Mata itu terasa begitu berat untuk terbuka, namun denting waktu sudah harus menyuruh nya untuk segera bangun. Nara sedikit meringis saat dirasa tubuh nya benar benar sudah terasa remuk, apalagi nyeri dipinggang nya yang sungguh menyiksa. Perlahan kaki jenjang itu turun dan menapak diatas lantai yang entah kenapa terasa begitu dingin, atau karena memang tubuh nya yang semakin lama semakin tidak sehat dan tidak bisa merasakan kenyamanan lagi.
Mata Nara melirik kearah jam kecil diatas meja, ternyata sudah pukul 06.30. Bahkan ketika membuka mata pun dia sudah kalah dengan matahari, apalagi dikehidupan nanti. Entah lah, Nara tidak bisa membayangkan nya, bisa bangun disetiap pagi saja sudah menjadi anugrah tersendiri untuk nya.
Meski lelah dan berat, namun Nara tetap harus bangun dan menyiapkan sarapan untuk Reynand seperti biasa. Bibi Jum hanya datang disiang sampai sore hari, itu pun hanya untuk membereskan rumah yang dia tinggalkan bekerja, untuk keperluan Reynand, semua dia sendiri yang melayani nya.
Setelah membasuh wajah dan mengganti pakaian, Nara langsung keluar menuju dapur, namun dia dikejutkan oleh keberadaan Reynand yang telah duduk dimeja makan dengan wajah yang begitu dingin menatap nya. Tidak ada apapun dihadapan lelaki itu, dia hanya duduk diam disana dan menantikan kehadiran Nara, ya seharus nya Nara tahu jika lelaki ini dipenuhi dengan kedisiplinan.
"Apa kamu sudah lupa dengan tugas mu?" tanya Reynand dingin, namun Nara langsung tersenyum menyambut nya, tolong jangan menampakkan kesedihannya, Reynand harus tahu, meski dia menghujani Nara dengan sikap kasar, namun Nara akan membalas nya dengan setiap senyuman
"Maaf, aku kesiangan, aku akan membuatkan sarapan untuk mu" sahut Nara dengan cepat, dia ingin berlalu menuju lemari penyimpanan makanan, namun tangan nya langsung dicekal oleh Reynand, bahkan pria itu berdiri dengan cepat hingga kursi yang dia duduki jatuh tergeletak dilantai
"Kau semakin lama semakin tidak tahu diri Nara, jika kau tidak bisa melayani ku, maka kau pergi dari kehidupan ku!" bentak Reynand dengan cengkraman tangan yang begitu kuat dilengan Nara
"Sakit" gumam Nara, karena demi apapun dia tidak bisa menerima perlakuan kasar lebih banyak, tubuh nya sudah lemah dan rapuh
Reynand langsung tersenyum sinis melihat kesakitan Nara, seolah itu adalah hal yang menyenangkan bagi nya, meski dia sedikit heran melihat wajah Nara yang begitu pucat, tapi apa perduli nya
"Sakit? Sakit kau bilang? Ini tidak sebanding dengan apa yang kau lakukan padaku dan Cleo, kau yang meminta, kau yang harus menerima" desis Reynand
Dia langsung menarik lengan Nara dengan kuat, menyeret nya kembali kekamar Nara dan menghempaskan gadis lemah itu diatas lantai, menatap nya dengan pandangan benci dan jijik sekaligus.
"Kau selalu membuang waktu berharga ku, dasar tidak berguna! Jika dalam lima menit kau tidak datang kemobil, aku akan memenggal kepalamu!" ancam Reynand yang langsung berlalu dan keluar dari kamar Nara dan masuk kedalam kamar nya. Bahkan Nara dapat mendengar bantingan kerasa pintu yang tertutup.
Nara mengusap lengan nya yang memerah, dia bangun dengan cepat dan segera mengganti kembali pakaian nya, memoles sedikit wajah nya dengan make up dan segera menyambar tas yang ada diatas meja. Lupakan mandi, karena sungguh, untuk berpijak dilantai saja dia sudah begitu kedinginian.
