Mempertaruhkan Nyawa

Mata itu terasa begitu berat untuk terbuka, namun denting waktu sudah harus menyuruh nya untuk segera bangun. Nara sedikit meringis saat dirasa tubuh nya benar benar sudah terasa remuk, apalagi nyeri dipinggang nya yang sungguh menyiksa. Perlahan kaki jenjang itu turun dan  menapak diatas lantai yang entah kenapa terasa begitu dingin, atau karena memang tubuh nya yang semakin lama semakin tidak sehat dan tidak bisa merasakan kenyamanan lagi.

Mata Nara melirik kearah jam kecil diatas meja, ternyata sudah pukul 06.30. Bahkan ketika membuka mata pun dia sudah kalah dengan matahari, apalagi dikehidupan nanti. Entah lah, Nara tidak bisa membayangkan nya, bisa bangun disetiap pagi saja sudah menjadi anugrah tersendiri untuk nya.

Meski lelah dan berat, namun Nara tetap harus bangun dan menyiapkan sarapan untuk Reynand seperti biasa. Bibi Jum hanya datang disiang sampai sore hari, itu pun hanya untuk membereskan rumah yang dia tinggalkan bekerja, untuk keperluan Reynand, semua dia sendiri yang melayani nya.

Setelah membasuh wajah dan mengganti pakaian, Nara langsung keluar menuju dapur, namun dia dikejutkan oleh keberadaan Reynand yang telah duduk dimeja makan dengan wajah yang begitu dingin menatap nya. Tidak ada apapun dihadapan lelaki itu, dia hanya duduk diam disana dan menantikan kehadiran Nara, ya seharus nya Nara tahu jika lelaki ini dipenuhi dengan kedisiplinan.

"Apa kamu sudah lupa dengan tugas mu?" tanya Reynand dingin, namun Nara langsung tersenyum menyambut nya, tolong jangan menampakkan kesedihannya, Reynand harus tahu, meski dia menghujani Nara dengan sikap kasar, namun Nara akan membalas nya dengan setiap senyuman

"Maaf, aku kesiangan, aku akan membuatkan sarapan untuk mu" sahut Nara dengan cepat, dia ingin berlalu menuju lemari penyimpanan makanan, namun tangan nya langsung dicekal oleh Reynand, bahkan pria itu berdiri dengan cepat hingga kursi yang dia duduki jatuh tergeletak dilantai

"Kau semakin lama semakin tidak tahu diri Nara, jika kau tidak bisa melayani ku, maka kau pergi dari kehidupan ku!" bentak Reynand dengan cengkraman tangan yang begitu kuat dilengan Nara

"Sakit" gumam Nara, karena demi apapun dia tidak bisa menerima perlakuan kasar lebih banyak, tubuh nya sudah lemah dan rapuh

Reynand langsung tersenyum sinis melihat kesakitan Nara, seolah itu adalah hal yang menyenangkan bagi nya, meski dia sedikit heran melihat wajah Nara yang begitu pucat, tapi apa perduli nya

"Sakit? Sakit kau bilang? Ini tidak sebanding dengan apa yang kau lakukan padaku dan Cleo, kau yang meminta, kau yang harus menerima" desis Reynand

Dia langsung menarik lengan Nara dengan kuat, menyeret nya kembali kekamar Nara dan menghempaskan gadis lemah itu diatas lantai, menatap nya dengan pandangan benci dan jijik sekaligus.

"Kau selalu membuang waktu berharga ku, dasar tidak berguna! Jika dalam lima menit kau tidak datang kemobil, aku akan memenggal kepalamu!" ancam Reynand yang langsung berlalu dan keluar dari kamar Nara dan masuk kedalam kamar nya. Bahkan Nara dapat mendengar bantingan kerasa pintu yang tertutup.

Nara mengusap lengan nya yang memerah, dia bangun dengan cepat dan segera mengganti kembali pakaian nya, memoles sedikit wajah nya dengan make up dan segera menyambar tas yang ada diatas meja. Lupakan mandi, karena sungguh, untuk berpijak dilantai saja dia sudah begitu kedinginian.

