Gerimis masih terus turun membasahi bumi malam itu, bukan lagi malam namun sudah hampir pagi. Rasa dingin yang begitu menusuk tulang membuat Nara mulai bergerak setelah berjam jam dia tertidur dalam ketidaksadaran nya. Mata sayu nan sendu itu terbuka perlahan dengan kernyitan didahi nya. Wajah Nara masih begitu pucat, dan sangat pucat, bahkan tubuh nya yang dibalut selimut juga pucat pasih.
Nara mencoba untuk bangun meski rasa sakit dipinggang nya benar benar menggigit, rasa dingin yang menghujam tulang juga tidak kalah menyiksa nya. Nara mengedarkan pandangan mata nya melihat dia yang ternyata masih berada didalam kamar Reynand.
Dengan begitu pelan Nara menurunkan kaki telanjang nya diatas lantai, rasa dingin kembali membuat nya menggigil hingga lagi lagi dia memeluk tubuh nya dengan erat. Tapi tunggu dulu, mata Nara menoleh kebawah dimana tubuh nya kini berbalut dengan sebuah kemeja laki laki bewarna putih. Dan dia tahu ini adalah kemeja Reynand.
Nara tidak sadarkan diri sewaktu Reynand masih menikmati tubuh nya dengan paksa, dan dia juga tidak berani memakai kemeja pria ini sembarangan, jadi apakah mungkin Reynand yang mengenakan nya?
Nara langsung tersenyum bahagia dengan mata yang berkaca kaca, benarkan, Reynand tidak sejahat itu. Dia tahu Reynand, dia adalah laki laki yang baik. Hanya saja saat ini dia sedang kecewa dan marah pada Nara. Dan Nara akan menunggu waktu dimana lelaki itu akan menerima nya, ya meskipun itu akan terasa sulit.
Nara berjalan dengan tertatih tatih sembari memegangi pinggang nya yang begitu sakit, dia berjalan keluar dan ingin kembali kekamar nya. Namun saat tiba didepan pintu kamar, Nara mendengar suara televisi diruang tamu yang hidup. Dia memutuskan untuk melihat kesana, apa Reynand disana?
Dan benar saja, lelaki itu tampak tertidur disofa panjang didepan televisi
Nara kembali kedalam kamar dan mengambil selimut untuk lelaki itu. Pinggang nya terasa berdenyut ngilu namun itu tidak membuat niat Nara surut.
Nara berlutut perlahan dihadapan suami yang sangat dicintai nya itu, senyum lembut penuh ketulusan dia sematkan sembari menyelimutkan selimut ditubuh Reynand yang masih tampak tenang. Wajah damai itu benar benar membuat Nara menjadi buta.
"Selamat tidur" bisik Nara. Dia mencium lembut kening Reynand sembari menahan agar air mata nya tidak ikut menetes. Hal yang paling membahagiakan adalah disaat saat seperti ini. Disaat dia mendapati Reynand tertidur, dan dia bisa melihat wajah tampan yang begitu tenang, tidak seperti ketika dia bangun, yang Nara dapati hanya wajah dingin dan penuh kebencian.
Tidak apa apa, biarkan Nara yang mencintai nya, biarkan Nara yang merasakan sakit nya berjuang sendirian. Agar jika dia pergi nanti Reynand tidak akan merasa kehilangan. Entah sampai kapan dia bisa bersama Reynand, tapi yang dia harapkan hanya sedikit senyum dari suami nya ini sebagai obat rasa sakit yang dia derita.
...
Hari sudah pagi, sinar matahari juga sudah mulai timbul setelah satu malaman tadi gerimis tiada henti. Nara sudah rapi dan cantik. Saat ini dia sedang duduk dimeja makan menunggu Reynand yang masih mandi. Sarapan sudah dia buat, sepiring nasi goreng dengan ommelet kesukaan Reynand dan secangkir teh hijau nya.
Meski Reynand kasar, tapi Nara beruntung jika dia dirumah dia masih mau memakan masakan Nara, ya meskipun dia selalu beranggapan jika dia makan dari tangan pelayan nya, dan bukan istri nya. Nara tidak masalah, bukankah dengan begitu jika mereka berpisah nanti Reynand akan mengingat ini?
Nara langsung berdiri saat Reynand sudah datang kemeja makan, lelaki itu hanya melirik Nara sekilas yang kini dengan gesit melayani nya.