"Nara!!!" teriakan suara yang menggelegar kuat membuat Nara langsung berlari keluar kamar dan mendapati Reynand yang sudah berdiri didepan pintu memandang nya dengan pandangan mata yang tajam
"Cepat bodoh!!" bentak nya sembari menarik kuat lengan Nara hingga Nara merasa kepala nya pusing karena hentakan hentakan dari Reynand yang membawa nya masuk kedalam mobil, bahkan Reynand dengan sengaja mendorong Nara membuat gadis itu kembali meringis saat kepala nya terhantuk dashboard mobilnya.
Reynand melajukan mobil nya dengan kecepatan tinggi, sedangkan Nara hanya diam dan memandang kearah luar jendela mobil. Hati nya sakit, tentu saja, tapi apa yang mau dia harapkan, Reynand membenci nya, tapi dia malah terpenjara dalam cinta lelaki ini. Biarlah dia menghabiskan sisa waktu hidup nya hanya dengan menunggu cinta Reynand.
Hampir dua jam kemudian, mobil yang dikendarai Reynand telah tiba didepan rumah sakit yang setiap bulan dia datangi untuk memberikan darah nya pada orang yang dia benci. Demi Reynand, dan demi kebodohan nya.
"Cepatlah" bentak Reynand yang kembali menarik kasar lengan Nara. Nara hanya diam dan mengikuti langkah besar kaki gagah itu. Bahkan dia merasa pinggang nya kembali nyeri karena dia belum meminum obat nya pagi ini.
Tanpa menunggu apapun, Reynand langsung membawa Nara masuk kedalam ruang yang memang telah disediakan khusus untuk nya. Disana sudah ada dua orang perawat yang bertugas untuk mengambil darah Nara.
"Ambil darah nya sebanyak yang diperlukan" kata Reynand tanpa memikirkan kesehatan Nara sama sekali, yang dia tahu selama ini Nara selalu sehat dan tidak pernah sakit, dia selalu semangat menjalani hari untuk melayani nya atau bahkan mengurus perusahaan, lalu apa yang harus dia perdulikan.
Nara langsung tersenyum tipis melihat kepergian Reynand yang sama sekali tidak memandang nya. Nara terduduk dengan lemas diatas ranjang itu dengan sedikit ringisan diwajah nya.
"Nona anda baik baik saja?" tanya seorang perawat yang biasa menangani nya
"Hmm, lakukan lah" kata Nara yang langsung terbaring disana
"Tapi seperti nya anda tidak sehat nona, kita harus memeriksa nya dulu" ucap perawat itu terlihat ragu, namun Nara menggeleng tipis dan tersenyum. Jika mereka tahu Nara sakit, mereka tidak akan mengambil darah nya, dan Reynand pasti akan menggila
"Tidak apa apa, aku baik baik saja. Lakukan dengan cepat, kalian tidak mau kan jika tuan kalian itu marah" kata Nara, dua perawat itu saling pandang ragu, namun mau tidak mau mereka juga melakukannya.
Jarum mulai dimasukan kedalam kulit Nara, membuat nya langsung terpejam. Rasa sakit mulai menjalar diseluruh tubuh nya. Bahkan dia merasa jika semua terasa dingin dan membeku, lemas dan tidak bertenaga saat cc demi cc darah nya yang hanya sedikit harus dipaksa keluar. Dan akhir nya, Nara tidak sanggup lagi, dia terpejam dan melupakan semua yang dirasakan nya.
Dua perawat itu langsung menghentikan pengambilan darah Nara yang sudah pucat bagai tidak dialiri darah, tubuh Nara sangat dingin, membuat mereka cemas, tapi mengadu pada tuan pemilik rumah sakit itu juga percuma, karena dia pasti tidak akan perduli seperti sebelum sebelum nya. Dan akhir nya mereka memilih membiarkan Nara tidur dalam kesakitan nya.
....