"Nara!!!" teriakan suara yang menggelegar kuat membuat Nara langsung berlari keluar kamar dan mendapati Reynand yang sudah berdiri didepan pintu memandang nya dengan pandangan mata yang tajam

"Cepat bodoh!!" bentak nya sembari menarik kuat lengan Nara hingga Nara merasa kepala nya pusing karena hentakan hentakan dari Reynand yang membawa nya masuk kedalam mobil, bahkan Reynand dengan sengaja mendorong Nara membuat gadis itu kembali meringis saat kepala nya terhantuk dashboard mobilnya.

Reynand melajukan mobil nya dengan kecepatan tinggi, sedangkan Nara hanya diam dan memandang kearah luar jendela mobil. Hati nya sakit, tentu saja, tapi apa yang mau dia harapkan, Reynand membenci nya, tapi dia malah terpenjara dalam cinta lelaki ini. Biarlah dia menghabiskan sisa waktu hidup nya hanya dengan menunggu cinta Reynand.

Hampir dua jam kemudian, mobil yang dikendarai Reynand telah tiba didepan rumah sakit yang setiap bulan dia datangi untuk memberikan darah nya pada orang yang dia benci. Demi Reynand, dan demi kebodohan nya.

"Cepatlah" bentak Reynand yang kembali menarik kasar lengan Nara. Nara hanya diam dan mengikuti langkah besar kaki gagah itu. Bahkan dia merasa pinggang nya kembali nyeri karena dia belum meminum obat nya pagi ini.

Tanpa menunggu apapun, Reynand langsung membawa Nara masuk kedalam ruang yang memang telah disediakan khusus untuk nya. Disana sudah ada dua orang perawat yang bertugas untuk mengambil darah Nara.

"Ambil darah nya sebanyak yang diperlukan" kata Reynand tanpa memikirkan kesehatan Nara sama sekali, yang dia tahu selama ini Nara selalu sehat dan tidak pernah sakit, dia selalu semangat menjalani hari untuk melayani nya atau bahkan mengurus perusahaan, lalu apa yang harus dia perdulikan.

Nara langsung tersenyum tipis melihat kepergian Reynand yang sama sekali tidak memandang nya. Nara terduduk dengan lemas diatas ranjang itu dengan sedikit ringisan diwajah nya.

"Nona anda baik baik saja?" tanya seorang perawat yang biasa menangani nya

"Hmm, lakukan lah" kata Nara yang langsung terbaring disana

"Tapi seperti nya anda tidak sehat nona, kita harus memeriksa nya dulu" ucap perawat itu terlihat ragu, namun Nara menggeleng tipis dan tersenyum. Jika mereka tahu Nara sakit, mereka tidak akan mengambil darah nya, dan Reynand pasti akan menggila

"Tidak apa apa, aku baik baik saja. Lakukan dengan cepat, kalian tidak mau kan jika tuan kalian itu marah" kata Nara, dua perawat itu saling pandang ragu, namun mau tidak mau mereka juga melakukannya.

Jarum mulai dimasukan kedalam kulit Nara, membuat nya langsung terpejam. Rasa sakit mulai menjalar diseluruh tubuh nya. Bahkan dia merasa jika semua terasa dingin dan membeku, lemas dan tidak bertenaga saat cc demi cc darah nya yang hanya sedikit harus dipaksa keluar. Dan akhir nya, Nara tidak sanggup lagi, dia terpejam dan melupakan semua yang dirasakan nya.

Dua perawat itu langsung menghentikan pengambilan darah Nara yang sudah pucat bagai tidak dialiri darah, tubuh Nara sangat dingin, membuat mereka cemas, tapi mengadu pada tuan pemilik rumah sakit itu juga percuma, karena dia pasti tidak akan perduli seperti sebelum sebelum nya. Dan akhir nya mereka memilih membiarkan Nara tidur dalam kesakitan nya.

....

