah memelas nya, dan lagi lagi wajah itu membuat semburat dihati Reynand kembali melonjak. Tidak tahu apa. Terkadang dia berfikir apakah ada sesuatu dari diri Nara yang bisa disaingkan dengan Cleo, kekasih nya?
Reynand tertawa sinis dan beranjak menuju Nara. Mata nya memandang remeh Nara yang menatap nya selalu dengan pandangan sendu penuh cinta
"Kamu sudah ketagihan dengan sentuhan ku ha?" hina Reynand
Nara langsung tertunduk dengan pedih
"Kamu suka menjadi budak **** ku setiap waktu?" tanya Reynand lagi dan Nara memejamkan mata nya menahan sakit nya perkataan itu
"Kamu suka menjadi pelayanku setiap saat?" tanya Reynad terus menerus dan mendekatkan diri pada Nara yang masih tertunduk dengan mata yang mengembun
"Kamu suka Nara???" tanya Reynand dengan pandangan mata yang menajam
"Jawab!!!!" bentak nya dengan suara yang begitu menggelegar membuat Nara sampai terlonjak kaget ditempat nya
Tangan besar itu kembali meraup dagu Nara dengan kasar, membuat buliran air mata berjatuhan diwajah Nara
"Kamu menangis?" tanya Reynand dengan pandangan sinis
"Wajah mu menjijikkan kamu tahu. Semua nya tentang kamu aku sangat membenci nya. Kamu adalah musibah yang masuk dalam kehidupan ku. Seharus nya aku tidak bertemu denganmu dulu, seharus nya aku tidak berhutang budi padamu." bentak Reynand.
Air mata Nara semakin mengalir deras, namun dia tidak terisak sama sekali. Reynand tahu arti air mata itu, air mata kesakitan dan kesedihan. Dia langsung melepaskan cengkraman nya dengan kasar dan memalingkan tubuhnya membelakangi Nara
"Pergi Nara" usir Reynand dengan begitu dingin
Nara langsung menggeleng kuat dan berlutut dibawah kaki Reynand
"Tidak, tolong jangan sekarang Rey. Biarkan aku bersama mu sedikit lebih lama lagi" pinta Nara dengan wajah yang begitu menyedihkan
"Pergi!!!!" bentak Reynand
"Tidak Rey, biarkan aku disini. Aku tidak akan mengganggu mu. Aku tidak akan memaksakan apapun, tapi kumohon biarkan aku hidup bersama mu lebih lama" mohon Nara
Reynand membalikkan tubuh nya dan menatap Nara dengan tajam
"Aku yang merasa terganggu dengan mu Nara. Kamu seperti beban yang menusuk dihatiku" ungkap Reynand dengan nada suara yang terasa lain. Entah ada apa, tapi Nara merasa ada yang lain dengan Reynand
"Rey, aku mohon" pinta Nara dengan air mata yang semakin deras
"Aku hanya punya kamu, hanya kamu tempat ku pulang" gumam Nara begitu lirih
Reynand meraup wajah nya dengan kasar. Menatap Nara dengan pandangan begitu kesal dan marah. Kenapa Nara keras kepala, kenapa dia begitu tahan hidup menderita dua tahun ini. Kenapa?????
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Titi Ati
ada ya wanita sebuicin itu,kok kpingin nangis😭
2023-08-24
0
Putri Minwa
🤔🤔🤔
2023-04-02
0
Nuranita
krn cinta...bodoh.....reynand emg ga punya hatii......hatix di dengkul emg.....nara beneran wanita yg tangguh.....setia dan mau menderita...aq angkat topi buat qmu nara......krn jika aq yg ngalami belum tentu sekuat qmu.....😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2023-03-01
0