Mata Nara mulai terbuka dengan sayu, denting jam dinding menemani keheningan diruangan itu. Dia hanya mampu melirikan mata nya mengamati keberadaan nya saat ini. Ya, ternyata dia masih diruangan tadi, sendiri dan sepi, terbaikan dan dilupakan setelah dia hampir mati karena nya.
Nara mengusap kepala nya yang terasa begitu pusing, pandangan nya bahkan tampak mengabur dan berputar, entah seberapa banyak perawat mengambil darah Nara. Namun dia merasa jika mereka hanya menyisakan sedikit demi untuk menopang kehidupan nya.
Menyedihkan sekali, dia memberikan sisa darah yang dia miliki untuk kehidupan orang lain, sementara kehidupan nya sendiri hampir musnah dan tidak bisa diprediksi.
Apa Cleo tidak akan semakin sakit menerima darah nya, apa kanker nya tidak akan menular pada wanita itu. Nara tidak perduli, sisi hati jahat nya bahkan ingin Cleo merasakan hal yang dia rasakan saat ini.
Nara melirik jam didinding usang itu, hari sudah pukul lima sore, selama itu dia tertidur. Nara melepaskan paksa jarum infus yang tertanam dipunggung tangan nya, namun tidak lagi merasakan sakit mungkin karena kulit nya yang sudah mati rasa dan terasa membeku.
Kepala nya masih pusing, namun pandangan mata nya sudah membaik kembali. Nara meraih tas yang ada diatas meja, memakai kembali sepatu nya, dia harus segera pergi dari sini. Kepala nya akan bertambah sakit jika terlalu lama berada diruangan yang berbau karbol dan obat obatan yang begitu menyengat.
Sakit dipinggang nya begitu menggigit, namun dia terus berjalan tertatih menyusuri setiap ruang kamar rumah sakit. Namun langkah kaki nya terhenti didepan sebuah kamar. Dia tidak bisa mengendalikan kaki nya dan memilih berhenti.
Orang didalam kamar itu adalah Cleo, bersama suami nya sendiri, Reynand. Pintu tidak tertutup rapat sehingga Nara bisa melihat mereka didepan sana.
Cleo memang cantik dan lembut, bahkan pakaian rumah sakit yang dia kenakan tidak bisa menutupi kecantikan yang dia miliki, kulit putih dan mata almond nya bersinar dengan cerah.
Nara begitu cemburu dan sakit melihat cara Reynand memperlakukan gadis itu, benar benar berbanding terbalik dengan cara pria itu memperlakukannya, semakin lama melihat nya, hati Nara semakin perih.
Semua orang tahu jika Reynand memiliki hati dan sifat sedingin es, angkuh dan sombong, namun Nara tahu betul jika pria itu sebenar nya hanya memberikan semua kelembutan dan kehangatan nya hanya pada Cleo. Ya, dulu Reynand juga begitu baik pada nya, namun sekarang, tidak ada lagi kebaikan yang tersisa, bahkan hanya sekedar senyum pun tidak pernah lagi Nara terima.
Dua orang itu langsung menyadari keberadaan Nara, dan dapat Nara lihat Cleo langsung memeluk lengan Reynand dan bersembunyi dibalik punggung nya.
Reynand mengusap bahu Cleo dengan lembut, namun menatap tajam pada Nara yang memandang mereka dengan kesedihan
"Untuk apa kamu berdiri disana? Kamu mau membuat Cleo takut!" bentak Reynand, namun Nara hanya terdiam dan memandang mereka dengan hati yang sakit. Bagaimana tidak, perlakuan lembut Reynand pada Cleo adalah sikap Reynand yang selalu dia dambakan selama ini.
Nara tertunduk, seolah menyimpan luka hati nya yang begitu lebar terkoyak. Dia kembali menatap Reynand dan tersenyum dengan getir, membuat pria itu sedikit mengernyit saat menyapu penampilan Nara yang begitu pucat dan layu, semburat emosi tiba tiba muncul dihati nya,entah apa dia pun tidak mengerti
"Pulanglah, kamu tidak dibutuhkan lagi disini" ucap Reynand dengan begitu tega
"Kamu tidak pulang?" tanya Nara, dan dapat dia lihat Cleo menatap nya dengan sadis dari balik pundak Reynand, tangan gadis itu mencengkram kuat lengan Reynand yang menatap Nara dengan penuh kebencian dan kejengkelan.