Mata Nara mulai terbuka dengan sayu, denting jam dinding menemani keheningan diruangan itu. Dia hanya mampu melirikan mata nya mengamati keberadaan nya saat ini. Ya, ternyata dia masih diruangan tadi, sendiri dan sepi, terbaikan dan dilupakan setelah dia hampir mati karena nya.

Nara mengusap kepala nya yang terasa begitu pusing, pandangan nya bahkan tampak mengabur dan berputar, entah seberapa banyak perawat mengambil darah Nara. Namun dia merasa jika mereka hanya menyisakan sedikit demi untuk menopang kehidupan nya.

Menyedihkan sekali, dia memberikan sisa darah yang dia miliki untuk kehidupan orang lain, sementara kehidupan nya sendiri hampir musnah dan tidak bisa diprediksi.

Apa Cleo tidak akan semakin sakit menerima darah nya, apa kanker nya tidak akan menular pada wanita itu. Nara tidak perduli, sisi hati jahat nya bahkan ingin Cleo merasakan hal yang dia rasakan saat ini.

Nara melirik jam didinding usang itu, hari sudah pukul lima sore, selama itu dia tertidur. Nara melepaskan paksa jarum infus yang tertanam dipunggung tangan nya, namun tidak lagi merasakan sakit mungkin karena kulit nya yang sudah mati rasa dan terasa membeku.

Kepala nya masih pusing, namun pandangan mata nya sudah membaik kembali. Nara meraih tas yang ada diatas meja, memakai kembali sepatu nya, dia harus segera pergi dari sini. Kepala nya akan bertambah sakit jika terlalu lama berada diruangan yang berbau karbol dan obat obatan yang begitu menyengat.

Sakit dipinggang nya begitu menggigit, namun dia terus berjalan tertatih menyusuri setiap ruang kamar rumah sakit. Namun langkah kaki nya terhenti didepan sebuah kamar. Dia tidak bisa mengendalikan kaki nya dan memilih berhenti.

Orang didalam kamar itu adalah Cleo, bersama suami nya sendiri, Reynand. Pintu tidak tertutup rapat sehingga Nara bisa melihat mereka didepan sana.

Cleo memang cantik dan lembut, bahkan pakaian rumah sakit yang dia kenakan tidak bisa menutupi kecantikan yang dia miliki, kulit putih dan mata almond nya bersinar dengan cerah.

Nara begitu cemburu dan sakit melihat cara Reynand memperlakukan gadis itu, benar benar berbanding terbalik dengan cara pria itu memperlakukannya, semakin lama melihat nya, hati Nara semakin perih.

Semua orang tahu jika Reynand memiliki hati dan sifat sedingin es, angkuh dan sombong, namun Nara tahu betul jika pria itu sebenar nya hanya memberikan semua kelembutan dan kehangatan nya hanya pada Cleo. Ya, dulu Reynand juga begitu baik pada nya, namun sekarang, tidak ada lagi kebaikan yang tersisa, bahkan hanya sekedar senyum pun tidak pernah lagi Nara terima.

Dua orang itu langsung menyadari keberadaan Nara, dan dapat Nara lihat Cleo langsung memeluk lengan Reynand dan bersembunyi dibalik punggung nya.

Reynand mengusap bahu Cleo dengan lembut, namun menatap tajam pada Nara yang memandang mereka dengan kesedihan

"Untuk apa kamu berdiri disana? Kamu mau membuat Cleo takut!" bentak Reynand, namun Nara hanya terdiam dan memandang mereka dengan hati yang sakit. Bagaimana tidak, perlakuan lembut Reynand pada Cleo adalah sikap Reynand yang selalu dia dambakan selama ini.

Nara tertunduk, seolah menyimpan luka hati nya yang begitu lebar terkoyak. Dia kembali menatap Reynand dan tersenyum dengan getir, membuat pria itu sedikit mengernyit saat menyapu penampilan Nara yang begitu pucat dan layu, semburat emosi tiba tiba muncul dihati nya,entah apa dia pun tidak mengerti

"Pulanglah, kamu tidak dibutuhkan lagi disini" ucap Reynand dengan begitu tega

"Kamu tidak pulang?" tanya Nara, dan dapat dia lihat Cleo menatap nya dengan sadis dari balik pundak Reynand, tangan gadis itu mencengkram kuat lengan Reynand yang menatap Nara dengan penuh kebencian dan kejengkelan.