"Makanlah, nasi goreng kesukaan kamu" ucap Nara dengan senyum manis seperti biasa. Reynand hanya melirik nya dengan wajah dingin, malam tadi padahal Reynand jelas tahu jika Nara pingsan, tapi kenapa pagi ini Nara bisa ceria seperti biasa? seperti tidak pernah terjadi sesuatu saja. Bekas memar dikening Nara masih terlihat jelas dan wajah nya juga masih tampak pucat meski sudah dia tutupi dengan polesan make up yang cukup tebal namun tidak berlebihan
"Apa kamu akan menggoda klien mu hari ini?" tanya Reynand. Nara yang sedang menuangkan teh hijau kegelas nya langsung mengernyit bingung
"Kenapa?" tanya Nara, dia selalu tidak bisa memahami perkataan laki laki ini
Reynand tampak berdecih sinis dan memakan nasi goreng buatan Nara yang sejak dulu memang cocok dilidah nya. Dia benci, tapi dia memakan apa yang dimasak oleh Nara, bodoh bukan!
"Seperti wanita murahan dandananmu itu. Kamu kira siapa yang mau melihat gadis seperti mu" ejek Reynand dengan kata kata nya yang sungguh pedas sepedas sambal yang dia tuangkan kedalam piring nya
Nara hanya tersenyum dan duduk dikursi dihadapan Reynand, Nara hanya meminum teh hijau nya saja pagi ini
"Aku hanya tidak ingin kelihatan jelek dihadapan suami ku" jawab Nara
Reynand lagi lagi berdecih sinis mendengar nya. Entah sekuat apa hati Nara, setiap hari dia sudah menghujani nya dengan perlakuan dan perkataan yang kasar, tapi Nara tetap saja menerima nya. Apa dia memang kurang kasar?
"Mau secantik apapun kamu, kamu tetap wanita bodoh yang merusak semua impianku" desis Reynand. Dia langsung beranjak dari duduk nya meninggalkan nasi goreng yang hanya dia habiskan setengah.
Nara menatap piring bekas Reynand makan dengan senyum getir. Ya, dia memang bodoh, apalagi bertahan dalam hubungan yang jelas tidak sehat begini, semua orang hanya tahu dia adalah wanita bodoh, dia mempunyai segala nya, tapi dia tidak pergi meninggalkan Reynand yang membenci nya. Dia tetap bertahan dalam pernikahan yang menyakitkan ini, berharap Reynand mencintai nya, dia memang bodoh dan dia akui itu. Tapi tidak akan ada orang yang mengerti jika cinta Nara tidak sesederhana itu. Dia hidup sendiri tanpa orang tua, dia hidup sendiri untuk berjuang, hanya Reynand yang dia punya, hanya Reynand tempat nya pulang, dan hanya Reynand semangat nya untuk bertahan. Apakah tidak ada yang mengerti itu?
Nara sedikit terkesiap saat dia melupakan sesuatu, dia lupa mengantar Reynand sampai kedepan pintu. Nara segera beranjak dan berlari dengan cepat kedepan rumah menyusul Reynand dan beruntung nya dia Reynand belum sampai masuk kedalam mobil
"Rey" seru Nara. Reynand hanya melirik nya sekilas dan membuka pintu mobil nya
"Aku akan pulang larut hari ini, ada pertemuan dikota B" ucap Nara yang berjalan mendekati Reynand
"Terserah, apa perduliku. Kau tidak usah kembali lagi juga aku sangat bersyukur" ucap Reynand begitu ketus dan langsung menutup pintu mobil nya dengan kuat membuat Nara memejamkan mata nya sejenak namun langsung tersenyum manis sembari melambaikan tangan nya
"Hati hati" gumam Nara
Semenyedihkan ini mempertahankan hidup, semua nya terasa sulit. Tapi Nara harus tetap bertahan, apalagi dia tahu waktu hidup nya tidak akan lama lagi. Dan dia hanya berharap jika dia mati, dia tidak akan mati dalam kesendirian.
.....
Saat ini Nara sudah berada diperusahaan nya, meski tubuh nya benar benar lelah dan sakit tapi berdiam diri dirumah bukan hal yang baik untuk nya. Sejak dulu, dia sudah disibukkan dengan urusan perusahaan membantu ibunya, dan sekarang semua tanggung jawab sudah terlimpahkan pada nya.
Nara masih sibuk memeriksa laporan laporan perusahaan dari karyawan nya dan tidak lama suara pintu terketuk membuat mata Nara menoleh kearah pintu dimana Arya masuk kedalam bersama seseorang yang sangat tidak ingin dia temui.