Entah kenapa Reynand begitu membenci nya, padahal Nara sudah memberikan semua yang Reynand mau, bahkan nyawa nya sekalipun. Dia tidak pernah menghalangi Reynand bertemu dengan Cleo, tapi tidak bisakah pria itu sedikit lembut pada nya, hati Nara begitu sakit jika membayangkan apa yang telah mereka lakukan selama dua tahun ini dibelakang nya
Melihat pandangan Reynand yang seperti ingin melahap nya, Nara tersenyum kembali dan mengangguk pelan. Dia membalikkan tubuh nya dengan mata yang kembali mengabur oleh buliran air mata. Sakit, tentu saja, Reynand suami nya, namun lebih memilih menemani wanita lain dibanding dengan istri nya yang sedang sekarat.
Dia sudah rela berbagi darah nya untuk Cleo, dia rela berbagi suami nya dengan gadis itu, tapi kenapa Reynand tidak bisa membagi sedikit cinta untuk nya.
Nara langsung jatuh terduduk disebuah kursi didepan rumah sakit, tidak ada yang perduli saat dia meringis kesakitan mengusap bagian pinggang nya, semua orang hanya berlalu lalang dan melewatinya begitu saja.
Tanpa terasa air mata Nara menetes menahan sakit, sakit karena penyakit dan sakit karena hati nya yang kembali luka. Nara menangis, dia menangis lagi, bahkan dia kira air mata nya sudah mengering, namun hari ini dia menangis karena rasa sakit yang tidak bisa dia tahan. Tangan nya mencengkram baju bagian dada nya dengan erat, seolah itu bisa menarik rasa sakit didalam hati.
Nara menahan tangis dan mendongak sembari menggigit bibir bawah nya saat melihat seorang anak lelaki kecil datang dan memberikan tisu pada nya.
"Kakak, ini tisu untukmu, aku memberikan nya gratis" ucap anak lelaki itu dengan polos nya
Nara tersenyum dengan begitu pedih sembari meraih sehelai tisu dari anak yang memang menjual tisu dibalik punggung nya
"Jangan menangis lagi, kakak enggak boleh takut, kata ibu jarum suntik enggak sakit kok" ungkap anak lekaki itu dengan begitu polos
Nara hanya mengangguk dan mengusap air mata nya. Dan anak lelaki itu bergegas pergi sembari meneriakkan tisu kepada orang orang disekitar nya
Nara memandang tisu ditangan nya dengan pandangan getir dan begitu nanar
"Takut...."
Nara mengusap pinggang nya yang benar benar sakit, kemudian tertunduk dengan mata yang terpejam membuat buliran air kembali menetes diwajah pucat nya. Dia tidak takut dengan jarum suntik, tapi dia takut dengan hal yang lain. Dia takut pergi kerumah sakit sendirian, dia takut mendengar dokter mengatakan tentang penyakitnya, dia takut menjalani pengobatan sendiri, dan yang paling dia takutkan dari semua nya adalah....
mati sendirian tanpa ada orang yang perduli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Heni Hendrayani🇵🇸🇵🇸🥰🥰
ya ampun ada gak ya wanita sebodoh nara ini d hina d jdkn pemuas nafsu mau aja gak munkin ada d dunia nyata yang k gini mudah muahn siih para wanita msh punya harga diri untuk mencintai diri sendiri jangan jd budak nafsu sendiri
2023-07-23
3
Cunah Al Idrus
Sebodoh itukah yang namanya cinta😱😱
2023-07-10
1
💓🌹Nai_Zalfa🌹😘💓
kalo aku berada di posisi Nara kurasa bunuh diri adalah jln terbaik, daripada nungguin waktu kematian dgn kesakitan sendirian 😭😭😭😭
2023-03-30
1