Entah kenapa Reynand begitu membenci nya, padahal Nara sudah memberikan semua yang Reynand mau, bahkan nyawa nya sekalipun. Dia tidak pernah menghalangi Reynand bertemu dengan Cleo, tapi tidak bisakah pria itu sedikit lembut pada nya, hati Nara begitu sakit jika membayangkan apa yang telah mereka lakukan selama dua tahun ini dibelakang nya

Melihat pandangan Reynand yang seperti ingin melahap nya, Nara tersenyum kembali dan mengangguk pelan. Dia membalikkan tubuh nya dengan mata yang kembali mengabur oleh buliran air mata. Sakit, tentu saja, Reynand suami nya, namun lebih memilih menemani wanita lain dibanding dengan istri nya yang sedang sekarat.

Dia sudah rela berbagi darah nya untuk Cleo, dia rela berbagi suami nya dengan gadis itu, tapi kenapa Reynand tidak bisa membagi sedikit cinta untuk nya.

Nara langsung jatuh terduduk disebuah kursi didepan rumah sakit, tidak ada yang perduli saat dia meringis kesakitan mengusap bagian pinggang nya, semua orang hanya berlalu lalang dan melewatinya begitu saja.

Tanpa terasa air mata Nara menetes menahan sakit, sakit karena penyakit dan sakit karena hati nya yang kembali luka. Nara menangis, dia menangis lagi, bahkan dia kira air mata nya sudah mengering, namun hari ini dia menangis karena rasa sakit yang tidak bisa dia tahan. Tangan nya mencengkram baju bagian dada nya dengan erat, seolah itu bisa menarik rasa sakit didalam hati.

Nara menahan tangis dan mendongak sembari menggigit bibir bawah nya saat melihat seorang anak lelaki kecil datang dan memberikan tisu pada nya.

"Kakak, ini tisu untukmu, aku memberikan nya gratis" ucap anak lelaki itu dengan polos nya

Nara tersenyum dengan begitu pedih sembari meraih sehelai tisu dari anak yang memang menjual tisu dibalik punggung nya

"Jangan menangis lagi, kakak enggak boleh takut, kata ibu jarum suntik enggak sakit kok" ungkap anak lekaki itu dengan begitu polos

Nara hanya mengangguk dan mengusap air mata nya. Dan anak lelaki itu bergegas pergi sembari meneriakkan tisu kepada orang orang disekitar nya

Nara memandang tisu ditangan nya dengan pandangan getir dan begitu nanar

"Takut...."

Nara mengusap pinggang nya yang benar benar sakit, kemudian tertunduk dengan mata yang terpejam membuat buliran air kembali menetes diwajah pucat nya. Dia tidak takut dengan jarum suntik, tapi dia takut dengan hal yang lain. Dia takut pergi kerumah sakit sendirian, dia takut mendengar dokter mengatakan tentang penyakitnya, dia takut menjalani pengobatan sendiri, dan yang paling dia takutkan dari semua nya adalah....

mati sendirian tanpa ada orang yang perduli.

Terpopuler

Comments

Heni Hendrayani🇵🇸🇵🇸🥰🥰

Heni Hendrayani🇵🇸🇵🇸🥰🥰

ya ampun ada gak ya wanita sebodoh nara ini d hina d jdkn pemuas nafsu mau aja gak munkin ada d dunia nyata yang k gini mudah muahn siih para wanita msh punya harga diri untuk mencintai diri sendiri jangan jd budak nafsu sendiri

2023-07-23

3

Cunah Al Idrus

Cunah Al Idrus

Sebodoh itukah yang namanya cinta😱😱

2023-07-10

1

💓🌹Nai_Zalfa🌹😘💓

💓🌹Nai_Zalfa🌹😘💓

kalo aku berada di posisi Nara kurasa bunuh diri adalah jln terbaik, daripada nungguin waktu kematian dgn kesakitan sendirian 😭😭😭😭