"Nona, tuan Baskoro ingin bertemu dengan anda" tukas Arya dan Nara langsung mengangguk
"Kamu boleh keluar" balas Nara pada Arya
Nara kini beralih pada tuan Baskoro selaku ayah tiri nya, pria tua itu duduk disofa dengan gaya yang begitu angkuh memandang Nara dengan tatapan sinis dan tidak suka
"Mau apa anda kemari?" tanya Nara dari meja nya. Sangat malas sekali dia meladeni tua bangka yang pasti hanya ingin meminta uang pada nya
"Begitu kah caramu menyambut kedatangan ayah" ucap tuan Baskoro
Nara hanya menghela nafas lelah, tidak bisakah untuk tidak menambah beban fikiran nya sekarang
"Ayah saya sudah meninggal" jawab Nara singkat dan begitu dingin
Tuan Baskoro langsung tertawa kecil melihat sikap Nara yang memang tidak pernah menyukai nya, tapi apapun yang dia minta, tidak bisa tidak, Nara pasti memberikan
"Ya, terserah kau saja. Tapi kau juga harus ingat jika kau masih harus membayar hutang yang ditinggalkan ibu mu pada keluarga ku" ungkap tuan Baskoro. Dia tersenyum licik memandang Nara yang menatap nya dengan jengah.
"Saya sudah memberikan semua yang anda mau tuan, dan saya rasa hutang hutang ibu juga seharusnya sudah lunas bukan" kata Nara begitu kesal
"Itu sudah sangat lama Anara, kau baru membayar pokok nya dan itupun belum lunas semua, dan kini kau juga harus membayar bunga bunga nya yang sudah melimpah" jawab tuan Baskoro
Nara tampak melebarkan mata nya mendengar itu
"Tuan anda gila, bukankah anda juga menikmati hasil nya, kenapa malah meminta bunga nya juga" Nara benar benar tidak terima dengan ini.
Dia ingat, sebelum ibu nya meninggal karena kecelakaan yang menimpa nya tiga tahun lalu, ibu Nara pernah meminjam uang yang cukup besar dari orang tua tuan Baskoro, uang itu digunakan untuk membangun kembali perusahaan yang sudah hampir bangkrut, dan jelas saja perusahaan yang lumayan besar ini hampir bangkut pasti butuh dana yang cukup besar. Setiap bulan bahkan Nara sudah mencicil nya, tapi kenapa sekarang tuan Baskoro malah meminta bunga nya, apa dia sudah tidak waras, padahal ibu Nara adalah istrinya dulu
"Jika kau tidak mau membayar bunga bunga nya, maka jangan salah kan aku jika keluarga ku termasuk perusahaan Dopindo akan menarik seluruh saham yang mereka tanam disini. Dan sesudah itu dapat aku pastikan, perusahaan Polie hanya akan tinggal nama" perkataan tuan Baskoro benar benar terasa seperti sembilu berduri bagi Nara.
Nara langsung menyandar dengan lemas dikursi nya sembari memijjit kepala nya yang benar benar pusing, belum lagi pinggang nya yang ikut berdenyut
"Fikirkan perkataan ku. Aku tunggu awal bulan ini, jika tidak ada dana sepeserpun yang masuk kerekening ku, maka tamatlah riwayatmu" ancam tuan Baskoro yang langsung beranjak dan keluar dari ruangan Nara.
Nara menarik nafas nya dalam dalam, mencoba meredam emosi nya yang membuat kepala nya benar benar sakit sekarang
Perusahaan Dopindo adalah perusahaan terbesar dan terkuat nomor dua setelah perusahaan Adidaksa milik Reynand, jelas saja jika perusahaan itu menarik saham nya dari perusahaan Nara, maka dalam waktu satu malam perusahaan yang mati matian Nara bangun akan hancur tak tersisa. Tapi untuk memberikan lebih dari separuh keuntungan perusahaan pada mantan ayah tiri nya itu, Nara juga merasa keberatan.
Ya Tuhan, kenapa cobaan dan ujian ini seakan tidak ada henti nya. Sebenar nya dosa apa yang telah Nara perbuat? Sungguh, bahu nya tidak sekuat itu untuk menanggung beban yang lebih banyak lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Bang Fandi
memang wanita bodoh,tp yg lbh bodohnya salah satu anggota keluarga saya juga begitu,berharap sang suami berubah tp spertinya sampe ajal menjemput ga akan berubah
2024-03-07
1
Ifa Ibunya Farfarfar
cewek bodoh
2024-03-02
1
Oviyenti Hijrah
mang ada di jamami ini wanita seperti ini?
2024-01-25
0