2023-03-30

1

lihat semua
Episodes
1 Hasil Lab
2 Alasan Menikah
3 Mempertaruhkan Nyawa
4 Kekejaman Reynand
5 Sakit Rey!
6 Cobaan Lagi
7 Gelang Kenangan
8 Masih Ingin Bertahan
9 Zelina Adiputra
10 Kerumah Cleo
11 Kemarahan Reynand
12 Diambang Kehancuran
13 Kebusukan Cleo Dan Ibunya
14 Semanis Madeleine
15 Hati Nara Terlalu Lemah
16 Karpet Merah
17 Berdansa
18 Berdarah
19 Siapa Dia????
20 Malam Yang Damai
21 Amplop Cokelat
22 Gara Gara Madeleine
23 Apa Kamu Cemburu???
24 Oktober Terakhir
25 Kehancuran Nara
26 Kenyataan Yang Menyakitkan
27 Pertengkaran Reynand Dan Cleo
28 Kekecewaan Reynand
29 Karma Reynand
30 Hancur Tak Tersisa
31 Diary Usang
32 Pengalihan Perusahaan
33 Terungkap
34 Surat Bersampul Kuning
35 Rumah Tua Eyang Putri
36 Permohonan Maaf
37 Perjuangan Cinta Reynand
38 Jangan Sentuh Istriku!
39 Kemalangan Reynand
40 Trauma Reynand
41 Masa lalu Di Kolam Darah
42 Aku Mencintai Istrimu!
43 Balas Dendam
44 Bertanggung Jawablah Rey!
45 Terasa Patah Dan Perih
46 Jadi Pebinor???
47 Sakit Berdarah
48 Usaha Reynand
49 Keputusan Nara
50 Kita Sudah Berakhir
51 Cerita Masa Lalu
52 Surat Perpisahan
53 Telah Usai Dan Berakhir
54 Oktober Datang Lagi
55 Rasa Penasaran Arya
56 Sebuah Lukisan
57 Makan Malam Berdua
58 Kisah Dibalik Hujan
59 Kebenaran Yang Terungkap
60 Nara Atau Hanya Sekedar Ilusi????
61 Aku Bersamamu
62 Oktober Kedua Belas
63 Kerumah Sakit
64 Kisah Reynand Dan Cleo
65 Cerita Tengah Malam
66 Amplop Putih
67 Isi Surat Guntur
68 Arya Yang Menyebalkan
69 Reynand vs Bimantara
70 Gara Gara Kucing
71 Kesombongan Cleo
72 Adidaksa Terancam ???
73 Gerimis Di Penghujung Oktober
74 Penyerangan Dijalan
75 Rumah Tua
76 Abas Atau Agas????
77 Kekesalan Arya
78 Melawan Trauma
79 Ternyata Tuan Abas
80 Saksi Kunci
81 Zelina Diculik
82 Vila Dibukit Sinai
83 Rahasia Dibalik Kekejaman Tuan Agas
84 Semua Sudah Mulai Kembali
85 Kembalinya Reynand Adiputra
86 Misi Dimulai Malam Ini
87 Foto Diamplop Cokelat
88 Permintaan Cleo
89 Janji Manis Atau Pahit???
90 Cleo Dan Nara
91 Kejutan Dari Reynand
92 Kehancuran Cleo
93 Hancur Dan Semakin Terpuruk
94 Selamat Tinggal (Cleo)
95 Semua Sudah Berakhir
96 Kejutan Manis Ditepi Danau Hijau
97 Malam Yang Bahagia
98 Kedatangan Bimantara
99 Rumah Kenangan
100 bab pengumuman
101 Tempat Pertama Kali Bertemu
102 Senja Untuk Arya Dan Zelina
103 Kerumah Eyang Putri
104 Berbagi Cerita
105 Perasaan Bimantara
106 Dirumah Sakit
107 Bima Dan Gadis Menyebalkan
108 Diandra Gendis Ayu
109 Cerita Disore Hari
110 Makan Malam
111 Tentang Gendis
112 Kemarahan Bima
113 Terungkap Fakta Yang Sebenarnya
114 Aku Rindu
115 Aku Mau Pulang (Gendis)
116 Meminta Restu
117 Mulai Berteman
118 Hal Yang Manis
119 Kebun Apel
120 Sangat Indah
121 Ciuman Pertama
122 Mengganti Kenangan
123 Pernikahan Dua Hari Lagi
124 Pusat Perbelanjaan
125 Bertemu David
126 Jangan Menangis Lagi Gendis
127 Menunggu Hari Esok
128 Pernikahan
129 Berbahagialah Nara
130 Masih Dimalam Pesta
131 Penyerangan Dijalan
132 Malam Yang Panjang Untuk Hidup dan Mati
133 Kabar Buruk
134 Bangunlah Bima
135 Seminggu Berlalu
136 Bima Sadar
137 Aku Rindu
138 Menjodohkan
139 Bisikkan Nara
140 Pulang Kerumah Lama
141 Otw Bulan Madu
142 Cinta Seindah Bunga Sakura
143 Kejutan Dari Reynand
144 Jatuh Cinta
145 Menjenguk Bima
146 Malam Yang Indah
147 Lamaran Romantis
148 Kabar Buruk
149 Berduka
150 Mimpi Buruk
151 Kembali Pulang
152 Pernikahan Bima Dan Gendis
153 Pulang Kerumah Bima
154 Sikap Aneh Reynand
155 Hamil
156 Menggoda Reynand
157 Empat Bulan Kehamilan
158 Taman Bunga Tulip Untuk Zelina
159 Cerita Madeleine
160 pemenang hadiah pulsa
161 Keperusahaan
162 Fitting Gaun Pengantin ... Berdarah
163 Berduka
164 Selamat Jalan Zelina
165 Harus Ikhlas
166 Zevanno dan Zevanya
167 TAMAT
168 Ucapan Terimakasih Author
169 Karya Baru (Pelangi Untuk Arya)
170 Novel Zevanya
171 Novel Zevanno
Episodes

Updated 171 Episodes

1
Hasil Lab
2
Alasan Menikah
3
Mempertaruhkan Nyawa
4
Kekejaman Reynand
5
Sakit Rey!
6
Cobaan Lagi
7
Gelang Kenangan
8
Masih Ingin Bertahan
9
Zelina Adiputra
10
Kerumah Cleo
11
Kemarahan Reynand
12
Diambang Kehancuran
13
Kebusukan Cleo Dan Ibunya
14
Semanis Madeleine
15
Hati Nara Terlalu Lemah
16
Karpet Merah
17
Berdansa
18
Berdarah
19
Siapa Dia????
20
Malam Yang Damai
21
Amplop Cokelat
22
Gara Gara Madeleine
23
Apa Kamu Cemburu???
24
Oktober Terakhir
25
Kehancuran Nara
26
Kenyataan Yang Menyakitkan
27
Pertengkaran Reynand Dan Cleo
28
Kekecewaan Reynand
29
Karma Reynand
30
Hancur Tak Tersisa
31
Diary Usang
32
Pengalihan Perusahaan
33
Terungkap
34
Surat Bersampul Kuning
35
Rumah Tua Eyang Putri
36
Permohonan Maaf
37
Perjuangan Cinta Reynand
38
Jangan Sentuh Istriku!
39
Kemalangan Reynand
40
Trauma Reynand
41
Masa lalu Di Kolam Darah
42
Aku Mencintai Istrimu!
43
Balas Dendam
44
Bertanggung Jawablah Rey!
45
Terasa Patah Dan Perih
46
Jadi Pebinor???
47
Sakit Berdarah
48
Usaha Reynand
49
Keputusan Nara
50
Kita Sudah Berakhir
51
Cerita Masa Lalu
52
Surat Perpisahan
53
Telah Usai Dan Berakhir
54
Oktober Datang Lagi
55
Rasa Penasaran Arya
56
Sebuah Lukisan
57
Makan Malam Berdua
58
Kisah Dibalik Hujan
59
Kebenaran Yang Terungkap
60
Nara Atau Hanya Sekedar Ilusi????
61
Aku Bersamamu
62
Oktober Kedua Belas
63
Kerumah Sakit
64
Kisah Reynand Dan Cleo
65
Cerita Tengah Malam
66
Amplop Putih
67
Isi Surat Guntur
68
Arya Yang Menyebalkan
69
Reynand vs Bimantara
70
Gara Gara Kucing
71
Kesombongan Cleo
72
Adidaksa Terancam ???
73
Gerimis Di Penghujung Oktober
74
Penyerangan Dijalan
75
Rumah Tua
76
Abas Atau Agas????
77
Kekesalan Arya
78
Melawan Trauma
79
Ternyata Tuan Abas
80
Saksi Kunci
81
Zelina Diculik
82
Vila Dibukit Sinai
83
Rahasia Dibalik Kekejaman Tuan Agas
84
Semua Sudah Mulai Kembali
85
Kembalinya Reynand Adiputra
86
Misi Dimulai Malam Ini
87
Foto Diamplop Cokelat
88
Permintaan Cleo
89
Janji Manis Atau Pahit???
90
Cleo Dan Nara
91
Kejutan Dari Reynand
92
Kehancuran Cleo
93
Hancur Dan Semakin Terpuruk
94
Selamat Tinggal (Cleo)
95
Semua Sudah Berakhir
96
Kejutan Manis Ditepi Danau Hijau
97
Malam Yang Bahagia
98
Kedatangan Bimantara
99
Rumah Kenangan
100
bab pengumuman
101
Tempat Pertama Kali Bertemu
102
Senja Untuk Arya Dan Zelina
103
Kerumah Eyang Putri
104
Berbagi Cerita
105
Perasaan Bimantara
106
Dirumah Sakit
107
Bima Dan Gadis Menyebalkan
108
Diandra Gendis Ayu
109
Cerita Disore Hari
110
Makan Malam
111
Tentang Gendis
112
Kemarahan Bima
113
Terungkap Fakta Yang Sebenarnya
114
Aku Rindu
115
Aku Mau Pulang (Gendis)
116
Meminta Restu
117
Mulai Berteman
118
Hal Yang Manis
119
Kebun Apel
120
Sangat Indah
121
Ciuman Pertama
122
Mengganti Kenangan
123
Pernikahan Dua Hari Lagi
124
Pusat Perbelanjaan
125
Bertemu David
126
Jangan Menangis Lagi Gendis
127
Menunggu Hari Esok
128
Pernikahan
129
Berbahagialah Nara
130
Masih Dimalam Pesta
131
Penyerangan Dijalan
132
Malam Yang Panjang Untuk Hidup dan Mati
133
Kabar Buruk
134
Bangunlah Bima
135
Seminggu Berlalu
136
Bima Sadar
137
Aku Rindu
138
Menjodohkan
139
Bisikkan Nara
140
Pulang Kerumah Lama
141
Otw Bulan Madu
142
Cinta Seindah Bunga Sakura
143
Kejutan Dari Reynand
144
Jatuh Cinta
145
Menjenguk Bima
146
Malam Yang Indah
147
Lamaran Romantis
148
Kabar Buruk
149
Berduka
150
Mimpi Buruk
151
Kembali Pulang
152
Pernikahan Bima Dan Gendis
153
Pulang Kerumah Bima
154
Sikap Aneh Reynand
155
Hamil
156
Menggoda Reynand
157
Empat Bulan Kehamilan
158
Taman Bunga Tulip Untuk Zelina
159
Cerita Madeleine
160
pemenang hadiah pulsa
161
Keperusahaan
162
Fitting Gaun Pengantin ... Berdarah
163
Berduka
164
Selamat Jalan Zelina
165
Harus Ikhlas
166
Zevanno dan Zevanya
167
TAMAT
168
Ucapan Terimakasih Author
169
Karya Baru (Pelangi Untuk Arya)
170
Novel Zevanya
171
Novel Zevanno

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!